Sinovel Wind Tiongkok Dituntut Amerika karena Mencuri Rahasia Dagang

EpochTimesId – Pengadilan federal Amerika Serikat mengukuhkan keputusan tentang pencurian rahasia dagang milik AS oleh Sinovel Wind Co., Ltd., pada Januari 2018. Sinovel adalah sebuah perusahaan pembuat turbin angin yang berkantor pusat di Tiongkok.

Ini adalah pertama kalinya sebuah perusahaan Tiongkok digugat dan dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Pidana Federal AS karena mencuri teknologi.

Dalam kasus itu, mantan karyawan AMSC (American Superconductor) terlibat pencurian teknologi atas suruhan Sinovel. Selain itu, hal yang juga menarik perhatian masyarakat adalah serangan cyber oleh Tiongkok komunis serta proses yurisprudensi terhadap Sinovel yang banyak mengalami kesulitan.

Namun, lebih dari itu, kasus tersebut mewakili banyak perusahaan AS yang juga mengalami kasus serupa. Mereka menjadi korban pencurian rahasia dagang oleh perusahaan Tiongkok. Dimana pada umumnya, perusahaan Tiongkok yang melakukan pencurian itu terkesan ‘kebal hukum’.

Dalam siaran TV CBS acara ’60 Menit’ pada tahun 2016 ada laporan yang menyebutkan bahwa, ribuan perusahaan AS setiap tahunnya harus kehilangan rahasia dagang yang tercuri oleh pihak Tiongkok.

Tetapi hampir tidak ada CEO yang berani tampil membicarakan masalah tersebut, semata karena masih ada bisnis di Tiongkok. Mereka juga khawatir jika mereka diusir dari pasar Tiongkok yang besar.

Namun, tidak demikian dengan Daniel McGahn, kepala eksekutif Superkonduktor Amerika. Segera setelah terjadi pencurian teknologi oleh Sinovel, ia memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan perusahaan itu.

Akibat pencurian itu, nilai pasar perusahaan menguap hingga 70 persen. Omzet penjualan juga menurun sebanyak sepertiga dari volume awal. selain itu 900 orang karyawannya terpaksa di-PHK.

Video Rekomendasi :

Perusahaan kemudian melakukan konsolidasi agar bisa tetap bertahan. Namun, proses menuntut Sinovel secara hukum atas pencurian rahasia komersial tidak pernah terhenti.

“Beruntung kami masih mampu bertahan,” ujar Daniel McGahn.

Meskipun omzet penjualan belum pulih seperti 7 tahun lalu, Dia gembira karena bisa menyingkirkan ketergantungan terhadap pasar Tiongkok yang dikendalikan oleh pemerintahan komunis itu.

“Saya tidak ingin melihat perusahaan Amerika lainnya mengulangi kesalahan yang kami perbuat,” katanya.

Meskipun karyawan AMSC pada bulan April ini kembali mendengar kabar buruk, yakni Sinovel menolak untuk melunasi tunggakan sebelumnya mengenai biaya pembelian aksesoris elektronik untuk turbin angin.

Tetapi AMSC setidaknya dapat berharap untuk mendengarkan vonis hakim federal yang akan dikeluarkan pada bulan Juni nanti. Rumor yang beredar sekarang adalah Sinovel bakal dijatuhi hukuman berupa denda sejumlah 4,8 miliar Dolar AS.

AMSC mendapat serangan cyber dari pihak Tiongkok untuk mengetahui keadaan gugatan.
Sejak tahun 2011, AMSC juga mengajukan gugatan pelanggaran melalui pengadilan di Tiongkok.

CEO AMSC mengatakan bahwa perusahaannya tidak mundur dari menuntut hak-hak dan kepentingan perusahaan dengan terus melakukan tuntutan secara hukum. Meskipun dia tahu pasti, bahwa pemerintah Tiongkok komunis berada di belakang perusahaan Sinovel.

Sinovel Wind Power adalah perusahaan milik negara di Dalian. Perusahaan itu didirikan pada tahun 2006 dengan saham yang dimiliki pemerintah sekitar 18 persen.

Bulan Oktober 2011, AMSC dari Amerika Serikat mengajukan gugatan terhadap Sinovel melalui Pengadilan Tinggi Beijing atas perbuatan plagiat teknologi lewat perangkat lunak.

Laporan CBS menyebutkan bahwa tidak mengherankan pemerintah Tiongkok menolak pengusutan kasus ini. Otoritas kemudian balik menuntut dan meminta AMSC membayar ganti rugi yang jumlahnya mencapai 1,2 miliar dolar AS.

Pada saat yang sama, tuntutan hukum dilakukan di Amerika Serikat, Beijing, dan Hainan.
Pengacara Sinovel dalam perdebatan justru menuduh AMSC yang tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian sehingga kedua pihak memutuskan hubungan bisnis mereka.

Ia juga mengatakan bahwa tidak ada bukti mantan karyawan AMSC, Dejan Karabasevic mengakses kode asli secara ilegal. Masalah itu sepenuhnya disebabkan karena perusahaan AMSC gagal untuk mengambil langkah-langkah yang memadai dalam melindungi kode-kode sumber rahasia.

Tetapi, sebelum AMSC mengajukan tuntutan di pengadilan Tiongkok, Dejan Karabasevic telah mengaku mencuri rahasia teknologi. Dejan divonis satu tahun penjara, namun ditangguhkan selama dua tahun oleh Pengadilan Klagenfurt Austria. Dia dihukum atas kejahatan spionase industrial.

Di sisi lain, AMSC diserang oleh peretas Tiongkok setelah mengajukan gugatan. Ahli keamanan komputer yang disewa perusahaan memastikan bahwa serangan berasal dari Tentara Pembebasan Rakyat Unit 61398.

Militer Tiongkok tersebut jugalah yang dituduh mencuri rahasia perusahaan di Amerika Utara.

peretas tiongkok serang data amerika
Foto simbolis dengan topik kejahatan online, pencurian data dan pembajakan: Seorang pria berpose dengan laptop yang menunjukkan kode biner di depan rak Server di pusat server pada 12 Januari 2018, di Berlin, Jerman. (Thomas Trutschel / Photothek via Getty Images)

Crowd Strike, perusahaan keamanan komputer yang disewa AMSC menemukan bahwa ke-13 orang anggota dewan perusahaan superkonduktor itu semua menerima sebuah e-mail mencurigakan yang berlampiran.

Seseorang membuka lampiran itu dan secara tidak sengaja telah membukakan pintu belakang buat masuknya peretas Tiongkok komunis.

Dmitri Alperovitch, pendiri Crowd Strike yang juga seorang ahli komputer mengatakan, peretas bermaksud mengetahui tentang langkah hukum yang akan ditempuh AMSC dalam masalah kompensasi 1,2 miliar Dolar AS tuntutan Sinovel.

“Pokoknya begitu ada tuntutan hukum yang besar, peretas akan masuk, masuk ke departemen hukum perusahaan untuk mencuri lihat apa langkah yang diambil AMSC, tujuannya tak lain adalah agar Sinovel dapat menentukan langkah yang lebih baik dalam proses pengadilan,” ujar seorang ahli komputer lainnya, George Kurtz.

Unit 61398 yang terjun dalam kegiatan peretasan adalah markas perang jaringan milik Tiongkok komunis.

Laporan perusahaan keamanan IT Amerika Serikat Mandiant Corporation bulan Februari 2013 menyebutkan, track record yang dilacak selama tujuh tahun terakhir menegaskan bahwa unit 61398 Tiongkok itu terbukti memiliki hubungan langsung dengan sejumlah serangan peretas dan penetrasi.

Pada 19 Mei 2014, Departemen Kehakiman AS menggugat lima orang petugas dari unit 61398 yang melakukan kegiatan spionase.

Tuntutan hukum ditingkatkan dari kasus perdata ke kasus pidana.

Selanjutnya, Departemen Kehakiman AS pada 2013 melalui pengadilan federal di Wisconsin menuntut perusahaan Tiongkok Sinovel dan dua orang eksekutif perusahaan dan mantan karyawan AMSC dengan gugatan melakukan pencurian rahasia dagang. Dengan demikian gugatan antar AMSC dengan Sinovel meningkat dari perdata menjadi pidana.

Ini adalah pertama kalinya pemerintah AS mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan yang telah mencuri hak kekayaan intelektual. Pada 2013, Richard A. McFeely, eksekutif asisten direktur FBI saat itu mengatakan, “Kekayaan intelektual perusahaan AS sedang terancam pencurian, contohnya adalah produsen turbin angin Tiongkok Sinovel dan karena itu FBI tidak akan berpangku tangan.”

Dia mengungkapkan bahwa sejak tahun 2008, jumlah spionase komersial yang tertangkap oleh FBI melonjak lebih dari dua kali lipat dalam lima tahun. Jumlah gugatan hukum meningkat hingga lima kali lipat, sementara itu, pembenaran secara hukum juga telah meningkat delapan kali lipat.

Josh Mayers, pejabat investigasi FBI yang bertanggung jawab dalam penyelidikan kasus pencurian rahasia dagang AMSC oleh Sinovel pada diskusi keamanan cyber di media ‘The Cipher Brief’ memberikan komentarnya.

“Ini hanyalah versi baru dari cerita yang telah diulang dan diulang dalam 20 tahun terakhir, dan ini terus menyakiti para tenaga kerja, perusahaan dan lembaga ekonomi besar Amerika,” jelasnya.

Mayers memperingatkan bahwa, bahkan jika Sinovel akhirnya bersedia mengaku bersalah, pemerintah AS masih memiliki cara lain untuk menuntut sanksi, seperti pembekuan aset Sinovel dan pejabatnya. Selain itu juga bisa melarang lembaga Amerika untuk melakukan bisnis dengan mereka.

Tetapi yang lebih penting adalah Amerika harus waspada terhadap pencurian hak kekayaan intelektual oleh Tiongkok komunis. Kewaspadaan Amerika harus tetap dipertahankan.

Terkadang kecerobohan juga memberikan kesempatan kepada Tiongkok komunis untuk melakukan pencurian kekayaan intelektual.

Sebagai contoh, menurut hasil penyelidikan FBI, setelah AMSC mengajukan tuntutan pengadilan Sinovel pada 2011, Sinovel masih 2 kali mengekspor 4 unit turbin angin berkapasitas 1,5-megawatt dengan perangkat lunaknya yang melanggar hak ke Negara Bagian Massachusetts. Turbin itu untuk digunakan oleh Komite Pengelolaan Sumber Daya Air Bersih Negara Bagian yang pengoperasiannya didanai pemerintah federal.

Josh Mayers mengatakan, perusahaan Tiongkok selama puluhan tahun terus mencuri teknologi Amerika. Namun Mahkamah Pidana Federal menuntut Sinovel melakukan pencuri hak kekayaan intelektuan AS yang divonis pada bulan Januari ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah.

“Para pelakunya-setidaknya perusahaan di belakangnya sudah tertangkap.”

Menurut Josh Mayers bahwa arti yang lebih besar dari divonisnya kasus Sinovel adalah memberikan peringatan kepada pemerintah AS, tidak hanya untuk mengambil langkah-langkah agar perusahaan-perusahaan ini bertanggung jawab atas tindak kejahatan mereka. Yang lebih penting adalah mencegah perusahaan Tiongkok dan Tiongkok komunis terus mencuri teknologi, kreativitas dan inovasi milik bangsa Amerika.

National Bureau of Asian Research, sebuah biro nirlaba AS dalam laporannya pada tahun lalu memperkirakan bahwa kerugian karena pencurian hak kekayaan intelektual milik AS setiap tahunnya bisa mencapai 600 miliar Dolar AS. Dan Tiongkok adalah salah satu pelaku utamanya.

Pada bulan Maret, kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) di bawah arahan Presiden Trump melakukan penyelidikan yang menghabiskan waktu lebih dari tujuh bulan. Penyelidikan yang kemudian menemukan bahwa, pihak berwenang Tiongkok menggunakan cara paksaan, tekanan dan cara lain untuk mendapatkan teknologi dan kekayaan intelektual milik AS.

Tindakan tersebut membuat distorsi pasar, dan berdasarkan inilah Trump menaikkan tarif impor barang Tiongkok yang mencapai 50 miliar dolar, sebagai hukuman. Pekan ini Trump mungkin akan mengeluarkan lagi daftar barang lain yang terkena tarif baru yang jumlahnya mencapai 100 miliar dolar AS.

CEO perusahaan AMSC, Daniel McGahn memuji Trump untuk pertama kalinya menuntut Tiongkok komunis untuk menanggung konsekuensi dari pencurian kekayaan intelektual AS.

“Ini adalah pertama kalinya Tiongkok komunis harus mempertanggungjawabkan perbuatannya (pencurian),” tegasnya.

Setelah memenangkan tuntutan di AS, AMSC dapat meningkatkan peluang memenangkan beberapa gugatan perdata yang diajukan di pengadilan Tiongkok.

Setelah rahasia dagang AMSC dicuri Sinovel, perusahaan telah berulang kali meminta bantuan kepada pemerintahan Obama dan Kongres. Daniel McGahn sendiri juga berulang kali mengkritik Bush dan Obama yang telah mengeluarkan retorika sengit tentang pencurian hak kekayaan intelektual oleh Tiongkok komunis, tetapi mereka tidak secara serius mempermasalahkan hal ini dengan pemerintah Tiongkok.

Masyarakat luar percaya bahwa keputusan Pengadilan Federal AS memberi peringatan kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok yang berusaha mencuri kekayaan intelektual AS. Keputusan pengadilan Amerika juga memperingatkan, bahwa perusahaan Tiongkok harus bertanggung jawab atas tindakan mereka.

PHK perusahaan ZTE tiongkok
Pengunjung lewat di depan tribun ZTE pada hari pertama Mobile World Congress di Barcelona pada 27 Februari 2017. (Lluis Gene / AFP / Getty Images)

Departemen Perdagangan AS pada bulan April telah memberlakukan sejumlah larangan terhadap perusahaan telekomunikasi Tiongkok, ZTE karena melanggar perjanjian. Kejadian ini lebih pada memberikan peringatan kepada perusahaan-perusahaan yang melakukan bisnis dengan Amerika Serikat, mereka wajib mematuhi aturan yang disepakati.

Pada saat yang sama, tuntutan pidana tersebut juga memberikan sinyal kepada pemerintah Tiongkok mengapa Trump memberlakukan sanksi terhadapnya.

Di sisi lain, ini juga dapat dijadikan ‘bukti’ buat Xi Jinping, kalau dia mau menuntut tanggung jawab perusahaan dan pejabatnya yang terlibat perbuatan jahat yang merugikan negara dan bangsanya.

Daniel McGahn mengatakan, “saya sadar jika sekarang banyak orang mengira bahwa AS dan Tiongkok sedang perang dagang. Ini sebenarnya bukan awal dari perang dagang, tetapi memasuki suatu strategi baru setelah perang dagang selama dekade terakhir yang mengalami kegagalan.” (Lin Yan/ET/Sinatra/waa)

Video Rekomendasi :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA