Empat Janji Liu He Disemprotkan untuk Memadamkan Api Konflik Dagang Amerika Tiongkok

EpochTimesId – Politisi Partai komunis Tiongkok, Liu He, yang tergabung dalam wadah pemikir Xi Jinping yang membidangi ekonomi dan keuangan Tiongkok sudah berada di AS untuk memulai kunjungan lima harinya. Dunia luar menganggap tugas utamanya dalam perjalanan ini adalah demi meredakan ketegangan perdagangan yang terjadi antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.

Namun para ilmuwan percaya bahwa kunjungan pertemuan Liu He dengan pihak berwenang AS dapat dipastikan tidak akan berhasil menjembatani perbedaan mendasar yang ada di kedua belah pihak. Terutama jika struktur perdagangan antar kedua negara itu tidak diubah.

“Saya pikir kedatangan Liu He ke Amerika Serikat kali ini untuk untuk menemukan solusi atas perselisihan perdagangan dan gesekan perdagangan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat,” ujar pengamat perdagangan Amerika Tiongkok, Frank Tian Xie.

Sejak awal tahun ini, Departemen Perdagangan AS telah memprakarsai empat investigasi ‘double-reverse’ mengenai ‘anti-dumping dan anti-subsidi’ untuk produk-produk Tiongkok. Penyelidikan itu terkait dengan produk impor fotovoltaik, pipa las dengan diameter besar, produk baja dan aluminium.

“(Mungkin) Penambahan pajak yang dikenakan bisa dari puluhan sampai ratusan persen. konflik sekarang sudah berkembang ke tahap lebih serius dan momentumnya pun sedang memburuk,” sambung Frank Tian Xie.

Pada hari ketika Liu He meninggalkan Beijing, Kementrian Perdagangan langsung mengumumkan tentang keputusan untuk menghentikan pengenaan pajak tambahan atas daging ayam bulu putih yang diimpor dari AS. Kebijakan tersebut diberlakukan 3 tahun lebih cepat dari jadwal sebelumnya.

Hal ini dianggap sebagai isyarat niat baik yang ditunjukkan oleh Beijing kepada Washington.

Namun, para ilmuwan percaya bahwa ‘mata Amerika Serikat’ melihat adanya ketidakberesan dalam struktur perdagangan antar kedua negara. Karena itu Washington mungkin akan menolak ‘obat instan penghilang rasa sakit’ yang ditawarkan Beijing.

“Defisit perdagangan yang besar antara Tiongkok dengan Amerika Serikat disebabkan oleh sejumlah penyebab struktural. Misalnya, pemerintah Tiongkok mengendalikan nilai tukar, memberikan subsidi kepada industri berproduk ekspor, dan beberapa industri unggulan Tiongkok yang dimonopoli oleh modal milik negara,” ujar Wen Zhao, seorang pengamat lainnya.

“Dengan mengabaikan perubahan struktural, maka penurunan angka defisit hanya bersifat sementara tetapi tidak dapat mencapai tujuan sebenarnya dari pemerintahan Trump,” sambung Wen Zhao.

Zhao menambahkan bahwa apa yang Trump harapakan adalah mengubah struktur perdagangan secara keseluruhan.

“Sesuatu yang memungkinkan barang-barang buatan AS dapat memasuki pasar internasional. Memiliki daya saing yang sama dengan barang-barang buatan Tiongkok. Dengan begitu industri manufaktur AS dapat bangkit kembali,” jelas Zhao.

Selama berlangsungnya Forum Ekonomi Global di Davos bulan Januari lalu, Liu He pernah mengucapkan bahwa reformasi menyeluruh akan digalakkan dalam negeri Tiongkok pada tahun ini. Keempat bidang yang akan memperoleh prioritas reformasi adalah membuka industri keuangan, membuka industri jasa dan manufaktur, melindungi hak kepemilikan (hak kekayaan intelektual), dan memperluas impor.

Frank Tian Xie kembali menimpali, bahwa bila apa yang diucapkan itu dapat terealisir, dia pikir perdagangan antar kedua negara tersebut akan berjalan normal. Karena hal itu lah yang dipermasalahkan oleh pemerintahan Trump.

Frank percaya bahwa mungkin saja Liu He mencoba untuk meyakinkan Washington tentang niat baik Beijing yang akan memenuhi janjinya secara bertahap. Dia akan meminta Amerika Serikat untuk memberikan kelonggaran tekanan. Tapi analis tidak optimis dengan usulan Beijing tersebut.

“Ambil contoh jika membuka kran impor barang Amerika Serikat. Bukannya masyarakat Tiongkok tidak menyukai produk Amerika, tetapi kualitas dan harga produk Amerika memiliki keunggulan dalam persaingan?”

“Jadi jika liberalisasi dilakukan, maka jumlah barang impor AS akan meningkat dan surplus perdagangan Tiongkok menurun. Cadangan devisa juga akan berkurang dan lama-lama habis terpakai. Ini mungkin yang ditakuti oleh otoritas Beijing, bahkan yang dihindari. Karena sebenarnya pundi besar yang telah dikuasai pemerintah ini adalah hasil dari mengeruk kekayaan rakyat. Apakah pemerintah rela melepas kekayaan yang sudah dalam genggaman tangan?” tanya Frank.

Orientasi pada pasar menguntungkan masyarakat Tiongkok, tetapi mengancam kepentingan pemerintah serta kelompok-kelompok elit. Sejak masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tahun 2001, pemerintah Tiongkok terus berjanji untuk membuka pasar. Namun rezim penguasa belum benar-benar menerapkannya.

“Saya lebih optimis bahwa perdagangan Tiongkok dengan Amerika akan benar-benar adil hanya jika Partai komunis Tiongkok dibubarkan. Kemudian, Tiongkok beralih menjadi negara demokrasi. Jika PKT tidak dibubarkan, maka Tiongkok masih akan terus berjalan terseok-seok,” tutupnya.

Para pakar ekonomi berpendapat bahwa pemerintah Trump telah menarik pelajaran dari pemerintahan sebelumnya. Hanya jika Beijing bisa langsung merealisasikan apa yang mereka ucapkan, maka barulah konflik perdagangan bisa dihindari.(Lin Lan/NTDTV/SInatra/waa)