Pesawat Tempur Amerika Bumihanguskan Puluhan Laboratorium Narkotika Taliban

ErabaruNews – Pesawat tempur Angkatan Udara Amerika menghujani pabrik opium Taliban di Afghanistan dengan Bom. Seorang Jenderal Angkatan Udara mengatakan armada yang beraksi tersebut adalah Pesawat Bomber B-52 Stratofortress.

Brigadir Jenderal Angkatan Udara Lance Bunch mengadakan telekonferensi video dari Kabul, Afghanistan, pada 12 Desember 2017. Dia menyampaikan keberhasilan Amerika Serikat dalam strategi Afghanistan baru, termasuk menyerang laboratorium obat Taliban.

“Pada 20 November 2017 Jenderal Nicholson membahas serangan udara pembuka terhadap opium Taliban dan perusahaan heroin di Helmand utara,” Bunch memulai. “Hari ini, saya ingin memperbarui Anda tentang apa yang orang Afghanistan dan kita capai hanya dalam tiga minggu yang singkat.”

“Sejak awal operasi militer ini, kami telah menghilangkan 25 laboratorium pengolahan narkotika dari daftar aset Taliban,” lanjutnya, seperti dikutip The Epoch Times dari NTD.TV.

“Ini setara dengan hampir $US 80 juta uang obat yang dikeluarkan dari kantong gembong Taliban, sekaligus membuat rugi lebih dari $US 16 juta pendapatan langsung untuk mitra Taliban. Ingatlah bahwa ini adalah pertama kalinya kita terus menggunakan kekuatan udara kita dalam peran pencegahan ini,” kata Lance Bunch.

Sebuah pesawat bomer B-52 dari North Dakota melakukan flyby untuk peringatan seratus tahun penciptaan Lafayette Escadrille di Memorial Escadrille di Marnes-la-Coquette, pada tanggal 20 April 2016. (Elliott Verdier/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Bunch kemudian menyebutkan dengan segera bahwa versi baru dari bomber B-52 yang terhormat telah digunakan untuk pertama kalinya.

“Jadi, kami telah menggunakannya sejauh ini, kami telah menggunakan B-52 dengan peluncur putar konvensional mereka yang baru. Dari catatan, itu adalah jumlah amunisi presisi paling banyak yang pernah dijatuhkan dari B-52,” katanya.

Juru bicara Angkatan Udara, Letnan Kolonel Damien Pickart juga menceritakan operasi tersebut dalam sebuah wawancara dengan Washington Examiner. B-52 dari Skuadron Ekspedisi ke-69 yang terbang keluar dari Pangkalan Udara Al Udeid, Qatar, digunakan dalam operasi pem-bumihangusan tersebut.

Dia menjelaskan bahwa ini adalah B-52 pertama yang dilengkapi dengan apa yang Angkatan Udara sebut sebagai peluncur putar konvensional (CRL). Perangkat ini memungkinkan pesawat untuk membawa delapan amunisi berpanduan presisi (PGM) presisi dalam sistem persenjataan internal mereka.

“Dikombinasikan dengan PGMs yang dibawa pada tiang sayap, CRL mengizinkan B-52 untuk membawa lebih banyak PGM daripada misi sebelumnya. Amunisi terpandu ini memungkinkan kami untuk secara efektif menghancurkan sasaran sambil mengurangi risiko kerusakan dan korban warga sipil,” beber Pickart kepada Washington Examiner.

“Ini menandai pertama kalinya CRL digunakan dalam operasi besar,” Pickart menyimpulkan.

Sebuah bomber B-52 terbang di atas New Hampshire Motor Speedway pada 25 September 2011, di Loudon, N.H. (Jason Smith/Getty Images/The Epoch Times)

Strategi Baru untuk Perang Lama

Setelah 16 tahun kebuntuan, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan arah baru di Afghanistan pada 21 Agustus 2017. Strategi militer Afghanistan baru lebih aktif daripada reaktif dan berfokus untuk memotong sumber pendanaan Taliban.

“Dengan menggunakan kekuatan udara, kita dapat menargetkan Taliban di zona aman, komando dan kontrol mereka, usaha yang menghasilkan pendapatan ilegal, dan jaringan logistik mereka,” Bunch menjelaskan.

Bunch melanjutkan bahwa anggaran tahunan Taliban adalah antara $US 300 juta hingga $US 500 juta per tahun. Dua ratus juta di antaranya berasal dari perdagangan narkoba, dan sebagian besar laboratorium obat-obatan tersebut berada di provinsi Helmand utara.

“Kami menargetkan di sana untuk mengganggu pendapatan mereka, guna mencegah kemampuan mereka untuk berisitirahat dan membangun kekuatan baru selama musim dingin,” katanya.

“Kami akan terus menargetkan mereka dan mengganggu mereka dimanapun kita menemukannya,” ujarnya lagi.

Tentara Amerika berjalan dari sebuah helikopter di landasan pacu Camp Bost, Provinsi Helmand, Afghanistan pada pada 11 September 2017. (Andrew Renneisen/Getty Images/The Epoch Times)

Penekanan strategi lainnya adalah mempersenjatai dan memungkinkan tentara Afghanistan dan angkatan udara untuk melakukan lebih banyak pertempuran.

“Prioritas nomor satu kami di sini adalah terus membangun kapasitas pasukan pertahanan Afghanistan,” kata Bunch kepada seorang reporter.

“Kami menggandakan ukuran pasukan operasi khusus Afghanistan, kami jadikan tiga kali lipat ukuran angkatan udara Afghanistan, dua komponen paling mematikan dan unit tersebut terus melakukan operasi,” katanya.

“Dengan kampanye larangan udara, kita dapat mengejar struktur pendukung Taliban, padahal sebelumnya kita hanya bisa menyerang pada dasarnya dalam pertahanan pasukan ANDSF (pasukan Pertahanan Nasional dan Pasukan Pertahanan) yang berhubungan dengan musuh,” lanjut Bunch.

“Sekarang kita bisa mengejar sumber gudang senjata mereka, sumber pendapatan mereka, simpul C2 mereka. Semua daerah di mana mereka pikir mereka aman dan kini mereka tidak lagi merasa begitu. Itu adalah strategi baru kami yang akan datang dan ini pasti merupakan perubahan dan Taliban pasti merasakannya,” tutupnya. (waa)