Mengapa Tidak Muncul Seorang Elon Musk dari RRT?

Xia Lin

Di musim libur terakhir, kegemaran penulis adalah membaca banyak cerita dan data tentang “Iron Man” Elon Musk. Setelah penulis merangkumnya, tokoh itu dilahirkan di Afrika Selatan, sejak kecil terobsesi membaca, dalam 1 hari bisa membaca lebih dari 10 jam, seperti: fiksi ilmiah, cerita, astronomi dan geografi, setelah membaca buku-buku laris di pasaran, lalu membaca Encyclopedia Britannica. Dia juga sangat usil, ketika duduk di bangka SD, ia suka mengoreksi kesalahan orang dan mengejar kesempurnaan, itu sebabnya ia pernah dikeroyok sampai terguling-guling jatuh dari tangga.

Setelah tumbuh dewasa, ia mengambil gelar ganda di bidang ilmu fisika dan ekonomi di Kanada dan Amerika Serikat, lalu dilanjut dengan memasuki Universitas Stanford yang tersohor untuk mengambil gelar Ph.D di bidang Fisika Terapan.

Namun, ia putus sekolah hanya dalam 2 hari dan bersama saudaranya mendirikan perusahaan jaringan Zip2 dan Paypal. Setelah perusahaan itu dijual, ia yang ketika itu berumur 31 tahun telah menjadi miliarder.

Jika itu adalah orang lain, begitu telah terhitung berhasil dan sukses, kemungkinan akan menjadi selebriti selama sisa hidupnya, terlibat dalam investasi malaikat dan amal, namun seorang Musk justru menganggap karirnya belum dimulai.

Dia menginvestasikan sebagian besar dananya untuk kendaraan listrik Tesla, SpaceX, Solarcity yang berteknologi tenaga surya berkesinambungan, dan masih ingin memindahkan warga Bumi berimigrasi ke planet Mars.

Elon Musk adalah CEO Tesla. (Xiao Wu / Epoch Times)

Bagi kebanyakan orang, ini semua serba aneh dan tidak mungkin, tapi dia bekerja 100 jam seminggu, merekrut para talenta dan mendedikasikan penuh dirinya. Peluncuran roket gagal beberapa kali selama proses berlangsung, modalnya nyaris habis, seringkali di ambang kebangkrutan.

Saking cemasnya dia sampai hampir terkena serangan jantung, meneteskan air mata ketika tidur, tetapi ia tidak menyerah, ia menjual property dan mobil mewahnya, bersiap tinggal di ruang bawah tanah yang murah. Perusahaannya akhirnya bertahan pada saat yang paling sulit, dan menyongsong kesuksesan besar.

Model terbaru kendaraan listrik Tesla terus-menerus beredar, dan sekarang semua perusahaan mobil banyak yang  berinvestasi di kendaraan elektrikal, karena ia telah menjadi pionir industri otomotif masa depan; sementara roketnya tidak hanya berhasil diluncurkan, juga dapat mengirim material ke Stasiun ruang angkasa dan berhasil pulang kembali.

Ini adalah satu-satunya perusahaan swasta di dunia yang dapat melakukan selain tiga negara di dunia dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada NASA; atap energi matahari di Solarcity dapat menyerap 100% energi dan disalurkan kepada para pengguna rumah tangga serta keberhasilannya semakin mendekati kenyataan.

Team Musk sekarang sedang mengembangkan transportasi tercepat di dunia –Hyperloop. Dari San Francisco, California Utara, ke Los Angeles, California Selatan, Anda bisa mencapai sekitar 613 km hanya dalam 30 menit. (Video capture)

Semua ini bagi orang lain, berhasil menyelesaikan satu proyek sudah terhitung sangat luar biasa, karena ia telah mengubah kehidupan manusia. namun ketika ibu Musk mengucapkan selamat kepadanya, ia mengatakan, ini hanya sebuah permulaan.

Mengenai keberhasilan Musk yang menakjubkan itu, ada banyak artikel di media sosial yang mempertanyakan mengapa “Negara besar Tiongkok yang sedang bangkit” itu tidak mampu menghasilkan orang seperti Musk?

RRT sejatinya tidak bisa menghasilkan orang seperti Musk. Pertama-tama, karena atmosfir dan pendidikan di RRT bukanlah ranah yang dapat menghasilkan Musk. Karena masyarakat di Tiongkok sekarang ini, secara fanatik mengejar uang, setiap pori-pori manusia di RRT, dipenuhi dengan keinginan untuk meraup uang.

Jika tujuan hidup hanya demi uang, maka Anda tidak akan peduli dengan hobi/passion pribadi, tidak bakal mengejar cita-cita pribadi.

Sebagai orangtua, dalam suasana sosial seperti itu, anak-anak tidak diizinkan keluar dari sekolah elit dan anak-anak tidak diperbolehkan 10 jam sehari membaca buku yang tidak ada hubungannya dengan ujian.

Sedangkan untuk sistem pendidikan di RRT, adalah pendidikan yang membunuh karakter individu, tidak menonjol, tidak bias dan yang dihasilkan adalah mesin ujian dan anak-anak penurut yang tanpa memiliki gagasan pribadi.

Selain itu, sistem sosial kediktatoran satu partai di RRT adalah mesin efektif yang membunuh imajinasi.

Bayangkan saja, jika ada seseorang di Tiongkok yang mengumumkan hendak membuat roket, hendak pergi ke planet Mars dan ke luar angkasa. Belum sempat dilaksanakan, ucapan itu sudah bisa dianggap oleh pihak berwenang sebagai bertujuan tersembunyi, membahayakan keamanan nasional dan bisa masuk penjara.

Di daratan Tiongkok, terdapat seutas benang merah, yang tak terlihat, tidak tersentuh, tapi betul-betul eksis.

Semua orang harus melakukan penyensoran diri, pengingat diri, tidak boleh memiliki kebebasan berbicara dan kebebasan berpikir.

Sistem sosial seperti itu, sistem pendidikan seperti itu, suasana sosial seperti itu, bagaimana mungkin bisa menumbuhkan manusia berbakat semacam Elon Musk? (HUI/WHS/asr)

Sumber : Epochtimes.com