Si Superstar di Lapangan Hijau Eropa, George Weah Terpilih Jadi Presiden Liberia

Epochtimes.id- Mantan superstar legendaris sepak bola Eropa, George Weah diumumkan sebagai pemenang pada pemilihan presiden Liberia pada Kamis (28/12/2017).

Seperti dilansir al-Ahram, pengumuman ini sekaligus akhir Pilpres dengan mengalahkan Wakil Presiden Joseph Boakai dalam perpindahan kekuasaan secara demokratis.

Weah menggantikan inkumben Ellen Johnson Sirleaf, yang mengambil alih pimpinan republik tertua di Afrika pada 2006 silam.

Komisi Pemilihan Umum Nasional Liberia (NEC) mengatakan Weah telah memenangkan 61,5 persen suara. Sebelumnya sempat ditunda beberapa minggu setelah mendapat tuntutan hukum dari Boakai.

NEC mengatakan bahwa dengan 98,1 persen dari semua suara dihitung, Boakai hanya mendapat dukungan 38,5 persen.

Menjelang pengumuman pada Kamis, polisi bersenjata dikerahkan di pusat kota dan sejumlah pendukung Weah menyambut kemenangan tersebut.

“Warga Liberia, saya sungguh merasakan emosi di seluruh negeri, Saya mengukur pentingnya tugas dan tanggung jawab besar yang saya emban hari ini. Perubahan akan terus berlangsung,” tweetnya.


Weah memuncaki putaran pertama pemungutan suara pada Oktober dengan 38,4 persen suara. Namun gagal memenangkan 50 persen suara. Boakai berada di urutan kedua dengan 28,8 persen. Liberia adalah negara di Afrika yang memiliki penduduk sekitar 4,6 juta jiwa.

Weah adalah satu-satunya orang Afrika yang pernah memenangkan Pemain Terbaik FIFA Tahun Ini dan Ballon D’Or yang paling didambakan.

Mantan pesepakbola berusia 51 tahun itu membintangi klub papan atas sepak bola Eropa seperti Paris Saint-Germain dan AC Milan pada 1990-an. Dia juga bermain di Inggris untuk Chelsea dan Manchester City .

Eks bintang Chelsea Didier Drogba dari negara tetangga Pantai Gading sudah mengirim pesan ucapan selamat kepada Weah.

Presiden sebelum Sirleaf, Charles Taylor, melarikan diri dari negara itu pada tahun 2003, dengan harapan dapat menghindari tuntutan karena mendanai kelompok pemberontak di negara tetangga Sierra Leone. Dua presiden yang memimpin sebelum Taylor tewas dibunuh.

Peristiwa yang penuh gejolak dari tujuh dekade terakhir terjadi di Liberia, di mana sekitar 250.000 orang meninggal dalam perang sipil antara tahun 1989-2003. Peperangan ini telah mencegah penyerahan kekuasaan yang demokratis sejak tahun 1944.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memuji “perdamaian” pemungutan suara di Liberia. Dia juga memuji “pemerintah, partai politik dan rakyat Liberia untuk pemungutan suara yang tertib.”

Pengamat utama Uni Eropa, Maria Arena, mengucapkan selamat kepada para kandidat dan rakyat Liberia dengan pemilu yang berlangsung damai.

Blok regional Ekonomi Masyarakat Afrika Barat (ECOWAS) juga memuji kedamaian selama pemungutan suara.

Pemilu berlangsung di Liberia tanpa satu insiden kekerasan besar. Hanya saja terjadi penundaan selama beberapa minggu karena gugatan hukum. Phak Liberia mengatakan bahwa mereka menantikan serah terima kekuasaan secara damai setelah 12 tahun berada di bawah Sirleaf.

“Sejak perang sipil ini adalah pertama kalinya kita melihat transisi kekuasaan dari satu orang ke orang lain,” kata pemilih Oscar Sorbah kepada AFP.

Pemerintahan Sirleaf yang terpilih pada tahun 2005, memimpin Liberia keluar dari reruntuhan perang dan kengerian krisis Ebola 2014-16. Namun demikian dia dituduh gagal memerangi kemiskinan dan korupsi.

Partai CDC, pendukung Weah telah menyaksikan ikon mereka hilang di kursi kepresidenan pada 2005. Dia gagal saat mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada 2011. Partai CDC telah berulang kali mendesak pendukung mudanya untuk tetap tenang dan tanpa kekerasan. (asr)

Sumber : AFP via Al-Ahram