Anak 9 Tahun di Hubei, Tiongkok Diduga Menjadi Korban Penjualan Gelap Organ Tubuh Manusia

oleh Gu Xiaohua

Epochtimes.id- Seorang gadis berusia 9 tahun bernama Tao Xiuli dari Desa Shaling, Huangmei, Provinsi Hubei, Tiongkok dibunuh setelah hilang dari dekat rumahnya pada 25 Nopember.

Rambut di kepala gadis itu dicukur, dan sekujur tubuhnya penuh dengan balutan perban.

Saat reporter Epoch Times mengadakan wawancara, keluarga mengungkapkan rincian lebih lengkap.

Mereka termasuk juga sejumlah warga desa di sana satupun tidak menolak bahwa insiden tersebut memiliki hubungan erat dengan penjualan gelap organ tubuh manusia.

Ayah dari Tao Xiuli membeberkan kejadian :

Tao Xiuli terlihat sedang berbicara dengan seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun di tempat yang jaraknya kira-kira 50 meter dari rumahnya pada 25 Nopember pukul 1 siang.

Di samping mereka berhenti sebuah mobil sedan berwarna putih dengan plat nomor kota Wuhan. Adegan tersebut terlihat oleh seorang warga Desa Shaling.

Sampai malam pukul 8 Tao Xiuli tidak juga pulang memaksa orangtuanya keluar rumah untuk mencarinya walau hasilnya nihil. Warga desa yang melihat kejadian di atas baru memberitahu ayah Tao Xiuli.

Setelah itu mereka bersama pergi melapor polisi selain juga menyebarkan info lewat sosial media guna mencari bantuan pencarian. Berharap kasus penculikan ini bisa secepatnya terungkap, demikian mereka berpikir pada saat itu.

Pada tanggal 28 November sekitar pukul 13:00 waktu setempat Mr Tao (ayah dari Xiuli) menerima laporan dari polisi yang mengutip pemberitahuan Dinas Keamanan dan Ketertiban Publik bahwa pelaku sudah tertangkap, gadis Xiuli telah dibunuh oleh mereka dan jenasahnya sekarang dapat diambil di ruang jenasah rumah duka.

Ibu dari Xiuli pingsan begitu mendengar berita tersebut, kata Mr Tao : “Seketika itu saya juga hilang akal, kepala terasang kosong. hanya paman dan sejumlah warga desa yang pergi ke rumah duka untuk menjemput jenasah.”

“Paman saat itu mengatakan kepada saya bahwa rambut di kepala Xiuli sudah gundul, tubuhnya penuh balutan perban. Kalau tidak salah ingat paman bilang hari kedua setelah penguburan, masalah sudah dianggap selesai. Katanya ia mendapat berita ini dari orang dalam,” kata Tuan Tao.

Kota Huangmei (Google Maps)

Ketika reporter menanyakan soal siapa yang pertama kali mengungkapkan kepada keluarga bahwa organ dalam tubuh Tao Xiuli sudah dirampas, Tuan Tao hanya menyebut petugas rumah duka.

Saat reporter menegaskan apakah berita itu bersumber dari pihak polisi, ia tampak takut untuk menolak ataupun membenarkan.

Setelah kejadian tersebut, Dinas Keamanan dan Ketertiban Publik Huangmei County menulis dalam microblogging resminya : Tersangka (Seorang pria bermarga He yang lahir pada tahun 1988 dan tercatat sebagai warga Tingqian County) mengaku membawa tubuh gadis yang ia tabrak itu ke tempat terpencil lalu membunuhnya guna melepas tanggung jawab.

Mengenai pernyataan polisi itu Mr Tao membantah bahwa “Bukan begitu, orang melihat mereka berdua sedang berdialog, bagaimana menabraknya, mobilnya sedang berhenti di samping mereka ? ”

Ilustrasi (Foto : David Trilling)

Ketika reporter bertanya kepada Mr Tao apakah keluarga dan penduduk desa menganggap kasus ini melibatkan kegiatan perampasan organ manusia?

Mr Tao tidak berani menjawab secara langsung tetapi ia mengatakan : “Warga desa semuanya tahu tetapi membungkam. Petugas polisi telah mengancam warga yang melihat jenasah bahwa jangan coba-coba untuk menebarkan rumor, dapat ditangkap”.

“Urusan ini menyulitkan kita. Mengambil paksa organ tubuh, mungkin berkaitan dengan masalah ini. Putri yang baru berusia 9 tahun, keluarga saya miskin, kalaupun tertabrak mobil, mobil bukannya sudah diasuransikan, juga tidak terlalu berat. Mengapa harus membunuh orang ? Istri saya juga berpikir demikian. Apa boleh buat, bagaimana seorang petani miskin seperti saya mau melawan pemerintah ?”

Kabarnya, polisi melakukan otopsi tanpa persetujuan keluarga dan hasilnya pun tidak diberitahukan kepada keluarga. Katanya laporan kematian baru dapat dikeluarkan setelah pemeriksaan oleh dokter forensik.

Reporter bertanya kepada Mr Tao apakah bermaksud untuk melakukan otopsi pihak ketiga sebagai bukti tambahan, ia mengatakan : “Ini tidak, mereka pasti ada jalan, saya hanya seorang petani, bisa apa ? Meskipun sekarang saya lemah bukti, memiliki keinginan.”

Mr Tao mengatakan bahwa keluarga memiliki foto jenasah putrinya, tetapi tidak bersedia untuk ditunjukkan kepada reporter untuk dipublikasikan.

Reporter juga meluangkan waktu untuk bertanya kepada paman dari Mr Tao yang menjadi orang pertama dalam keluarga yang melihat jenasah Xiuli. Namun ia tetap tidak mau berpanjang lebar kecuali mengatakan : “Kalau pun saya ceritakan, juga tidak ada gunanya. Kita akan kalah dalam menuntut kebenaran” lalu menutup telepon.

Nyonya Mu, ibu dari Xiuli memberitahu reporter bahwa pada malam hari jenasah putrinya tiba di rumah, para famili dan warga desa mendesak dilakukan penguburan. Ia dan mertua perempuan berusaha untuk menghalangi minta menunggu selesainya laporan dari pihak berwenang baru dikebumikan, tetapi terus ditentang oleh warga desa.

“Coba Anda pikirkan, jenasah dibawa pulang sedikitnya juga perlu persetujuan dari kita  sebagai orangtua. Tetapi karena mereka semua yang mengurus. Saya belum diberi kesempatan untuk melihat jenasah, tentu timbul pertanyaan besar, bagaimana putri saya itu menemui ajal ? Meskipun mereka mengaku sudah tahu, tetapi saya belum melihatnya,” keluh Nyonya Mu.

Nyonya Mu juga mengatakan bahwa ia mendengar kabar dari warga desa yang melihat jenasah mengatakan banyak bekas sayatan pisau di leher, mata, belakang telinga Xiuli. Sekarang ia hanya bisa berpasrah, “Ya apa yang polisi mau katakan, saya tidak bisa berbuat apa-apa.”

Ilustrasi (Getty Images/Livescience)

Ny. Mo menulis di Weibo-nya : Entah organ milik Xiuli sekarang sudah dicangkokkan ke dalam badan hewan mana. Katanya orang yang mencelakakan dia sudah tertangkap, tetapi anggota keluarga dan famili tak satu pun tahu siapa orang itu ?  Kekejaman macam apa yang kamu  alami Xiuli, mereka semua tidak tahu. Ini adalah sebuah ketidakadilan, siapa yang sanggup memberikan solusi ?

Paman Xiuli mengatakan kepada reporter : “Pengambilan paksa organ tubuh hanyalah sebuah dugaan, tidak jelas. Ditubuh banyak balutan perban, ramput di kepala dicukur habis itu memang benar.”

“Memang para warga desa mengatakan bahwa itu jelas adalah kasus perdagangan gelap organ tubuh, apapun yang dikatakan kita dapat percaya, tetapi tidak memiliki bukti, jadi kita hanya bisa menerima laporan polisi. Apa boleh buat, kita tidak punya bukti.”

Mengenai kecurigaan terjadinya perampasan organ, media Tiongkok ‘Harian Pemuda Beijing’ telah mewawancarai seorang polisi kriminal yang mengatakan bahwa mencukur rambut kepala, dan mengambil jaringan organ korban meninggal adalah bagian dari tugas otopsi dokter forensik.

Sebagaimana diketahui bahwa selama ini sudah lebih dari 30 orang siswa, pemuda kota Wuhan yang hilang misterius. Orangtua mereka terus melakukan pencarian melalui berbagai saluran.

Saat reporter Epoch Times mewawancarai keluarga dari mereka, umumnya mereka berpendapat bahwa hilangnya aggota keluarga mereka itu berkaitan dengan penjualan gelap organ tubuh. Tetapi mereka tidak berani mengungkap juga tidak ingin membeberkan masalah. Di antara mereka ada yang coba mengusut melalui asumsi tersebut, tetapi menghadapi jalan buntu karena lemah bukti.

Ketika reporter mencoba untuk menghubungi Dinas Keamanan dan Ketertiban Publik Huangmei melalui sambungan telepon, seorang penerima telpon langsung mengatakan bahwa urusan ini menjadi tanggungjawab dari dinas yang terletak di Desa Shanmu.

Tetapi ketika nomor telepon tersebut dihubungi, tidak ada orang yang mengangkat. Termasuk juga telpon kantor atau ponsel rumah duka mereka, juga tidak ada yang menjawab. (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com