Presiden Mongolia Desak Malaysia Membuka Kembali Kasus Pembunuhan Model Altantuya

Epochtimes.id- Presiden Mongolia mendesak Perdana Menteri Malaysia yang baru Mahathir Mohamad untuk membuka kembali penyelidikan atas pembunuhan model Mongolia di dekat Kuala Lumpur pada 2006 silam.

Desakan ini sebuah langkah yang dapat memberi tekanan lebih besar kepada mantan Perdana Menteri sebelumnya yakni Najiz Razak.

Shaariibuu Altantuya (28) tewas dan diledakkan dengan bahan peledak kelas militer di sebuah hutan di pinggiran ibukota Malaysia.

Pada tahun 2015, dua mantan petugas polisi dijatuhi hukuman mati atas kejahatan tersebut setelah pertama kali dijatuhi hukuman pada tahun 2009 dan dibebaskan empat tahun kemudian.

Tetapi laporan-laporan telah menuduh bahwa para perwira bertugas sebagai pengawal untuk mantan perdana menteri Najib Razak, yang merupakan wakil perdana menteri pada saat terjadi pembunuhan.

Presiden Battulga Khaltmaa memberi selamat kepada Mahathir yang berusia 92 tahun setelah resmi menjabat sebagai PM. Dia mengatakan Malaysia diminta membuka kembali penyelidikan tidak hanya akan membantu keadilan tetapi meredakan ketegangan antara kedua negara.

“Sebagai presiden Mongolia, saya menaruh perhatian khusus pada kejahatan yang diperparah, bahwa pada 18 Oktober 2006, seorang warga Mongolia dan ibu dari dua anak Shaariibu Altantuya dibunuh di Malaysia,” katanya dalam sepucuk surat kepada Mahathir yang juga diterbitkan di situs web kantornya.

Sirul Azhar Umar, salah satu mantan polisi yang dinyatakan bersalah atas pembunuhan itu mengatakan bahwa ia bersedia membantu pemerintah baru dalam setiap penyelidikan yang diperbarui, asalkan ia diberikan pengampunan penuh seperti ditulis situs berita lokal Malaysiakini.

Reuters tidak bisa langsung menghubungi Sirul untuk dimintai komentar.

Dia telah ditahan di fasilitas Departemen Imigrasi dan Perlindungan Perbatasan di Sydney sejak 2015 setelah pembebasannya dibatalkan oleh Pengadilan Federal Malaysia.

Kelompok masyarakat sipil menduga pembunuhan Altantuya terkait dengan perannya sebagai penerjemah dan rekan Abdul Razak Baginda, mantan penasihat Najib, dalam pembelian dua kapal selam kelas Scorpena dari raksasa kapal Jerman DCNS pada 2002.

Najib membantah tuduhan terkait ke Shaariibuu atau korupsi dalam pembelian kapal selama.

Koalisi Najib dikalahkan oleh aliansi oposisi Mahathir terkait hasil pemilihan umum yang mengejutkan pada pekan lalu. Najib saat ini sedang diselidiki sebagai bagian dari penyelidikan terhadap dana negara yang dilanda skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB). (asr)

Oleh Munkhchimeg Davaasharav di Ulaanbaatar dan Fathin Ungku di Kuala Lumpur