Hikmah Insiden ZTE Bagi RRT dan Amerika Serikat

Oleh : Dr. Xie Tian

Insiden ZTE melibatkan Amerika Serikat dan RRT, namun ia tidak memiliki dampak besar dalam masyarakat AS, meskipun ada banyak laporan di media, masyarakat pada umumnya tidak menganggap hal itu serius, karena berpikir bahwa pemerintah menggunakan perintah administratif untuk menghukum sebuah perusahaan PMA yang melanggar aturan, tidak akan berdampak bagi AS. Sebagian besar warga AS bahkan tidak pernah mendengar juga tidak kenal apa itu merk ZTE.

Dampak dari insiden di Tiongkok lebih luas dan jauh lebih kuat. Mengamati diskusi tentang insiden itu dari pemerintah Tiongkok, masyarakat sipil, intelektual dan kalangan industri, akan menemukan fenomena yang menarik: Level atas PKT tampaknya sangat frustrasi terhadap hal ini namun emosinya tidak tercermin ke permukaan; beberapa departemen pemerintah merespon dengan cepat dan mengancam akan membalas dendam;  biro publisitas, corong partai di luar negeri dan Partai Wu Mao (kelompok warganet bayaran pendukung policy rezim Beijing) tentunya bereaksi sengit, marah dan terus mengutuk secara sepihak dan mendukung ZTE serta membangkitkan sentimen anti-Amerika; beberapa departemen pemerintah lainnya mengkritik keras ZTE “picik dan tiada integritas”; para intelektual kritis yang bernyali mulai benar-benar merenungkan, mencoba untuk memahami akar permasalahan sebenarnya yang berkaitan dengan kekuasaan PKT.

Di masa lalu, terlepas dari apa yang terjadi di masyarakat internasional, corong PKT akan selalu mengambil kesempatan untuk berkoar “RRT adalah pemenang terbesar”. Insiden ZTE melibatkan RRT dan AS, berkaitan dengan telekomunikasi dan industri teknologi tinggi Tiongkok, para corong PKT malahan tidak berani mengatakan bahwa mereka adalah “pemenang terbesar”, karena mereka sebenarnya tahu betul dalam hal ini siapakah pecundang terbesarnya.

Pelajaran/hikmah yang didapatkan dan lebih patut direnungkan secara mendalam dari insiden ZTE  adalah pihak RRT, termasuk pemerintah, kalangan industri dan kalangan rakyat, serta kesimpulan hikmah dari pemerintah AS terhadap insiden tersebut.

Ringkasan kedua pihak tentang hikmah dan efek lanjutan dari insiden itu kelihatan sangat berbeda sekali, boleh dikata berlawanan arah, hal ini menjelaskan tingkat distorsi masyarakat Tiongkok dibawah otoritas PKT, kemerosotan standar moralitas pada umumnya juga mengisyaratkan bahwa perusahaan PKT mungkin selamanya tidak pernah mau belajar, mengubah haluan dan memulai sesuatu yang baru serta kembali ke jalan yang benar.

Sejumlah pihak di Tiongkok menyalahkan pihak ZTE tidak menjaga rahasia, begitu teledornya hingga orang Amerika mendapatkan bukti autentik. Lima tokoh “Wu Mao” yang beken menyebut insiden itu sebagai “Berat tapi menguntungkan” dan “Musim semi penelitian dan pengembangan mandiri telah tiba”, mengira bahwa PKT dapat membuat kereta dalam kamar tertutup dan meningkatkan sendiri high teknologi. Ada pula yang berpendapat bahwa tindakan Amerika Serikat ini adalah bagian dari perang perdagangan RRT-AS, adalah perilaku “mencekik leher” yang menyerang tepat mengena daya saing iptek RRT dengan maksud menggagalkan program pemerintah “Made in China 2025”.

Sebenarnya, hukuman Amerika terhadap ZTE adalah ZTE sendiri yang meminta! Sepertinya adalah kehendak Ilahi, ZTE melanggar peraturan pelarangan AS atas ekspor terhadap Iran dan menjual lagi komoditi AS, bukti kriminal itu “dikirim” sendiri kepada pemerintah Amerika Serikat.

Ketika seorang eksekutif senior ZTE menerima pemeriksaan pabean di bandara, pihak AS menemukan dokumen rahasia internal ZTE dan dokumen teramat rahasia dari komputer sekretarisnya, menunjukkan bahwa ZTE pada dasarnya sudah tahu telah melanggar aturan tapi tetap dilakukan dan dengan nekad mengambil risiko.

Pihak AS berpendapat bahwa ini adalah kesalahan manajemen senior perusahaan asing, maka lantas menghukum perusahaan itu. Apa yang tidak dipahami oleh warga Amerika adalah bahwa ini bukan hanya masalah perusahaan, juga bukan hanya masalah dari eksekutif senior perusahaan, namun adalah kelemahan sistem PKT.

Biro Industri dan Keamanan Departemen Perdagangan AS menyimpulkan lima pelajaran untuk insiden ZTE: Jangan berbohong dan memalsukan, jangan menghancurkan bukti, jangan menutupi kejahatan, jangan tidak tahu bertobat, semasa pemeriksaan malah masih mengulangi aktivitas pelanggaran tersebut, dan jangan menggunakan pelanggaran terorganisir sebagai strategi perusahaan.

Inti dari lima pelajaran dari pihak Amerika Serikat adalah: ketulusan dan kejujuran serta mengutamakan dan mematuhi aturan. Bagi masyarakat Amerika, ketulusan adalah norma sosial yang wajar.

Salah satu alasan mengapa Amerika Serikat bisa menjadi kuat, makmur dan sejahtera adalah karena orang-orang Amerika tulus, jujur dan saling percaya serta menaati aturan dengan ketat. Hal ini di RRT sangat sulit diterapkan karena RRT dibawah rezim komunis bukanlah masyarakat hukum, PKT selalu memandang rendah peraturan juga melanggar aturan yang dibuat sendiri bahkan merusak aturan.

Trump menjatuhkan sanksi perdagangan kepada RRT dan api perang perdagangan terus dikobarkan, yang dituju adalah karena ketidakpatuhan PKT terhadap peraturan perdagangan internasional.

Beberapa kritikus di daratan Tiongkok berpendapat bahwa kasus ZTE dihukum 7 tahun tidak disuplai chips oleh AS belum tentu merupakan hal buruk, ini mungkin merupakan sebuah peringatan bagi Tiongkok; jika Tiongkok hendak bangkit, tapi tanpa menaati peraturan akan menjadi ancaman bagi dunia, jika bisa menarik pelajaran dari pengalaman pahit dan mengutamakan peraturan maka kebangkitan Tiongkok akan menjadi mungkin.

Kunci permasalahannya adalah ketika seluruh masyarakat Tiongkok ditempatkan di bawah PKT yang terkenal piawai dengan kebohongan dan penipuan maka hal buruk sama sekali tidak mungkin berubah menjadi hal baik. PKT sekali lagi membuktikan menjadi batu sandungan yang menghambat perkembangan Tiongkok itu sendiri. (LIN/WHS/asr)