Penduduk Silicon Valley Menyerukan Pembebasan untuk Ayah yang Dipenjara di Tiongkok

Gong Xiaoyan, yang berasal dari Kota Qingdao Tiongkok di Propinsi Shandong, telah menetap dan bekerja di Silicon Valley (Lembah Silikon), California AS,  selama bertahun-tahun sekarang. Tapi di negara ibunya, penganiayaan terhadap latihan meditasi damai, Falun Gong, mendekati rumah.

Falun Gong adalah latihan spiritual peningkatan diri yang diperkenalkan di Tiongkok pada awal 1990-an. Dengan kesejatian, kebaikan, dan kesabaran sebagai prinsip intinya, manfaat latihan terhadap kesehatan fisik dan mental menyebabkan popularitasnya meluas, dengan lebih dari 70 juta pengikut di Tiongkok pada tahun 1999, menurut sebuah survei kenegaraan. Praktisi mengatakan jumlahnya mencapai lebih dari 100 juta.

Namun  popularitas Falun Gong dianggap sebagai ancaman terhadap ideologi otoriter Partai Komunis Tiongkok, dan rezim Tiongkok melancarkan penganiayaan praktisi Falun Gong secara nasional pada tahun 1999. Kantor pers resmi untuk Falun Gong, Pusat Informasi Falun Dafa, memperkirakan bahwa jutaan Pengikut Falun Gong telah ditangkap dan ditahan sejak penganiayaan dimulai, sering mengalami penyiksaan dan pelecehan saat dipenjara.

Setelah bertahan dalam satu dekade penganiayaan, keluarga Gong di Tiongkok kembali menghadapi bahaya.

Pada bulan Oktober, rumah keluarga Gong di Kota Qingdao digerebek oleh polisi. Orangtua Gong dibawa pergi oleh polisi setempat. Ibu Gong diizinkan pulang keesokan harinya, tapi ayahnya, Gong Piqi, telah dipenjara di Pusat Penahanan Pudong di Distrik Jimo, Kota Qingdao.

Polisi juga menggeledah rumah tersebut, menyita komputer notebook ayah Gong dan lebih dari 157.000 yuan (US $23.600) uang tunai, kata Gong. Di Tiongkok, praktisi Falun Gong secara teratur mengalami perlakuan tidak sah semacam ini di tangan pihak berwenang, seperti yang didokumentasikan oleh Minghui.org, sebuah situs web berbasis A.S. yang melacak penganiayaan Falun Gong di Tiongkok.

Gong menjelaskan bahwa putaran penganiayaan terakhir dilakukan oleh pemerintah Propinsi, melaksanakan perintah baru dari pejabat tinggi, kampanye “ketuk pintu” yang dimulai pada bulan Maret tahun ini. Biasanya sebuah tim dari dua polisi berpasangan mengetuk pintu setiap rumah yang menjadi tempat praktisi Falun Gong yang dikenal. Polisi akan menyelidiki apakah orang tersebut masih berlatih Falun Gong. Jika orang tersebut tidak di rumah, tempat kerja, teman, dan saudara mereka juga dikunjungi. Siapa pun yang ditemukan memiliki literatur atau materi Falun Gong terkait ditahan.

Menurut laporan terkait di Minghui.org, lebih dari 20 praktisi Falun Gong di Kota Qingdao diculik dan rumah mereka digeledah pada 16 Oktober, pada hari yang sama dengan orang tua Gong, sebagai bagian dari kampanye “ketuk pintu”. Banyak praktisi sudah tua, beberapa di atas 70 tahun.

Pusat Penahanan Pudong menolak pengacara yang mewakili Gong Piqi untuk mengunjunginya, tapi yang paling mengkhawatirkan Gong Xiaoyan adalah kesehatan ayahnya. Tidak banyak detail yang diketahui tentang situasi ayahnya, namun Gong telah menerima kabar buruk. “Saya tidak dapat percaya dalam waktu kurang dari dua minggu, ayah saya tidak dapat berjalan,” kata Gong pada sebuah pertemuan untuk mengajukan banding atas pemenjaraan ayahnya di depan Konsulat Tiongkok di San Francisco, California pada tanggal 26 Oktober.

Sejarah Penganiayaan

Seluruh keluarga Gong mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1995. Gong Xiaoyan masih ingat ayahnya menyelesaikan semalaman “Zhuan Falun,” teks ajaran utama Falun Gong. Dia sangat senang telah menemukan jalan hidupnya.

Sejak penganiayaan dimulai pada tahun 1999, kehidupan damai keluarga terganggu. Gong muda menghabiskan hari-harinya dalam ketakutan. Dia mengawasi saat ibunya sering dibawa ke kantor polisi. Ibunya akan pergi selama beberapa hari, kadang beberapa minggu. Dia tahu tidak ada keamanan saat tumbuh dewasa.

Ayah Gong, Gong Piqi. (Courtesy of Gong Xiaoyan)

Ini bukan pertama kalinya Gong Piqi, sekarang berusia 62 tahun, dipenjara karena keyakinannya. Dari bulan Mei 2005 sampai April 2006, dia dipelihara di pusat pencucian otak yang dikelola oleh kantor 610 Kota Qingdao – sebuah polisi mirip Gestapo yang dibentuk untuk secara eksklusif melakukan penganiayaan terhadap Falun Gong. Dia dipaksa untuk mendengarkan dan membaca propaganda yang memfitnah Falun Gong. Gong teringat kunjungannya ke ayahnya selama waktu itu, ditemani oleh neneknya yang usianya di atas 70 tahun. Ibunya juga menjalani hukuman penjara karena menolak untuk melepaskan keyakinan pada prinsip-prinsip Falun Gong, sejati, baik, dan sabar. “Saya menangis di dalam. Rambut ayahku menjadi putih, dia membutuhkan dukungan untuk berjalan atau berdiri, dan tangannya gemetar.” Kenangan ini menyiksa Gong Xiaoyan sekarang.

Gong Piqi bertugas di militer Tiongkok sepanjang hidupnya sebelum penganiayaan. “Di lingkungan di mana seluruh bangsa dalam mengejar korupsi, dan ketika itu bahkan lebih buruk lagi di militer, Ayah tampak menonjol setelah dia mulai berlatih Falun Gong,” kata Gong Xiaoyan. Sebelum berlatih, ayahnya merokok 3 bungkus rokok sehari. Setiap malam, ada pesta dan pesta minum mewah yang dihamburkan untuk pejabat-pejabat militer. Hadiah merek mewah diberikan sebagai sogokan. Setelah berlatih Falun Gong, ayahnya berhenti merokok dan minum, dan menghindari sogokan di tempat kerjanya- aneh di dalam militer tersebut.

Penganiayaan Orang-orang Baik

“Namun, untuk menjadi orang yang baik dan pantas, seseorang perlu membayar harga saat ini,” kata Gong Xiaoyan.

Gong juga mengingat banyak kenalannya yang dekat yang menderita penganiayaan berat. Tetangga Gong, Liu Jiming, sembuh dari berbagai penyakit kronis setelah berlatih Falun Gong. Keluarga Liu menjadi lebih bahagia dan harmonis. namun Liu ditangkap oleh pemerintah setempat karena menolak untuk melepaskan keyakinannya, dan kemudian meninggal dalam tahanan.

Teman keluarga lain, Zou Songtao, kandidat PhD di sebuah perguruan tinggi maritim lokal, biasa memberikan pelajaran les matematika Gong Xiaoyan. Dia juga ditangkap karena berlatih Falun Gong. Zou dipukuli dengan sangat parah sampai terjatuh koma dan meninggal setelah tiga hari dipenjara, ingat Gong. Istri Zou, yang juga ditahan, hilang tidak lama kemudian. Pasangan tersebut telah meninggalkan seorang putri berusia satu tahun, kata Gong.

Kembali ke Tiongkok, Gong memiliki teman sekelas dan tetangga Yang Jin. Ibu Yang juga berlatih Falun Gong. “Dia dulu menemani saya saat ibu kita berdua ditahan pada tahun 2005. Kami menghibur, mendorong, dan saling menjaga satu sama lain. Sekarang ayah saya di tahanan lagi, ibunya juga menderita hukuman penjara,” kata Gong.

Dalam upaya menyelamatkan ayah dan praktisi Falun Gong lainnya, Gong baru saja mengirim sebuah surat ke kantor Gedung Putih dan Presiden Donald Trump, meminta perhatian terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung terhadap pengikut Falun Gong di Tiongkok. “Saya berharap Presiden Trump akan berbicara secara terbuka mengenai masalah ini, karena sebelumnya pemerintahan Obama tampaknya sebagian besar diam dan tidak melakukan upaya nyata. Saya berharap Presiden Trump akan mengangkat isu ini secara terbuka dan membantu praktisi Falun Gong untuk mendapatkan kebebasan untuk berlatih di negara mereka sendiri.”

Gong berharap suatu hari nanti akan ada kebebasan di tanah airnya. “Saya juga ingin mengajukan banding ke [pemimpin Tiongkok] Xi Jinping, sebagai bagian dari generasi baru pemimpin Tiongkok, untuk mengakhiri penganiayaan ini lebih awal daripada nanti.” (ran)