Tiongkok Siap untuk Menghadapi Korea Utara dengan ‘Variabel Terburuk’

oleh He Mu

Kim Jong-un menolak untuk menemui utusan khusus Xi Jinping, kemudian meluncurkan rudal antar benua yang mengundang Amerika Serikat meningkatkan tekanan militer kepada Korea Utara dan menambah tekanan kepada Tiongkok agar meningkatkan sanksi kepada negara itu.

Beijing jadi terjepit di antara AS dengan Korea Utara, sikap yang diperlihatkan Beijing kemudian  menarik perhatian dunia luar.

Media corong PKT baru-baru ini mengisyaratkan bahwa Beijing sudah siap menghadapi variabel terburuk. Ini diduga sebagai tanda-tanda akan terlibat dalam peperangan  AS melawan Korea Utara.

Dalam sebuah editorial yang dirilis media corong partai ‘Global Times’ pada 2 Desember menyebutkan bahwa dengan diluncurkannya rudal antar benua oleh rezim Korea Utara pada akhir bulan Nopember lalu, maka tekanan sanksi ekstrem yang diberikan oleh AS kepada Korea Utara akan jatuh ke pihak Tiongkok. Dengan demikian risiko perang juga terus meningkat.

Artikel mengatakan, Beijing menghadapi kesulitan untuk memilih, tetapi pihak Tiongkok sudah ‘berusaha sekuat kemampuan’ untuk meyakinkan Korea Utara maupun Amerika Serikat yang tetap berkeras hati. Selanjutnya, hanya ada satu-satunya cara yang dapat dilakukan yaitu membuat persiapan untuk menghadapi variabel terburuk sambil berusaha meredakan situasi.

Artikel mengatakan, Beijing akan memegang teguh garis bawahnya sendiri dan melindungi kepentingan sendiri dengan tidak peduli terhadap bagaimana pihak lain akan menilainya, dan tidak akan menerima tuntutan yang berlebihan dari pihak mana pun.

Di akhir artikel tersebut ada tulisan berbunyi : “Jika situasi berubah drastis, maka Beijing bersikap ya sudah, dihadapi saja.”

Isi artikel tersebut sudah pasti ditujukan kepada AS dan Korea Utara. Jelasnya, Beijing sambil mengancam Korea Utara, menolak permintaan AS untuk meningkatkan tekanan sanksi kepada rezim Kim Jong-un.

Dalam masalah nuklir Korea Utara, Beijing selama ini bersikap mencari solusi lewat dialog, dan tetap dengan pendiriannya dalam ‘Moratorium Ganda’ (sambil menghambat pengembangan program nuklir Korea Utara meminta latihan militer AS – Korea Selatan dihentikan sementara).

AS terus mendesak Tiongkok untuk menghentikan pasokan minyak ke Korea Utara, namun, Tiongkok tetap bertahan pada ‘garis bawah’ yaitu berpendirian untuk tidak menghentikan pasokan minyak lewat pipa demi ‘stabilitas’ yang dibutuhkan rezim Korea Utara.

Beberapa analis mengatakan bahwa mungkin Tiongkok takut akan terjadi tindak pembalasan dendam oleh rezim Kim Jong-un yang terdesak dan kalap.

Dalam siaran pers reguler yang diadakan Kementerian Luar Negeri pada 30 Nopember, seorang wartawan bertanya soal sikap kementerian dalam memilih satu dari dua pilihan dalam mengatasi isu Korea Utara, apakah melalui 1, perang atau 2, membiarkan Korea Utara memiliki senjata nuklir ?

Jawaban yang diberikan jurubicara kementerian adalah, “Kita hanya menekankan pada 2 sikap : pertama adalah mempertahankan denuklirisasi semenanjung. Kedua adalah menyelesaikan masalah melalui dialog atau konsultasi, dan tidak menganjurkan penggunaan kekerasan.”

(Sinatra/asr)

Sumber : ntdtv.com