Hotel Marriott Menurunkan Buku ‘Terlarang’ yang Membuka Aib Skandal Rezim Tiongkok

Group hotel Internasional Marriott telah menurunkan salinan dekoratif sebuah buku yang terkait dengan kelompok spiritual Falun Gong yang dilarang setelah skandal politik baru-baru ini mengenai integritas territorial tersebut.

Buku yang berjudul “Bloody Harvest: the Killing of Falun Gong for Their Organs” (Panen Berdarah: Pembunuhan Falun Gong untuk Organ mereka), muncul di rak di lounge Elemen Chongli, sebuah hotel di bawah group Marriott, di barat laut Tiongkok, menurut Bloomberg News.

Bloody Harvest/The Slaughter: An Update” (Panen Berdarah / Pembantaian: Terkini), yang dirilis Juni lalu oleh Kilgour, Matas, dan jurnalis investigasi AS Ethan Gutmann, menemukan bahwa, selain pengikut Falun Gong, minoritas agama lainnya dibunuh untuk memasok industri transplantasi organ Tiongkok yang sangat menguntungkan adalah Muslim Uyghur, House Christians, dan orang Tibet.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa antara 60.000 dan 100.000 organ transplantasi di rumah sakit di Tiongkok setiap tahun, dengan sumber sebagian besar organ tersebut adalah para tahanan hati nurani, terutama praktisi Falun Gong.

Falun Gong, juga disebut Falun Dafa, adalah ajaran spiritual tradisional Tiongkok yang diwariskan dari Tiongkok kuno berdasarkan prinsip-prinsip Sejati, Baik, Sabar.

Perwakilan Hotel menolak memberikan komentar apapun dan mengatakan masalah-masalah tersebut sedang diperhatikan oleh Biro Keamanan Umum.

Hotel Marriott
Praktisi Falun Dafa atau Falun Gong sedang melakukan meditasi bersama.

Dengan lebih dari 5.800 properti di seluruh dunia, Marriott International Inc. dinobatkan sebagai kelompok hotel terbesar di dunia sejak mereka membeli Starwood group pada tahun 2016.

Namun, sebuah survei pelanggan berbahasa Mandarin baru-baru ini dalam program penghargaannya telah memicu kemarahan massal di Tiongkok karena tercantum dalam daftar nama Hong Kong, Taiwan, Macau dan Tibet sebagai negara.

Administrasi Pariwisata Nasional Tiongkok percaya bahwa survei tersebut telah menyebabkan pelanggaran karena ketidakakuratan geografisnya.

Pemerintah Tiongkok meminta kelompok hotel tersebut untuk menutup situs web Tiongkok mereka selama seminggu dan memerintahkan pemeriksaan segera atas situs-situs dan aplikasi untuk memastikan mereka mematuhi undang-undang tersebut.

Juru bicara kementerian luar negeri, Lu Kang, mengatakan, “Kami menyambut perusahaan asing untuk melakukan bisnis di Tiongkok,

“Sementara itu, mereka harus menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Tiongkok, mematuhi hukum Tiongkok, dan menghormati perasaan orang-orang Tiongkok, yang menjadi dasar bagi perusahaan mana pun untuk melakukan bisnis di negara manapun.”

Kejadian tersebut memburuk saat salah satu karyawan mereka menyukai sebuah tweet yang diterbitkan oleh Friends of Tibet pada tanggal 9 Januari.

Pos tersebut untuk memberi selamat kepada group hotel tersebut karena mendaftarkan Tibet sebagai sebuah negara bersama dengan Taiwan dan Hong Kong, kata South China Morning Post.

kejadian heboh di hotel Marriott tiongkok
Penghargaan Marriott memberi ‘like’ lewat twitter ‘Friends of Tibet’ tentang Tibet terdaftas sebagai sebuah negara.

Arne Sorenson, chief executive grup hotel, mengeluarkan surat permintaan maaf pada 11 Januari, menekankan bahwa perusahaan tersebut “menghormati dan mendukung kedaulatan dan integritas teritorial Tiongkok. Sayangnya, dua kali minggu ini, kami memiliki insiden yang menyarankan sebaliknya”.

Insiden tersebut telah menimbulkan kritik tajam secara online dan pengguna web ‘mengajukan diri’ untuk melihat perusahaan asing lainnya.

Delta Air Lines, raksasa pakaian Spanyol Zara dan perusahaan perangkat medis Medtronic juga terpanggil untuk mendaftarkan Tibet, Taiwan dan Hong Kong sebagai negara terpisah.

Perusahaan didesak untuk “segera mengubah konten ilegal mereka dan menerbitkan permintaan maaf”.

Sejak itu mereka meminta maaf dan mengubah situs mereka.

Pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa Tibet adalah “wilayah otonom” yang berada di bawah kendali Tiongkok sejak tahun 1950-an.

Hong Kong dan Makau adalah bekas koloni Inggris dan Portugis, yang sekarang “wilayah administratif khusus” Tiongkok.

Taiwan telah memerintah sendiri sejak berpisah dari daratan setelah perang sipil 1949, namun Beijing terus mengklaim kedaulatan atas pulau tersebut. (ran)

Baca juga :

Bagaimana Dokter di Tiongkok Berubah Menjadi Pembunuh (video)

Maskapai Penerbangan Tiongkok Mengangkut Organ Manusia Dalam Skala Besar

Miss World Kanada Anastasia Lin Serukan Aksi Hentikan Pengambilan Organ Paksa

ErabaruNews