Pejabat Intelijen AS Khawatir dengan Invasi Bersenjata Tiongkok ke Taiwan dalam 10 Tahun ke Depan

Mantan pejabat intelijen AS memprediksikan bahwa Tiongkok dapat melancarkan invasi bersenjata terhadap Taiwan paling lambat pada tahun 2030. Tujuan strategisnya adalah untuk mengusir Amerika Serikat dari Asia.

Para peneliti pada Pusat Penelitian Strategis Internasional percaya bahwa kegiatan demokrasi Taiwan merupakan ancaman terhadap legitimasi Tiongkok komunis. Tiongkok dapat menggunakan invasi bersenjata terhadap Taiwan paling cepat pada tahun 2020 untuk menjadikan Taiwan sebagai pijakan strategis global.

 oleh Huo Cheng – EpochWeekly

Militer Tiongkok melakukan invasi bersenjata terhadap Taiwan sebelum tahun 2013 ?!

James Fanell, seorang Kolonel Laut AS yang telah pensiun pada 17 Mei menghadiri acara dengar pendapat mengenai ekspansi militer global Tiongkok yang diselenggarakan oleh Komite Intelijen Dewan Perwakilan AS. Dia memperkirakan, militer Tiongkok dapat melancarkan invasi bersenjata terhadap Taiwan paling lambat tahun 2030. Oleh karena itu, tahun 2020 hingga 2030 akan menjadi dekade yang mengkhawatirkan.

Kolonel Laut James Fanell yang pernah menjabat sebagai Deputi Direktur Armada Ketujuh AS mengatakan bahwa, dalam dekade yang mengkhawatirkan ini Tiongkok komunis setiap hari akan menghadapi peningkatan tekanan internal yang muncul. sehingga mereka akan meminta jari siap  menarik pelatuk. tinggal tunggu instruksi untuk mempersatukan kedaulatan dengan kekuatan militer.

James Fanell percaya bahwa para pemimpin Tiongkok mendesak militer Tiongkok mempersiapkan kemampuan untuk menyerang Taiwan pada tahun 2020. Sementara itu juga  terus mempromosikan target peremajaan besar bangsa Tionghoa pada tahun 2049. Sehingga pada saat Republik Rakyat Tiongkok merayakan usianya yang ke-100, Tiongkok telah menyelesaikan target utamanya, yakni reunifikasi nasional.

Masalahnya sekarang adalah, kapan invasi bersenjata terhadap Taiwan mau dilakukan, agar orang-orang waktu itu telah melupakan masalah invasi militer dan bersedia bergabung dalam pesta yang diadakan di Beijing.

James Fanell mengatakan bahwa, tahun 2029 adalah batas waktu militer Tiongkok mengambil alih Taiwan demi reunifikasi. Dunia melihat apa yang Tiongkok komunis perlakukan terhadap rakyatnya. Tetapi 19 tahun kemudian, Tahun 2008, Beijing mampu menjadi tuan rumah Olimpiade dan bahkan Presiden Amerika Serikat menghadiri upacara tersebut.

Ia percaya bahwa pemimpin komunitas internasional dapat melupakan peristiwa Tiananmen dalam waktu kurang dari 20 tahun, kemudian paling lambat invasi militer terhadap Taiwan harus dilaksanakan pada tahun 2030, dan cukup banyak informasi yang mendukung pemikiran tersebut.

Farell juga mengatakan, meskipun tujuan strategis Tiongkok adalah reunifikasi Taiwan, tetapi juga untuk mencegah intervensi AS dalam konflik Selat Taiwan, Amerika Serikat akhirnya akan terusir dari Asia.

Demokrasi Taiwan adalah ancaman bagi legitimasi PKT

Richard Fisher, peneliti senior di Pusat Kajian dan Strategi Internasional juga memprediksikan Tiongkok dapat menggunakan kekuatan militer untuk reunifikasi Taiwan secepat pertengahan 2020. Dia mengatakan militer Tiongkok pada tahun-tahun terakhir terus meningkatkan tekanan kepada Taiwan di Selat Taiwan,

Pada awal tahun mereka menggeser secara sepihak jalur penerbangan pesawat di Selat Taiwan hingga mendekati tengah selat dengan maksud agar militer Taiwan sulit untuk membedakan mana pesawat lawan dan teman. merusak stabilitas di Selat Taiwan.

Ia percaya Amerika Serikat harus menyediakan pesawat mengisi bahan bakan di udara kepada Taiwan agar Taiwan mampu mengatasi ancaman militer Tiongkok.

Richard Fisher mengatakan, Tiongkok memperluas kemampuan membangun integrasi strategis darat, laut dan udara. Amerika Serikat memiliki kira-kira 10 tahun untuk mencegah ekspansi militer Tiongkok, dan Selat Taiwan akan menjadi titik awal.

Dia mengatakan alasan PKT khawatir terhadap Taiwan adalah bahwa perkembangan demokrasi Taiwan terus menjadi ancaman bagi legitimasi PKT. “Selama domokrasi Taiwan ada, legitimasi PKT terancam”

Selain itu, alasan penting Tiongkok mengambil kembali Taiwan, karena mereka akan  menempatkan Taiwan sebagai loncatan strategis bagi kemampuan pengiriman global militer, termasuk menempatkan rudal balistik antarbenua, pesawat tempur dan sistem senjata milik Tiongkok.

Ketua Komite Intelijen, Nunes mengatakan pemerintah terdahulu AS telah membantu Beijing bergabung dengan WTO dan mengadakan pertukaran militer. menghindari konfrontasi dengan membiarkan Tiongkok melakukan praktik perdagangan yang tidak adil dan klaim teritorial yang berlebihan. Namun, metode menyenangkan Tiongkok ini tidak meningkatkan hubungan bilateral, bahkan membuat Tiongkok menjadi lebih berani, sekarang mungkin sudah menjadi ancaman utama bagi keamanan, ekonomi, dan nilai-nilai AS.

Peneliti Amerika: Tiongkok belum mampu menyerang Taiwan pada tahun 2020

Terkait masalah invasi terhadap Taiwan, Ian Easton, seorang peneliti dari Institut Project 2049 menerbitkan sebuah buku yang mengekspos rahasia Tiongkok mengenai rencana menyerang Taiwan.

Kepada Epoch Times Ian Easton mengatakan, militer Tiongkok tak akan melakukan invasi terhadap Taiwan pada tahun 2020, karena Tiongkok tidak memiliki kekuatan dan keberanian untuk itu, jika Tiongkok sampai melakukannya, maka AS, Jepang, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman dan lainnya tidak akan tinggal diam. Apalagi semua negara menyadari bahwa PKT harus harus dihilangkan.

Atas rangkaian tindakan Tiongkok di Laut Selatan telah membangkitkan kewaspadaan Gedung Putih. Juru bicara Gedung Putih Sanders pada 3 Mei memperingatkan bahwa militerisasi Tiongkok komunis di Laut Selatan akan memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.

Juru bicara Pentagon mengatakan bahwa militerisasi lanjutan dari wilayah kontroversial di Laut Selatan akan memperburuk situasi ketegangan dan mengguncang stabilitas kawasan  tersebut. (Sinatra/asr)