Brexit Bisa Membuat JP Morgan Pindahkan Lebih dari 4.000 Pekerja dari Inggris

EpochTimesId – JP Morgan berencana memindahkan lebih dari 4.000 lapangan kerja di Inggris setelah Inggris resmi keluar dari Uni Eropa (Brexit/British Exit). Rencana itu akan benar-benar terwujud apabila Brexit mengakibatkan adanya perbedaan peraturan dan perjanjian perdagangan antara Inggris dan Uni Eropa.

“Jika mereka menentukan bahwa Anda tidak dapat melakukan praktik perdagangan timbal balik, peraturan timbal balik … Lebih dari 4.000,” ujar kepala eksekutif raksasa perbankan Amerika Serikat itu, Jamie Dimon, Kamis (25/1/2018) waktu Eropa.

Dimon dalam sebuah wawancara dengan BBC di sela-sela pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss melanjutkan, mereka ragu-ragu di masa lalu mengenai berapa banyak pekerjaan JP Morgan akan dialihkan. Sebab, perkiraannya memperhitungkan perubahan prospek Inggris yang mengamankan sebuah kesepakatan demi memberi perusahaan keuangannya terus mengakses pasar Eropa.

Setelah referendum Juni 2016 mengenai keanggotaan Inggris di Uni Eropa, sekitar 4.000 pekerjaan akan digeser dari Inggris. Dimon pada April 2017 lalu dalam sebuah surat kepada para pemegang saham mengatakan kemungkinan akan mengalihkan lebih sedikit pekerjaan ke pusat keuangan Eropa.

Komentar Dimon pada hari Kamis menyatakan bahwa angka itu bisa betambah menjadi lebih dari 4.000 staf. Itu merupakan perkiraan yang paling mendasar mengenai dampak dari ‘Brexit’ yang keras, dimana Inggris terancam kehilangan akses ke pasar tunggal UE.

Ini adalah salah satu perkiraan tertinggi oleh satu perusahaan keuangan dari jumlah pekerjaan yang akan dikeluarkannya dari Inggris.

Sekitar 10.000 pekerjaan keuangan akan dialihkan dari Inggris atau dibuat di luar negeri dalam beberapa tahun ke depan. Terutama jika Inggris kehilangan akses ke pasar tunggal Eropa.

Data tersebut adalah hasil sebuah survei Reuters pada bulan September. Mereka mengadakan survei mengenai perusahaan yang mempekerjakan sebagian besar pekerja di sektor keuangan internasional. (Reuters/The Epoch Times/waa)