Sedikit Membahas Gonjang-ganjing Kasus “Memo” Amerika yang Membuat Gerah FBI

Xia Lin

Tak lama sejak Presiden AS Donald Trump memenangkan pilpres, langsung diselimuti awan kecurigaan kasus “Rusia Gate”. Maret tahun lalu, Ketua Komite Intelijen dari Kongres AS yakni Devin Nunes mendatangi Gedung Putih dan melapor pada Trump, dalam suatu dokumen rahasia FBI melihat pemerintahan Obama mengerahkan dinas intelijen untuk diam-diam menyadap data milik tim kampanye Trump.

Di saat yang sama, pembaca acara stasiun radio kaum konservatif bernama Mark Levin dengan mengutip suatu artikel dari media papan atas, menganalisa bahwa tim kampanye Trump telah disadap.

Setelah itu Trump pun menulis di Twitter, mengecam pemerintah Obama yang telah menyadap Trump Tower tapi tidak menemukan apa pun, dan ini dianggap merupakan penganiayaan politik terhadapnya.

Namun kepala FBI waktu itu James Comey menyangkal, dan Trump dicela oleh tidak sedikit bintang film Hollywood.

Pengungkapan oleh Nunes ini tidak hanya tidak mendapat dukungan dari badan intelijen AS atau dari badan judisial, sebaliknya justru mendapat tekanan dari Partai Demokrat dan media massa papan atas, dengan mengatakan bahwa kejadian Nunes melaporkan hal ini adalah pelanggaran hukum pembocoran rahasia, memaksanya mau tak mau minggir dari investigasi “Russian Gate” terhadap presiden. Namun mereka sama sekali tutup mulut soal apakah seharusnya menyelidiki pemerintahan Obama yang telah menyadap Trump Tower.

Gonjang ganjing Memo yang membuat gerah FBI, pejabat Departemen Kehakiman dan sejumlah Media Papan Atas, tidak hanya itu, Devin Nunes ketua Komite Intelijen Kongres AS bahkan kini sedang mempersiapkan memo kedua. (INTERNET)

Akhir Januari tahun ini, berkat kerja keras Nunes, asistennya menulis sebuah memo terkait penyadapan, dan meminta seluruh anggota Kongres untuk membaca memo tersebut di dalam sebuah ruang tertutup, setelah melihatnya semua anggota kongres Partai Demokrat membisu, dan anggota kongres Partai Republik menyatakan “sangat terkejut”, serta menganggapnya “lebih keterlaluan dibandingkan insiden Water Gate”, dan ramai-ramai menuntut agar memo ini dipublikasikan agar seluruh warga AS mengetahui fakta.

Akhirnya Komisi Intelijen dari Kongres mengambil suara, anggota kongres yang didominasi oleh Partai Republik dengan suara bulat setuju untuk mengumumkan memo ini, sehingga memo dikirimkan ke Gedung Putih.

Agar tidak menimbulkan kemungkinan kerugian apa pun terhadap sistem intelijen nasional, memo itu direvisi di bawah pengawasan 5 orang anggota FBI, dan mendapatkan pengakuan mereka. Lalu Trump menanda tangani sebagai tanda setuju memo tersebut dipublikasikan.

Sebelum dipublikasikan, anggota kongres Partai Demokrat melangsungkan konferensi pers, yang menuding bahwa memo yang dipublikasikan ini adalah menempatkan kesenangan pribadi Trump di atas kepentingan Amerika, mereka juga menulis surat kepada Ketua Kongres agar memecat Nunes.

Sementara pihak FBI setelah 5 anggotanya menyetujui memo yang telah direvisi, mendadak membuat pernyataan terbuka yang berseberangan dengan presiden, dengan mengatakan, “Kami secara serius mengkhawatirkan kebocoran fakta yang krusial akan berdampak secara mendasar terhadap keakuratan memo tersebut.”

Di dalam memo itu disebutkan Wakil Menteri Kehakiman Rosenstein yang memberikan ijin penyadapan tersebut juga menyampaikan pendapatnya agar tidak mempublikasikan memo tersebut kepada Kepala Staf Gedung Putih Kelly.

Sementara media massa papan atas, seperti CNN, terhadap memo ini tidak memberikan kritik apa pun, justru memuat artikel berjudul “Sumber Info: Trump Ingin Rusak Investigasi Russian Gate Dengan Memo”, sekelompok elite pun diajak untuk berkomentar.

Memo itu sendiri pada dasarnya sangat sederhana, hanya memaparkan sejumlah fakta: kubu Hillary telah mendanai mantan agen rahasia intelijen Inggris untuk menulis laporan yang memojokkan Trump, lalu FBI menggunakan laporan ini untuk mengajukan permohonan untuk menyadap tim kampanye Trump.

Bagian yang aneh adalah: laporan tersebut didanai oleh lawan politik Trump, mantan agen rahasia intelijen Inggris itu juga anti-Trump, dan yang disinggung dalam laporan tersebut hingga saat ini tidak pernah dibuktikan.

Tapi FBI dan Departemen Kehakiman memanfaatkan laporan ini untuk mengajukan ijin penyadapan, setelah itu mengajukan lagi sebanyak 3 kali.

Dalam proses pengajuan itu, latar belakang munculnya laporan ini dan tidak diverifikasi sama sekali, tidak pernah dilaporkan oleh FBI dan Departemen Kehaiman kepada Pengadilan Penyadapan.

Devin Nunes ketua Komite Intelijen Kongres AS [Foto via Newscom]
Yang sangat unik adalah, fakta bahwa Trump sama sekali tidak pernah berkonspirasi dengan Rusia secara diam-diam untuk mengendalikan pilpres, justru diinvestigasi oleh Departemen Kehakiman dan FBI dengan mencari jaksa khusus, dan setelah setahun penyidikan belum menemukan bukti.

Sementara memo yang merupakan fakta ini, justru oleh Departemen Kehakiman, FBI dan oleh media massa papan atas disebut telah membahayakan keamanan nasional, dan tidak mau mengomentari para pejabat dan instansi yang terlibat di dalamnya apakah melanggar hukum atau tidak.

Bisa dipahami mengapa media massa papan atas, FBI dan pejabat Departemen Kehakiman, pejabat tinggi Kongres Partai Demokrat, yang tidak cocok dengan Trump, sangat berang terhadap memo yang dipublikasi melalui proses legal yang sempurna, dan mencap Trump “telah membahayakan keamanan nasional, merusak sistem intelijen keamanan dan lain-lain. Karena mereka tahu begitu fakta telah terungkap, maka posisi mereka akan sangat berbahaya.

Jika yang disebutkan pada memo itu adalah fakta, (ini sangat mudah dibuktikan), maka dari segi hukum mereka sebagai penegak hukum yang terlibat, terlibat dalam pemalsuan bukti dan menghalangi proses hukum; dari segi politik, pemerintahan Obama telah memanfaatkan aparat negara untuk merusak demokrasi, mengalahkan lawan secara ilegal dan membuat rakyat kehilangan kepercayaan.

Lalu bagaimana mungkin mereka tidak khawatir? (SUD/WHS/asr)

Sumber : Epochtimes.com