Isu Sistem Anti Rudal THAAD Menghambat Pencairan Ketegangan Hubungan Tiongkok – Korea Selatan

oleh Xue Fei

Kunjungan Presiden Moon Jae-in ke Tiongkok yang pada awalnya diharapkan bisa menjadi ‘kunjungan untuk memecahkan es’ ternyata tidak berjalan mulus. Meskipun kedua belah pihak telah menunjukkan sikap mereka untuk menghadapi DPRK, tetapi memenuhi kesepakatan untuk tidak mengeluarkan pernyataan bersama.

Ditambah lagi dengan munculnya insiden pemukulan jurnalis Korea Selatan oleh petugas keamanan Tiongkok di Beijing, saling tuding antar media kedua negara menambah kesulitan dalam mencairkan kebekuan gara-gara penempatan THAAD.

Kunjungan kenegaraan selama 4 hari ini diharapkan oleh Moon Jae-in untuk memperbaiki hubungan politik dan komersial antara kedua negara.

Wartawan Korea Selatan yang diserang polisi Beijing. (foto Korea Times)

Namun, insiden pemukulan jurnalis Korea Selatan oleh petugas keamanan memicu kemarahan masyarakat di Korea Selatan dan saling menuding antar media kedua negara ini.

Media Korea Selatan juga menemukan bahwa tidak ada pejabat Tiongkok yang menemani Moon makan malam pada hari pertama kedatangannya di Beijing dan sarapan pagi pada keesokan harinya. Jamuan makan siang PM Li Keqiang yang semula ditetapka pada tanggal 15 Desember juga tiba-tiba diubah secara sepihak.

Meskipun kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama Moon ke Tiongkok sejak ia menjabat presiden dan bersifat kenegaraan, tetapi tidak ada konferensi pers dan pernyataan bersama.

Nikkei Chinese Network mengutip ucapan seorang pejabat presiden dari Republik Korea pada 15 Desember melaporkan bahwa “Sekarang bukan saatnya untuk mengeluarkan pernyataan bersama”. Alasan utamanya adalah isu penyebaran THAAD.

Sistem anti-rudal AS THAAD (Kim Jun-beom/Yonhap via AP, File)

New York Times juga mengutip ucapan pejabat Korea Selatan melaporkan bahwa kedua belah pihak telah mengadakan kesepakatan sebelumnya mengenai tidak mengeluarkan pernyataan bersama. Ini menandakan bahwa pihak Tiongkok masih mempertahankan sikap kerasnya terhadap sistem anti rudal yang ditempatkan di wilayah Korea Selatan.

Financial Times mengutip ucapan seorang diplomat Asia memberitakan bahwa pihak Beijing sedang memanfaatkan kesempatan memperbaiki hubungan ekonomi dan perdagangan untuk merayu Korea Selatan menarik diri dari sikap keras yang ditunjukkan Amerika dan Jepang terhadap Korea Utara.

Salah satu indikasi bahwa Beijing memberi tekanan lebih besar pada Seoul adalah bahwa tidak ada pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah kedua belah pihak bertemu.

Konsensus yang dicapai Tiongkok – Korea Selatan dalam memperbaiki hubungan adalah mencapai kesepakatan mengenai pemulihan hubungan adalah ‘Tiga Prinsip Tidak’ yang diajukan oleh Menlu Korea Selatan Kang Kyung-wha. Tidak bergabung dalam sistem anti rudal AS.

‘Tiga Prinsip Tidak’ itu adalah tidak lagi menambah perangkat sistem anti rudal darat – udara THAAD. Tidak menjadikan kerjasama keamanan Amerika Serikat – Jepang – Korea Selatan sebagai aliansi militer.

Pernah terdengar bahwa kesepakatan Tiongkok – Korea Selatan dalam masalah THAAD itu adalah ‘Tiga Prinsip Tidak Ditambah dengan Satu Batasan’. ‘Satu Batasan’  yang membatasi Korea Selatan menggunakan THAAD. Namun, menjelang kunjungan presiden, Menlu Korea Selatan membantah adanya ‘Satu Batasan’ tersebut dan mengatakan bahwa pernyataan pihak Tiongkok itu tidak benar.

Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) terlihat tiba di Seongju, Korea Selatan, September 2017. (Lee Jong-hyeon / News1 via REUTERS)

Selain itu, Korea Selatan juga menjelaskan ikhwal penyelesaian isu THAAD itu memiliki sifat tahapan bukan berarti dilakukan secara bertahap tetapi pada tahap sekarang ini, “Kita harus bisa secara tepat dalam mengendalikan perbedaan yang ada di antara kita.”

Bahkan saat Moon diwawancarai CCTV, reporter bertanya langsung kepada Moon Jae-in : “Dapatkah Bapak Presiden menghadap pada kamera kami untuk memberitahukan kepada pemirsa di Tiongkok tentang sikap pemerintah Korea Selatan mengenai masalah ini. Serta langkah-langkah selanjutnya yang perlu kita lakukan”.

Adegan tersebut menimbulkan kemarahan media dan masyarakat Korea Selatan. Semua menuduh reporter CCTV tidak sopan.

Sebagai tanggapan, Moon Jae-in mengatakan : “Sikap Korea Selatan dalam masalah THAAD masih sebagaimana yang disampaikan sejak awal, yaitu sistem anti rudal tersebut tidak akan membahayakan kepentingan keamanan Tiongkok.”

New York Times melaporkan bahwa Amerika Serikat menuntut agar Korea Selatan tidak membuat konsesi lebih lanjut kepada Tiongkok.

Jadi, tekanan Amerika Serikat telah menyebabkan Moon Jae-in gagal membuat Beijing senang  sehubungan dengan masalah THAAD.

Financial Times mengutip sumber yang mengatakan bahwa pada pertengahan bulan Oktober tahun ini, Tiongkok dan Korea Selatan telah mencapai kesepakatan untuk membebaskan pemboikotan terhadap sejumlah perusahaan Korea Selatan di Tiongkok.

“Para petinggi PKT umumnya beranggapan bahwa pemimpin puncak telah membuat konsesi sepihak yang cukup segnifikan kepada Korea Selatan,”  kata Zhao Tong (pakar urusan Semenanjung Korea di Pusat Kebijakan Global Tsinghua-Carnegie, Beijing) kepada Financial Times.

“Tiongkok (PKT) juga menghadapi tekanan yang datang dari internal yang mungkin berasal dari militer atau beberapa pakar yang beraliran keras”, sebut Zhao Tong lebih lanjut.

Sejak bulan Oktober Beijing secara sepihak melakukan konsesi kepada Korea Selatan, termasuk pembebasan pengekangan selama setahun terhadap kelompok ritel Korea Selatan ‘Lotte’.

Beijing akan kembali mengijinkan warganya untuk berwisata ke Korea Selatan. Begitu pula kelompok musik pop ‘Mamamoo’ dari Korea Selatan sudah diijinkan untuk mengisi acara dalam pagelaran musik di Sichuan bulan lalu. (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com