Israel Larang Wisatawan dengan Paspor Indonesia Kunjungi Yerussalem

Epochtimes.id- Israel akan menolak masuk semua warga negara Indonesia mulai 9 Juni 2018 mendatang. Langkah itu muncul setelah Indonesia mulai melarang kunjungan warga Israel pasca konflik baru-baru ini di Gaza, seperti dilaporkan oleh Calcalist pekan lalu.

Seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Israel mengkonfirmasikan rincian dalam pesan pada Rabu (30/05/2018) ke Calcalist dengan syarat anonim.

Israel dan Indonesia memang tidak memiliki hubungan diplomatik resmi.

Hingga baru-baru ini, orang-orang Israel dapat mengunjungi Indonesia menggunakan visa turis kelompok sementara dan visa bisnis perorangan.

Aturan yang sama berlaku untuk pengunjung Indonesia ke Israel tetapi mulai 9 Juni 2018 Israel akan menolak semua warga negara Indonesia masuk ke negara itu.

“Kedua negara bekerja sama untuk membuat kerugian sebanyak mungkin,” Kata Ketua Kamar dagang Israel-Indonesia, Emanuel Shahaf, kepada Calcalist.

Menurut Mr. Shahaf, hanya beberapa ribu orang Israel yang mengunjungi Indonesia setiap tahun. Sedangkan jumlah turis Indonesia di Israel mencapai sekitar 40.000 orang per tahun.

Pada Selasa, Israel membom sasaran di Jalur Gaza setelah puluhan roket dan bom mortir ditembakkan ke negara itu oleh Hamas dan militan Jihad Islam.

Setelah serangan udara, juru bicara Jihad Islam, Dawood Shihab, mengumumkan bahwa gencatan senjata telah dicapai dibantu oleh para mediator Mesir. Para pejabat Israel membantah gencatan senjata itu. Meski demikian berbagai laporan menyebutkan permusuhan telah terhenti sejak Rabu pagi.

Situasi di Gaza mulai meningkat pada akhir Maret, ketika puluhan ribu warga Palestina mulai berbaris menuju perbatasan ke Israel, yang dilindungi oleh pagar, dalam serangkaian protes yang dijuluki “Great March of Return.”

Lebih dari 110 orang Palestina tewas dan ribuan lainnya terluka dalam bentrokan antara demonstran dan militer Israel seperti diungkap kementerian kesehatan Palestina di Gaza.

Awal bulan ini, seorang pejabat Hamas mengklaim bahwa korban Palestina terdiri 50 adalah anggota Hamas. Sementara juru bicara Jihad Islam mengatakan tiga dari korban adalah anggota sayap militernya.

Dalam sebuah kolom yang diterbitkan pekan lalu di Wall Street Journal, juru bicara militer Israel Ronen Manelis menuduh Hamas mempekerjakan warga sipil sebagai “ekstra”, membayar $ 14 per kapita dan $ 100 per keluarga untuk menghadiri protes, dan menaikkannya menjadi $ 500 jika cedera selama konfrontasi.

Insiden ini mendatangkan kritik internasional terhadap Israel hingga membuat Turki mengusir duta besar Israel di Turki. dan voting Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang mendukung penyelidikan tindakan Israel terhadap demonstran. AS dan Australia adalah satu-satunya dua negara yang memilih menentang keputusan tersebut. (asr)