Menyamar Jadi Polisi, Pembom Bunuh Diri Membunuh Belasan Orang di Akademi Polisi Somalia

Epochtimes.id- Seorang pelaku bom bunuh diri dari kelompok ekstremis yang menyamar sebagai seorang perwira polisi menewaskan setidaknya 17 orang dan melukai 20 lainnya di sebuah akademi polisi di ibu kota Somalia, Kamis (14/12/2017) waktu setempat.

Pejabat setempat Kolonel Mohamud Aden seperti dilansir AFP, mengatakan bahwa 20 petugas lainnya terluka akibat ledakan tersebut sedangkan beberapa di antaranya cedera serius.

Kapten Mohamed Hussein mengatakan pelaku bom bunuh diri membawa bahan peledak yang diikatkan di pinggang dan badannya. Pelaku kemudian menyusup ke Akademi Polisi Jenderal Kahiye dan petugas yang ditargetkan sedang berkumpul untuk latihan pagi.

“Perwira tersebut berlatih untuk perayaan Hari Polisi Somalia yang dijadwalkan pada 20 Desember,” kata Hussein.

Pembom tersebut masuk ke akademi polisi tanpa diketahui dan bergabung dengan barisan panjang petugas dalam parade latihan sebelum dia meledakkan bahan peledak.

“Dia meledakkan rompi bomnya setelah menyadari bahwa kehadirannya telah menimbulkan kecurigaan di kalangan petugas dalam antrian,” katanya.

Petugas polisi Farah Omar yang berada di lokasi kejadian pada saat ledakan tersebut mengatakan bahwa pembom tersebut menargetkan sebuah tempat dimana puluhan tentara berkumpul.

Akademi polisi di ibu kota Somalia, Kamis (14/12/2017) waktu setempat yang ditargetkan pelaku bom bunuh diri (France24)

“Dia ingin menimbulkan kerusakan maksimal,” kata Omar.

Kelompok ekstremis al-Shabab yang berbasis di Somalia segera mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Al-Shabab, yang bersekutu dengan al-Qaida, sering melakukan pemboman dan serangan terhadap hotel, pos pemeriksaan dan daerah berpenduduk di Mogadishu lainnya.

Al-Shabab disebut terlibat dalam bom truk besar-besaran di ibukota pada Oktober yang menyebabkan 512 orang tewas. Hanya jumlah kecil terjadi serangan sejak 9/11 yang menewaskan lebih banyak orang.

Al-Shabab telah menjadi kelompok ekstremis paling mematikan di Afrika dan semakin ditargetkan oleh militer Amerika Serikat. Pemerintahan Trump awal tahun ini menyetujui memperluas serangan udara dan upaya lainnya terhadap para pejuang.

Amerika Serikat telah menggelar setidaknya 32 serangan drone tahun ini melawan al-Shabab dan sejumlah kecil pejuang yang terkait dengan kelompok Islamic State, banyak di antaranya adalah pembelot dari al-Shabab.

Sebuah serangan pesawat tak berawak awal pekan ini mengenai sebuah kendaraan al-Shabab yang membawa bahan peledak. “Ini mencegah ancaman yang akan segera terjadi pada masyarakat Mogadishu,” kata Komando Afrika-Amerika Serikat. (asr)

Sumber : AFP/Reuters