Rudal Korea Utara Kemungkinan Hancur Ketika Keluar Masuk Atmosphir Bumi

ErabaruNews – Sebuah rudal yang menurut Korea Utara memiliki jangkauan untuk mencapai target di seluruh wilayah Amerika Serikat kemungkinan besar akan hancur berantakan saat memasuki kembali atmosfer bumi. Klaim tersebut disampaikan seorang pejabat AS, baru-baru ini.

Pejabat tersebut mengatakan bahwa sebuah pencarian puing demi penelitian sedang dilakukan oleh negara-negara yang bersekutu dengan Amerika Serikat. Mereka tengah berusaha untuk menemukan sisa-sisa dari hulu ledak rudal Korut setelah jatuh ke laut Jepang pada hari Rabu, 29 November 2017 lalu.

Analisa tersebut menunjukkan bahwa, bahkan jika rudal Korut bisa mencapai daratan Amerika, rudal itu akan hancur dalam perjalanan turun. Sehingga tidak akan pernah mampu mencapai sasarannya, seperti dikutip The Epoch Times dari Fox, Senin (4/12/2017).

Berita yang tampaknya menggembirakan ini muncul setelah kekhawatiran baru tentang kemampuan senjata nuklir Korea Utara. Sebab negara nakal itu hanya membutuhkan jeda dua bulan dalam pengujian senjata jarak jauh dengan meluncurkan Misil Hwasong-15.

“Sistem persenjataan ICBM Hwasong-15 adalah sebuah roket balistik antarbenua yang dilengkapi dengan hulu ledak super besar. Dia mampu menyerang seluruh daratan Amerika Serikat,” klaim Rezim Korut via Kantor Berita Pusat Korut, sebuah corong partai komunis, mengatakan pada 29 November 2017.

Menurut media pemerintah Korea Utara itu, ICBM terbang selama 53 menit dan mencapai ketinggian hampir 2.800 mil (4.500 kilometer).

Namun, analisis teknis penerbangan rudal tersebut menurut pejabat AS memiliki masalah re-entry, atau ketika masuk kembali ke atmosphir Bumi usai ditembakkan ke atas meninggalkan atmosphir.

Menurut Fox, intelijen militer Korea Selatan telah melakukan penilaian terhadap peluncuran uji coba dan mengkomunikasikan temuannya ke Amerika Serikat.

Presiden Moon Jae-in dilaporkan memberikan Presiden Donald Trump sebuah update melalui telepon pada Kamis malam, 30 November 2017.

Kantor Presiden Seoul pada hari Jumat, 1 Desember 2017, mengatakan bahwa kedua pemimpin tersebut telah menegaskan kembali komitmen mereka untuk meningkatkan tekanan dan sanksi terhadap Korea Utara guna membatalkan ambisi nuklir rezim tersebut.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan sebelumnya mengatakan pada hari Jumat bahwa rudal Hwasong-15 berpotensi mampu menyerang sasaran sejauh 8.100 mil (13.000 kilometer), sehingga menempatkan Washington dalam jangkauannya.

ICBM Hwasong-15 Korea Utara mencapai ketinggian sekitar 2.780 mil dan terbang sejauh 590 mil dalam penerbangan selama 53 menit. (KCNA/Reuters/The EPoch Times)

Meskipun ada laporan tentang fragmentasi yang dilaporkan dari rudal cair dua tingkat, perkembangan terbaru dalam program senjata nuklir Korea Utara ini penting karena menunjukkan kemampuan yang sebelumnya tidak dimiliki rezim tersebut. Ini juga menandakan niat rezim tersebut untuk mengembangkan senjata yang mampu menyerang Amerika Serikat.

Sementara Korea Utara telah mengancam daratan AS selama berbulan-bulan dengan senjata nuklir. Kini para ahli intelijen dan militer tengah terbelah. Ada yang mengatakan bahwa rezim tersebut tidak memiliki kemampuan untuk secara efektif menempatkan hulu ledak nuklir pada rudal. Namun, sebagian menilai kondisi tersebut kini sudah berubah.

Menanggapi uji coba rudal ICBM pada 27 November 2017, Sekretaris Pertahanan AS, Jim Mattis mengatakan bahwa rudal yang dikembangkan Korea Utara dapat mengancam selluruh wilayah di dunia.

Korea Utara telah mengakui bahwa pihaknya menggunakan program senjata nuklirnya sebagai cara untuk menekan Amerika Serikat dan untuk melindungi rezimnya.

Berbicara di Gedung Putih setelah 12 hari perjalanan ke Asia, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan pada 15 November lalu, “Kami tidak akan membiarkan kediktatoran sinting ini menahan sandera dunia untuk melakukan pemerasan nuklir.”

Sejak menjabat pada Januari 2017, Trump telah mengambil pendekatan yang berbeda dari pemerintahan sebelumnya terhadap isu Korea Utara.

Trump telah bersumpah bahwa dia tidak akan membiarkan Korea Utara membahayakan nyawa dan kepentingan Amerika. Dia mengatakan bahwa satu-satunya solusi untuk krisis tersebut adalah pelucutan nuklir total terhadap Korea Utara.

Untuk menekan Korea Utara, Trump mengancam akan menggunakan kekuatan militer jika Amerika Serikat atau sekutunya terancam. Dia telah berjanji untuk membangun militer AS dan telah membuat kesepakatan dengan para sekutu di wilayah tersebut untuk menjual kepada mereka peralatan militer Amerika berkualitas tinggi.

Selain itu, Trump telah memberi tekanan pada Tiongkok dan Rusia untuk membantu mengatasi situasi Korea Utara.

Orang-orang menonton siaran televisi tentang peluncuran rudal terbaru Korea Utara, di sebuah Stasiun Kereta Api di Seoul, Korea Selatan pada 29 November 2017. (Chung Sung-Jun/Getty Images/The Epoch Times)

Trump sudah bertemu selama berjam-jam secara langsung dengan pemimpin Tiongkok, Xi Jinping saat berkunjung awal bulan ini. Pada hari Kamis, 30 November, Trump mengatakan bahwa seorang utusan Tiongkok telah dikirim ke Korea Utara tidak lama setelah pertemuan tersebut. Namun pengiriman utusan itu diklaim tidak menghasilkan apapun.

“Utusan Tiongkok, yang baru saja kembali dari Korea Utara, tampaknya tidak berdampak pada manusia roket kecil,” tulis Trump dalam sebuah tweet.

“Sulit dipercaya bangsanya, dan militer, bertahan dengan kondisi yang mengerikan. Rusia dan Tiongkok mengutuk peluncuran tersebut,” tambahnya. (waa)