PKT Menginfiltrasi Rantai Pasokan Farmasi Global

EpochTimesId – Ketika perusahaan-perusahaan Tiongkok mulai menembus pasar farmasi Amerika Serikat, krisis kesehatan secara bertahap muncul. Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (US Food and Drug Administration/FDA) hanya melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah kecil farmasi Tiongkok yang mengekspor obat-obatan ke Amerika Serikat.

Sering kali dalam pemeriksaannya, FDA menemukan tindak pelanggaran terhadap kesehatan yang serius. Obat-obatan yang masuk ke Amerika Serikat baik sebagai obat paten atau bahan obat, seringkali memiliki kualitas yang jauh di bawah standar keamanan kesehatan.

Bahkan beberapa obat sama sekali tidak diperiksa. Fakta bahwa obat-obatan dari Tiongkok tidak memenuhi standar kualitas AS telah diperparah oleh volume impor yang besar.

Tiongkok telah menjadi sumber utama dari banyak obat-obatan medis yang penting, termasuk penisilin. Demikian juga antikoagulan heparin, dan obat-obatan bedah.

Jika perselisihan antara Tiongkok dan Amerika Serikat terjadi, maka pasokan ini akan terancam. Dan jika rantai pasokan terputus, maka akan terjadi kekurangan obat-obatan penting.

Rosemary Gibson dan Janardan Prasad Singh, dalam buku terbitan terbarunya yang berjudul ‘China RX: Exposing the Risks of America’s Dependence on China for Medicine’ telah menjelaskan alasan yang menyebabkan Amerika Serikat bergantung pada perusahaan farmasi Tiongkok.

Buku tersebut menjelaskan secara terperinci bagaimana pemerintah Tiongkok telah menekan banyak industri farmasi penting di AS. Mereka berkompetisi secara tidak sehat dengan cara merusak kemampuan pesaing, mencuri teknologi pesaing, memotong jalan pintas, mencuri bahan melalui proses, dan ragam kecurangan lainnya.

Mereka juga mendesak farmasi penting lokal keluar dari pasar Amerika, hingga mengalami kebangkrutan.

Jika Tiongkok sekarang mengurangi pasokan, menurut Gibson dan Singh dalam tulisannya, “Pembedahan di rumah sakit tidak dapat berlangsung, pengobatan terhadap penyakit kanker terhenti, dialisis ginjal menjadi terbatas dan infeksi bisa menyebar. Dunia sudah sangat tergantung pada obat-obatan Tiongkok kini telah menjadi sebuah kenyataan.”

Tidak jelas berapa banyak obat di Amerika Serikat yang berasal dari daratan Tiongkok. Karena banyak perusahaan obat memilih untuk merahasiakan atau belum dapat mempublikasikan sumber obatnya.

Daftar obat asal Tiongkok beredar di pasar Amerika Serikat yang berhasil dilacak oleh penulis termasuk obat penyakit HIV, penyakit Alzheimer, gangguan bipolar, skizofrenia, kanker, depresi, epilepsi, obat tekanan darah tinggi dan beberapa obat lainnya.

Meskipun obat-obatan tertentu tidak diimpor langsung dari Tiongkok, sering kali bahan kimia asal Tiongkok yang dijadikan bahan dasar obat farmasi produksi lokal.

Penulis menunjukkan bahwa Tiongkok adalah pemasok terbesar obat-obatan massal dan blok kimia dasar terbesar di dunia yang dibutuhkan untuk memproduksi sejumlah obat resep, obat antibiotik dan vitamin yang dijual bebas di pasar.

Video Rekomendasi :

Perubahan rantai pasokan global
Situasi ini bukan terjadi sejak awal. Gibson dan Singh menulis, “Pada tahun 1990-an, Amerika Serikat, Eropa dan Jepang telah memasok sekitar 90 persen komponen kunci dari obat-obatan global, baik untuk farmasi yang memproduksi obat antibiotik dan vitamin.

Sekarang, menurut berita industri yang dikutip penulis buku, bahwa 80 persen dari bahan baku obat-obatan berasal dari Tiongkok dan India.

Penulis menyebutkan bahwa India juga memproduksi obat-obatan generik untuk Amerika Serikat. Akan tetapi, India juga bergantung pada Tiongkok untuk memasok bahan-bahan utama yang digunakan memproduksi obat-obatan seperti penicillin.

Perubahan rantai pasokan global mulai terjadi sejak tahun 2000, di mana Presiden AS saat itu, Bill Clinton secara resmi memutus tali hubungan antara hubungan perdagangan dengan negara yang paling memberikan keuntungan dengan hak asasi manusia.

Pada tahun 2000 Bill Clinton juga mengadopsi China–United States relations, dengan mengakui Tiongkok sebagai mitra dagang normal. Clinton juga memberikan perlakuan istimewa seperti tarif impor yang rendah. Dia bahkan mendukung aksesi Tiongkok ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Dengan terbuka lebarnya pintu AS untuk Tiongkok, tentu saja memberikan kesempatan kepada PKT untuk mengatur rencananya menuju dominasi pasar. PKT memaksa perusahaan AS untuk melobi mereka, jika tidak, perusahaan-perusahaan ini akan menghadapi pembalasan ekonomi. Demikian penulis menjelaskan.

Selain itu, PKT juga sangat memperhatikan siapa saja kepala eksekutif yang melobi Capitol Hill (Kongres AS). Mereka yang menolak permohonan perusahaan Tiongkok akan menghadapi larangan untuk berinvestasi, berproduksi dan memasarkan barang di pasar Tiongkok.

Setelah 3 tahun China–United States relations berjalan, defisit perdagangan AS dengan Tiongkok sudah mencapai 124 miliar Dolar AS.

Kurangnya kontrol kualitas terhadap obat-obatan asal Tiongkok
FDA tampaknya tidak siap untuk menanggulangi krisis baru ini. Gibson dan Singh menulis, “FDA yang dibentuk pada tahun 1906 berpatokan bahwa obat AS akan diproduksi di AS. FDA tidak siap untuk melakukan kontrol kualitas terhadap obat-obatan yang diimpor dalam skala besar, sehingga mengalami kesulitan dalam mengontrol farmasi Tiongkok.”

Eksekutif farmasi AS telah menyampaikan keluhan kepada FDA soal lingkungan persaingan dagang yang tidak adil. Mengapa FDA lebih sering melakukan kontrol kualitas terhadap perusahaan farmasi yang berada di AS tetapi hampir tidak pernah untuk perusahaan farmasi yang memindahkan produksi ke Tiongkok?

Namun, keluhan ini sebagian besar telah dibungkam.

Menurut buku tersebut bahwa setelah pemerintahan Clinton melonggarkan sejumlah besar batasan dalam perdagangannya dengan Tiongkok, sedikitnya ada 714 perusahaan Tiongkok yang memasok obat-obatan atau bahan baku obat untuk AS. Tetapi FDA setiap tahunnya hanya memeriksa 15 perusahaan di antaranya.

Pada tahun 2007, anggaran inspeksi FDA, termasuk anggaran untuk memeriksa farmasi asing yang memasok obat-obatan ke AS dipotong. Menurut penulis, “Dengan menurunnya kontrol dari badan pengawas, produk beracun yang dibuat di Tiongkok mengalir masuk ke AS.”

Pada tahun 2008 FDA mulai memperluas kontrol kualitas dengan mendirikan kantornya di Tiongkok. Kantor inilah satu-satunya kantor cabang FDA di luar negeri.

Menurut buku tersebut bahwa tak lama setelah FDA cabang Tiongkok berdiri, ketika petugasnya melakukan inspeksi ke pabrik Shanghai No.1 Shenghua Pharmaceutical Industry Limited Company yang memasok heparin ke AS, mereka menemukan bahwa pabrik tersebut belum pernah terlibat dalam produksi heparin.

Pabrik tersebut awalnya adalah sebuah pabrik tas kulit, perusahaan kemudian membeli heparin dari produsen kecil yang kurang terkenal lalu dikemas sedemikian rupa dalam kaleng almunium untuk dikirim ke AS.

FDA ingin memperkuat pengawasan tetapi orangnya tidak cukup. Hingga bulan April tahun 2014, hanya ada 2 orang petugas inti FDA yang secara permanen bertugas di kantor mereka di Beijing untuk melakukan pemeriksaan.

Pemerintah Tiongkok juga menolak untuk memberikan visa bagi petugas tambahan dari FDA agar FDA terpaksa menutup cabang mereka di Shanghai dan Guangzhou.

Meskipun melalui pemeriksaan, kualitas obat juga belum tentu aman. FDA diwajibkan untuk melapor ke pabrik farmasi sebelum mengirim petugasnya ke pabrik. Terhadap isu-isu yang sensitif, komunikasi sering kali menjadi masalah sehingga penyelesaian isu tertunda lama.

Tertulis dalam buku itu ucapan yang dikutip dari seorang veteran industri Tiongkok bahwa, di Amerika Serikat, kita hanya membutuhkan waktu antara 10 hingga 15 menit untuk mendapatkan akses data yang kita inginlan. Tetapi di Tiongkok bisa berhari-hari.

“Selain itu, Tahukah Anda mereka itu bisa mengubah data. Menyajikan data yang ingin mereka tunjukkan kepada Anda.”

Biaya Tinggi
Obat-obatan berkualitas rendah buatan Tiongkok jelas menimbulkan bahaya bagi pemakainya. Pada bulan Maret 2008, FDA mengadakan konferensi pers untuk menanggapi kontaminasi heparin yang dijual kepada Baxter Healthcare Corp of Illinois. Heparin terkontaminasi telah menimbulkan korban kematian 4 orang dan 350 orang lainnya terinfeksi.

Meskipun pejabat federal memutuskan bahwa produk yang terkontaminasi telah dikirim ke 11 negara, tetapi jumlah kematian di seluruh dunia belum pernah dilaporkan.

Ketika inspektur dari FDA melakukan pemeriksaan ke pabrik pembuat heparin yang terkontaminasi di kota Changzhou, Tiongkok, mereka menemukan bahwa bahan heparin yang terbuat dari usus babi diproduksi dalam wadah kotor atau tidak steril. Kemudian, para ahli melakukan tes dan mengidentifikasi kontaminan sebagai Oversulfated chondroitin sulfate.

Pada tahun 2007, bahan makanan hewan peliharaan yang dibuat di Tiongkok juga terkontaminasi melamina. Insiden itu menyebabkan ribuan ekor anjing dan kucing peliharaan sakit dan ratusan ekor mati.

Setahun kemudian, bahan kimia beracun yang sama ditemukan dalam formula bayi yang dibuat di Tiongkok. Peristiwa itu kemudian menyebabkan setidaknya enam orang bayi di Tiongkok meninggal dan lebih dari 300.000 orang bayi lainnya menjadi sakit.

Perusahaan-perusahaan Tiongkok sering menjual obat dengan harga lebih rendah untuk menjatuhkan produsen pesaing asing yang mematuhi standar industri.

Gibson dan Singh menulis, “Tidak mematuhi standar industri AS adalah kebijakan Tiongkok yang disengaja. Sepanjang tidak tertangkap, mereka akan memperoleh order permintaan. Dengan memenangkan kontrak dengan harga yang lebih rendah akan menghambat produksi yang berada dalam negeri AS dan memaksa dunia membeli, sehingga mengambil risiko harga murah kualitas buruk.”

Masalah ini cukup menonjol terjadi pada pasar vitamin C. Pada awal tahun 1990-an, sebagian besar vitamin C (asam askorbat) dibuat di Eropa atau Jepang. Tiongkok baru masuk ke pasar pada pertengahan tahun 1990-an.

Pada tahun 2001, empat perusahaan produsen besar vitamin C di Tiongkok telah memangkas harga produk mereka sebesar 50 persen. Hal itu membuat produsen lain kalah bersaing.

“Setelah perusahaan-perusahaan Tiongkok mendominasi pasar, harga mereka naikkan sebanyak 600 persen. Dalam sebuah gugatan kolektif yang diajukan lewat pengadilan di New York tahun 2005, hakim menemukan adanya bukti kolusi di antara perusahaan Tiongkok,” demikian tulisan dalam buku tersebut.

Ditambahkan bahwa para perusahaan Tiongkok itu mengaku adanya kongkalikong harga penjualan yang mengikuti petunjuk pemerintah Tiongkok. Dengan cara serupa ini pemerintah Tiongkok menguasai pasar penisilin.

Tiongkok menggunakan cara mengendalikan pasar farmasi untuk mengendalikan pasar komoditas lainnya.

Jeffrey Johnson, Presiden perusahaan keamanan jaringan SquirrelWerkz dalam kesaksiannya pada pertemuan US China Economic and Security Review Commission mengatakan, “Serangan-serangan itu dilakukan oleh kelompok kriminal yang didukung oleh negara.”

Mereka menggunakan berbagai cara kotor untuk tujuan mempercepat upaya Tiongkok masuk dan mengendalikan industri global utama.

Dr. Margaret Hamburg, mantan direktur FDA dalam sebuah percakapan di Beijing tahun 2014 telah menjelaskan bahwa menggantungkan pasokan obat-obatan penyelamat jiwa dari Tiongkok memiliki resiko yang tinggi.

“Dalam situasi semakin kompleksnya jaringan rantai pasokan global, setiap langkah mengandung risiko yang lebih besar. Tidak jarang bahaya itu timbul dari kurangnya kontrol kualitas, pelanggaran yang disengaja atau yang dihasilkan dari tindakan pemalsuan.” (Annie Wu, dan Joshua Philipp/ET/Sinatra/waa)

Video Pilihan Erabaru Chanel :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA