Sejumlah Besar Pemudik Imlek dari Beijing Hanya Membeli Tiket Sekali Jalan

oleh Li Xingan

Gelombang mudik untuk merayakan Hari Raya Imlek di Tiongkok dapat digolongkan sebagai migrasi manusia terbesar di dunia.

Media asing telah memperhatikan bahwa banyak pemudik dari Beijing hanya membeli tiket sekali jalan, tampaknya mereka tidak akan lagi kembali ke Beijing tempat mereka mencari nafkah selama bertahun-tahun.

AFP pada 12 Februari melaporkan, jutaan orang telah meninggalkan Beijing untuk merayakan Tahun Baru Imlek di kampung halaman masing-masing, tetapi banyak dari mereka tidak akan kembali ke ibukota yang kurang senang dengan keberadaan mereka, walau mereka telah ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Beijing.

Laporan menyebutkan, Beijing akan membatasi penduduknya pada angka 23 juta jiwa pada tahun 2020. Otoritas berwenang Beijing masih akan melakukan pembongkaran bangunan untuk tempat tinggal penduduk berpenghasilan rendah yang luasnya mencapai 40 juta meter persegi. Kampanye Pembongkaran Besar di Beijing telah memupuskan harapan jutaan buruh tani yang mencari nafkah di ibukota Ibu Pertiwi.

Li Wen, seorang pramusaji restoran berusia 47 tahun menghadapi kondisi demikian mengatakan bahwa ia hanya membeli tiket sekali jalan untuk pulang kampung. Ia sudah bekerja di Beijing selama 10 tahun, berusaha mengumpulkan uang guna keperluan putrinya yang berada di kota Chengdu untuk studi di universitas.

“Saya datang untuk bekerja karena upah di Beijing lebih tinggi daripada kota lainnya. Tetapi banyak rumah-rumah lorong yang berada di sekitar tempat yang saya tinggali sudah mengalami pembongkaran paksa oleh aparatur Beijing.”

Ia mengatakan : “Jika saya harus tinggal di apartemen dengan biaya sewa yang 3 kali lipat biaya sewa saya sebelumnya, saya tidak sanggup karena di atas penghasilan” Li Wen belum memutuskan apakah ia akan merantau ke kota lain nantinya.

Banyak warga seperti Li Wen ini, mereka tidak berencana untuk kembali ke Beijing setelah masa liburan panjang selama 15 hari berakhir nanti.

Pablo Wang dari China Labor Communications kepada reporter AFP mengatakan bahwa, pihak berwenang Beijing tidak ingin pekerja migran tinggal di sini. “Dengan kebijakan ini, mereka tidak dapat kembali” katanya.

Setelah insiden kebakaran bangunan yang digunakan oleh kaum penduduk musiman yang terletak di Daxing Beijing pada 18 November tahun lalu, pihak berwenang Beijing menggunakan kesempatan itu untuk melakukan pembongkaran bangunan-bangunan yang ‘tanpa izin’ sekaligus mengadakan pengusiran dari ibukota warga penduduk yang ‘berpenghasilan rendah’.

Menurut laporan, meski para pekerja migran yang ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Beijing bahkan Tiongkok dengan melibatkan diri dalam pekerjaan yang enggan dilakukan oleh warga setempat, seperti menjadi tukang batu, pembantu rumah tangga dan pekerja pembersihan dan sebagainya, tetapi mereka tetap menjadi objek yang harus disingkirkan.

Kepergian mereka kini sudah terasa dampak negatifnya terhadap ekonomi, berupa pertumbuhan yang melamban, toko-toko sepi pengunjung, pemilik bangunan yang disewakan juga turut mengeluh. (Sinatra/asr)