Korban Tewas Serangan Bom Ambulans di Kabul Menjadi 103 Jiwa dan 235 Terluka

Epochtimes.id- Menteri Dalam Negeri Afghanistan, Wais Ahmad Barmak mengumumkan saat konferensi pers keamanan gabungan mengatakan korban tewas akibat pemboman mematikan Sabtu lalu di Kabul mencapai 103 jiwa tewas dan 235 lainnya terluka.

Dia mengatakan banyak petugas polisi termasuk di antara korban tewas. Namun demikian tidak memberikan rincian. Tapi dia mengatakan di antara yang terluka adalah 30 petugas polisi.

“Banyak polisi juga terbunuh,” katanya dilansir TOLONews, Minggu (28/01/2018).

Ledakan itu terjadi tepat Sabtu (27/01/2018) sebelum pukul 13:00 waktu setempat ketika sebuah ambulans meledak di daerah yang sibuk. Tempat ini dekat dengan gedung lama Kementerian Dalam Negeri Kabul.

“Ada dua ambulans yang terlibat. Kendaraan pertama dihentikan oleh polisi namun kedua kendaraan berhasil melewati pos pemeriksaan. Satu ambulans hanya pendamping dan kemudian pergi. Ambulans kedua diledakkan,” kata Barmak pada konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan Tariq Shah Bahrami dan Kepala Direktorat Keamanan Nasional (NDS ) Masoom Stanekzai.

Seorang pria yang terluka dibantu di lokasi ledakan di pusat kota Kabul, Afghanistan, Sabtu, 27 Januari 2018. (AP Photo / Massoud Hossaini)

Barmak mengatakan bahwa institusi keamanan melakukan segala kemungkinan untuk memerangi pemberontakan dan menghentikan serangan tersebut.

Pejabat Afghanistan ini mengatakan semua pasukan keamanan bekerja sama untuk memerangi pemberontakan dan mereka semua bertanggung jawab atas serangan hotel (Intercontinental) dan pemboman bom ambulans.

Dia mengatakan semua institusi keamanan bekerja keras untuk menghilangkan ancaman. Dia menambahkan bahwa “tidak ada kelalaian atau kecerobohan dari pihak pasukan keamanan dalam pemboman kemarin.”

Namun dia mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengungkapkan semua informasi karena hal itu dapat membahayakan penyelidikan.

Barmak mengatakan reformasi rencana keamanan akan diperkenalkan untuk kota Kabul dalam beberapa minggu ke depan.

Sementara itu, Bahrami meminta warga Afghanistan untuk berdiri bersatu sampai musuh dikalahkan.

“Ada lebih dari 20 kelompok pemberontak aktif di negara ini namun lembaga keamanan berjuang keras untuk menghapusnya,” katanya.

Stanekzai juga mengatakan bahwa serangan kemarin adalah sebuah tragedi dan bela sungkawa itu sendiri tidak akan menyelesaikan masalah Afghanistan.

Orang-orang membantu membawa korban yang terluka ke rumah sakit menyusul serangan bunuh diri di Kabul, Afghanistan, Sabtu 27 Januari 2018. (AP / Rahmat Gul)

“Perang di Afghanistan tidak berakar di negara ini. Orang perlu memiliki pemahaman yang lengkap tentang lanskap keamanan Afganistan. Pemerintah Afghanistan dan orang-orang menyadari bahwa ini adalah perang yang dipaksakan, ini bukan masalah internal,” katanya.

“Kami telah menangkap teroris dari semua asal termasuk Tajik dan Uighur. Dalam satu minggu 195 teroris ditahan,” katanya.

“Ancaman meningkat setelah pembukaan pelabuhan Chabahar di Iran,” tambahnya.

Kepala NDS mengatakan Pakistan ingin membalas dendam pada orang-orang Afghanistan, dan musuh tersebut turut mencoba untuk menyabotase proyek-proyek kunci.

“Madrasah-madrasah, kamp pelatihan, dan tempat yang aman di luar perbatasan Afghanistan,” ujarnya.

“4.000 ton bahan peledak dari Kunduz dan Kapisa telah disita pada bulan lalu. Afghanistan tidak memiliki kapasitas untuk memproduksi bahan peledak,” katanya.

Dia menyatakan bahwa Afghanistan menghadapi perang ideologis terkoordinasi yang diformulasikan di luar negeri. Ulama Pakistan mengecam kekerasan di Pakistan, namun mengumumkannya sah di Afghanistan. Penyerang bunuh diri dilatih di Kochlak (sebuah distrik di Baluchistan).

Aparat keamanan setempat telah menangkap lima orang atas keterlibatan mereka di Intercontinental Hotel seminggu lalu. Dia mengatakan satu tersangka telah melarikan diri dari negara tersebut. Selain itu empat orang telah ditangkap saat serangan hari Sabtu itu.

Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan hotel dan pengeboman ambulans. (asr)

Sumber : Tolonews.com