Penjual Barang Mewah ‘Palsu’ dari Tiongkok Senilai US$25 Juta Ditangkap di New York

Seorang ayah dan kedua putranya ditangkap pada hari Selasa karena membeli barang palsu dari Tiongkok dan menjualnya kembali ke vendor di seluruh Amerika Serikat, menurut siaran berita lokal New York Pix11.

Mahmood Nasir ( 55 tahun), serta putranya Rubail Nasir (18 tahun), dan Ramish Nasir (22 tahun), berasal dari Floral Park, New York, sebuah daerah pinggiran yang terletak di sebelah timur kota.

Mereka membeli barang-barang Gucci, Prada, Burberry, Louis Vuitton, dan Rolex palsu, dimana itu akan senilai $25 juta jika itu benar-benar asli. Mereka menghadapi tindak kejahatan pemalsuan dan akan muncul di pengadilan setempat pada hari Jumat.

Rolexes, yang akan terjual dengan harga lebih dari $100.000, bahkan disertai dengan dokumen resmi untuk membuat mereka terlihat nyata, kata Komisaris Polisi Nassau County Patrick J. Ryder kepada media pada sebuah konferensi pers, Rabu.

jam tangan rolex palsu dari china tiongkok
Vendor jalanan menjual jam tangan palsu dan dompet merek mewah palsu di luar sebuah toserba di Shanghai, Tiongkok, pada tanggal 23 Mei 2007. (Mark Ralston / AFP / Getty Images)

Polisi melakukan penangkapan setelah penyelidikan selama enam bulan, menurut NBC. Barang dikirim ke bandara John F. Kennedy sebelum didistribusikan ke vendor-vendor.

Tiongkok merupakan sumber untuk lebih dari 70 persen pemalsuan terkait perdagangan fisik dunia, yang nilainya lebih dari $285 miliar, menurut laporan 2016 oleh Kamar Dagang AS. Ditambah dengan pemalsuan dari Hong Kong, sebuah kota yang diperintah terpisah di bawah wilayah Tiongkok, Tiongkok menyumbang 86 persen pemalsuan global, sebesar $396,5 miliar.

Itu mencerminkan 12,5 persen dari total ekspor Tiongkok dan lebih dari 1,5 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto).

barang branded palsu dari china tiongkok
Seorang penjaga toko memoles tas Prada palsu saat duduk di antara barang imitasi lainnya di Kota Guangzhou, Tiongkok, pada 18 November 2004. (Laurent Fievet / AFP / Getty Images)

Pelanggaran hak kekayaan intelektual Tiongkok (IP) skala besar telah menarik perhatian Presiden AS Donald Trump. Pada bulan Agustus, dia menandatangani sebuah memorandum untuk mengizinkan Perwakilan Dagang A.S. Robert Lighthizer untuk memutuskan apakah akan melakukan penyelidikan formal atas praktek perdagangan tidak adil Tiongkok.

Barang palsu, perangkat lunak bajakan, dan pencurian rahasia dagang diperkirakan menghabiskan biaya ekonomi A.S. lebih dari $225 miliar dan mencapai $600 miliar per tahun, menurut Komisi IP, sebuah kelompok ahli independen yang menyelidiki pencurian IP Amerika.

Sebuah laporan Epoch Times tahun 2014 mewawancarai para ahli yang mengatakan Tiongkok terus menggunakan pekerja anak untuk memproduksi barang palsu. Greg Autry, seorang ekonom senior Aliansi Kerja Amerika, dan rekan penulis “Death by Tiongkok,” mengatakan pada terbitan ini bahwa sistem komunis Tiongkok mendukung pemalsuan.

“Dalam sistem komunis, ini mengharuskan Anda harus bertemu dengan penguasa di Beijing,” kata Autry. “Ini keputusan politik yang menggerakkan Anda ke depan. Memiliki ide bagus bukanlah apa yang membuat Anda maju, mencuri gagasan hebat orang lain dan membantu para pemimpin mendapatkan keuntungan adalah apa yang membuat Anda maju.” (ran)

ErabaruNews