Sebuah Foto Ayah dan Anak Paling Berdarah dari Tiongkok yang Gegerkan Dunia

oleh Li Yun

Epochtimes.id- Pada tahun 1950-an 1960-an, Program ‘Lompatan Jauh ke Depan’ Mao Zedong telah menimbulkan bencana kelaparan besar di Tiongkok.

Pemerintah komunis secara resmi mengakui adanya korban meninggal karena kelaparan, tetapi terus menolak mengakui adanya kasus kanibalisasi di lingkungan warga yang sudah sangat kelaparan.

Sebuah foto ayah makan daging anaknya beredar di internet menjadi bukti hal itu memang terjadi, selain membuat dunia geger karenanya. Menuduh PKT tidak berperikamanusiaan.

Foto tersebut diperoleh dari arsip Kantor Keamanan dan Ketertiban Publik Liling County, Provinsi Hunan oleh seorang sejarahwan Tiongkok kontemporer bernama XU Xiguang.

Foto menunjukkan, seorang ayah bernama Liu Jiayuan sedang berdiri di samping dinding dengan tangannya di borgol. Di pinggirnya terdapat kepala dan sejumlah kerangka anaknya dan sebuah wajan berisi daging potongan anaknya yang sudah direbus bersama sedikit wortel. Liu ingin makan daging sebelum ajal kelaparan menjemputnya.

Foto tersebut diambil otoritas berwenang sebagai arsip kasus sebelum Liu Jiayuan dieksekusi mati. Foto tersebut akhirnya menjadi bukti kanibalisasi terjadi saat kelaparan besar melanda Tiongkok.

Tragedi manusia makan manusia tidak hanya terjadi di Liling County, Hunan, tetapi di banyak tempat Tiongkok saat terjadi kelaparan besar. Hal ini telah terungkap dalam berbagai literatur.

Buletin ‘Referensi Internal’ no. 3032 tahun 1960 yang dipublikasi Xinhua News Agency  melukiskan : Menurut data statistik yang diberikan oleh 11 kota, desa dari propinsi Gansu, Daerah Otonomi Ningxia Hui dan Guizhou, pada tahun ini saja otoritas berwenang sudah menemukan 17 kasus kanibalisasi di antara warga. Di antara korban mati yang berjumlah 15 orang itu 13 orang adalah anak-anak. Dilaporkan bahwa jenasah yang sudah terpotong-potong itu seluruhnya berjumlah 16 buah.

Tiongkok ada sebuah pepatah kuno 仓禀实而知礼节, 衣食足而知荣辱 yang artinya : Bila lumbung padi milik masyarakat cukup buat konsumsi dan sandang pun memadai, maka segala sopan santun, kehormatan dan rasa malu dapat dipertimbangkan.

Selama terjadinya Kelaparan Besar pada tahun 1960-an, karena ancaman yang ditimbulkan oleh kelaparan terhadap kehidupan masyarakat, maka segala rasa malu, sopan santun, menjaga kehormatan sudah hilang dari mereka.

Orang akan hampir selalu dapat menjumpai beberapa orang lapar dengan pakaian lusuh di jalan merampas makanan yang tidak seberapa dari tangan warga lainnya. Ribuan petani terbunuh dan terluka akibat kelaparan, penjualan anak-anak, membiarkan hidup mati orangtua lansia menjadi tren pada saat itu khususnya di daerah pedalaman yang sangat tersiksa oleh kelaparan.

Fakta tentang Kelaparan Besar Tiongkok yang berlangsung selama 3 tahun

Pada tahun 1958, Ketua Partai Komunis Tiongkok Mao Zedong meluncurkan program Lompatan Jauh ke Depan yang disambut seluruh negeri dengan melaporkan hasil panen yang jauh berlebihan. Hasil dari laporan bualan itu saja tidak cukup untuk memenuhi setoran yang dipatok pemerintah dalam rangka ‘melepas satelit’, mengejar prestasi Amerika Serikat dan Inggris. Karena itu bahan makanan tidak mencukupi dan bencana kelaparan pun meledak pada tahu berikutnya.

Setelah Pertemuan Lushan pada tahun 1959, Mao Zedong meluncurkan perjuangan anti sayap kanan, sehingga banyak orang-orang PKT yang berani berbicara jujur mendapat kritikan tajam dan hukuman. Program Lompatan Maju ke Depan bukannya melamban tetapi justru lebih digalakkan. Kian banyak rakyat yang mati kelaparan.

Produksi pertanian menurun itu sudah jelas, karena jumlah bahan makanan yang sudah dipatok pemerintah untuk disetorkan itu kian naik, makin jauh dari hasil panen yang ada. Tetapi Kantor Pusat PKT beranggapan itu adalah ulah petani yang berusaha untuk menyembunyikan bahan makanan demi kepentingan sendiri. Mao Zedung kemudian menggerakkan ‘ganyang petani penyembunyi bahan makanan’.

Liu Xingsheng, dalam artikelnya yang dirilis situs ‘Yanhuang Chunqiu mengungkapkan bahwa kampanye anti-penyembunyian di Meitan County, Guizhou berlangsung dari bulan November 1959 sampai awal bulan April 1960. Selama 5 bulan itu, 124510 warga Meitan County meninggal akibat kelaparan, bahkan terjadi kanibalisasi.

Hampir pada waktu bersamaan, Henan Xinyang juga terjadi bencana kelaparan. Hanya untuk lingkungan Xinyang saja pada tahun 1961 tercatat sedikitnya 1 juta jiwa melayang karena kelaparan.

Penulis buku berjudul ‘Nisan’ Yang Jizheng dalam bukunya mengungkapkan, selama berlangsungnya kampanye anti-penyembunyian makanan itu, para petugas menggunakan sampai belasan macam kekerasan untuk menyiksa mereka yang tertangkap.

Kekerasan itu berupa pemukulan, kubur hidup-hidup, ‘menyalakan lentera langit’ (mayat ditelanjangi lalu dibungkus kain karung, dicelupkan dalam minyak untuk digantungkan ditiang dan dibakar pada malam harinya), menusuk vagina dengan benda tumpul dan lainnya.

Meskipun mayat bergelimpangan di mana-mana, tetapi bagi kader partai yang mengikuti kebijakan pusat dan memiliki spirit kepartaian yang tinggi makin kehilangan perasaan sebagai seorang manusia.

Contohnya, Li Jingquan, sekretaris partai Komite Partai Provinsi Sichuan, dalam masa 3 tahun Kelaparan Besar itu ia tetap mengirim 7.3 miliar ton bahan makanan ke pusat pemerintahan dan membiarkan jutaan orang provinsi Sichuan yang dijuluki ‘negeri berkelimpahan’ mati kelaparan.

Berapa angka pasti korban manusia dalam 3 tahun bencana kelaparan itu ? PKT tetap membungkam.

Menurut berkas penelitian para ilmuwan, hampir 36 juta penduduk Tiongkok (angka minimum yang dapat diandalkan) mati kelaparan selama 3 tahun itu. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Tiongkok yang meninggal karena kelaparan selama 5.000 tahun pun, angka ini masih lebih banyak 7,65 juta jiwa.

Yang Jizheng dan bukunya ‘Nisan’ menyebutkan bahwa Kelaparan Besar itu bukan karena bencana alam tetapi bencana manusia.

Ia menyebutkan bahwa : Bencana alam setiap tahun terjadi, tetapi ketiga tahun itu, 1959, 1960, 1961 alam dalam keadaan baik, tidak terjadi bencana apapun.

Lompatan Jauh ke Depan telah menggiring banyak pejabat partai terlibat dalam target produksi yang tinggi, terlampau tinggi dalam memprediksi hasil panen, memberikan target setoran hasil produksi tanaman yang terlalu tinggi kepada petani. Akibatnya hasil panen petani ludes untuk memenuhi setoran, bahkan dirampas bila ketahuan ada petani yang menyimpan.

Bahkan pemerintah memaksa petani untuk menyerahkan bahan makanan jatah mereka untuk memenuhi kekurangan jumlah setoran yang diwajibkan.

Menurut Yang Jizheng, warga akhirnya makan kulit kayu, akar rumput dan tanah kaolin, sampai makan daging mayat.

Saat itu, Xinyang County memiliki 8 juta penduduk tetapi 1 juta penduduknya mati kelaparan. Warga yang kelaparan sampai memakan daging mayat.

Pada musim dingin, jenasah korban tidak dikebumikan pada liang lahat yang cukup dalam sehingga mudah untuk digali kembali oleh orang guna diambil dagingnya. Bahkan ada warga yang tega memakan daging anak kandung sendiri.

Menurut statistik tidak resmi, kanibalisasi pada masa itu diperkirakan mencapai 4000 – 5000 kasus.

Tahun 1960, otoritas pemerintah tetap tidak mau membuka gudang melepas bahan makanan  demi mengatasi bencana kelaparan, meskipun stok persediaan makanan dalam gudang tercatat miliaran ton.

Yang lebih mengejutkan lagi adalah, pada saat jutaan rakyatnya mati kelaparan. Mao Zedong justru menginstruksi PKT untuk mengirim keluar hasil produksi pertanian Tiongkok ke negara lain demi balteran dan ada yang diberikan secara cuma-cuma demi menggapai ambisi Mao. Hal ini membuat kehidupan rakyat Tiongkok semakin terpuruk. (Sinatra/asr)

Sumber : ntd.tv