Merkel Dukung Tarif Nol dari Trump – Beijing Bertambah Galau

Pada awal Perang Dagang RRT-AS, tampaknya masalah tarif mobil impor Eropa-Amerika Serikat juga mencapai titik balik. Sebelumnya, terkait dengan pembalasan tarif Uni Eropa, AS mengancam akan mengenakan pajak 20% untuk mobil impor Uni Eropa.

Menurut laporan media Jerman pada 5 Juli lalu, belakangan ini, Duta Besar AS untuk Jerman Richard Grenell mengusulkan ketika bertemu dengan para CEO industri otomotif Jerman dari: Harald Krüger – BMW, Dieter Zetsche – Daimler dan Herbert Diess – Volkswagen bahwa jika Uni Eropa menghapus total tarif impor mobil Amerika maka Presiden Trump akan menerapkan “tarif nol” untuk mobil impor Eropa.

Terhadap usulan Amerika Serikat, tiga top eksekutif industri mobil Jerman itu menyatakan bahwa jika dapat menghindari sebuah perang tarif maka mereka dapat mengeluarkan sebuah jaminan bahwa mereka akan mempertahankan tingkat investasi di Amerika Serikat. Sedangkan Kanselir Jerman Angela Merkel juga secara terbuka menyatakan mendukung proposal ini.

Berita TV Jerman menunjukkan bahwa ini adalah “sinyal meredanya Perang Dagang” Eropa-AS. Meskipun keputusan terakhir berada ditangan Uni Eropa, akan tetapi pernyataan Merkel sebagai PM negara besar eksportir mobil seharusnya sangat berbobot.

Sudah jelas Beijing tidak senang dengan berita semacam ini. Faktanya, di saat setelah Perang Dagang RRT-AS resmi dimulai, badan ekonomi besar yang lain di dunia yakni Uni Eropa telah menjadi kecemasan yang tersembunyi bagi Beijing yang mengkhawatirkan Amerika Serikat akan bergabung dengan Eropa, hal ini akan membuat ekonomi Tiongkok sudah jatuh tertimpa tangga.

Menurut laporan terbaru dari Reuters Inggris, beberapa pejabat senior PKT seperti Wakil PM Liu He dan Menlu Wang Yi, setidaknya di tiga kali kesempatan mengusulkan kepada Uni Eropa untuk membentuk aliansi dengan Beijing.

PKT menyatakan akan membuka lebih banyak pasar kepada Uni Eropa sebagai imbalannya. Pada saat yang sama juga mengusulkan RRT-UE bersama-sama menggerakkan aksi Anti-AS dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan pada pertengahan Juli mengeluarkan pernyataan bersama dalam KTT – RRT-UE untuk menentang kebijakan perdagangan pemerintahan Trump.

Namun, lima pejabat Uni Eropa mengatakan kepada Reuters bahwa UE telah menolak proposal PKT. Karena mereka menyatakan bahwa sebenarnya mereka setuju dengan tuduhan AS terhadap Beijing, PKT telah mendistorsi perilaku perdagangan sebagian industri yang mengakibatkan kelebihan kapasitas dan mencoba untuk mendominasi pasar global.

Sikap Uni Eropa sebenarnya telah ditunjukkan dalam dialog ekonomi dan perdagangan tingkat tinggi RRT-UE VII pada 25 Juni lalu. Pada saat itu Wakil Presiden Komisi Uni Eropa, Jyrki Tapani Katainen, berbicara pada konferensi pers bersama yang diselenggarakan yang menyebutkan tentang perbedaan perdagangan Uni Eropa-RRT, termasuk masuknya perusahaan dan produk Eropa ke pasar Tiongkok serta subsidi besar dan terlibatnya pemerintah RRT dalam perusahaan teknologi tinggi yang ikut merencanakan Program Made in China 2025.

Katainen menghimbau Beijing untuk melonggarkan pembatasan akses pasar dan memecahkan masalah kelebihan produksi baja. Namun, kata-kata Katainen ini sama sekali tidak terlihat di media daratan Tiongkok manapun, jelas sengaja diabaikan/disensor.

Sebaliknya yang terbaca di media daratan Tiongkok adalah RRT dan Eropa bersama-sama disudutkan oleh Amerika Serikat, itu sebabnya kedua belah pihak harus bergabung.

Perhitungan Beijing adalah: Melalui membuka pasar dan menyediakan order besar untuk memisahkan Eropa-AS, memikat Uni Eropa agar bersedia merespon bersama-sama PKT dalam menghadapi tekanan perdagangan AS untuk mengurangi tekanan luar biasa bagi Beijing.

Akan tetapi angan-angan Beijing ini jelas gagal, hal ini disebabkan oleh karena Beijing tidak mau mengakui bahwa perbedaan antara Eropa-AS dan perbedaan antara RRT-AS, sifatnya sama sekali beda.

Pergesekan perdagangan antara Eropa dan Amerika Serikat termasuk pergesekan normal di bawah sistem ekonomi pasar yang sama, kedua belah pihak dapat memecahkan masalah ini melalui komunikasi dan negosiasi di atas meja, misalnya seperti pajak mobil.

Selain itu, hubungan persekutuan antara Eropa-AS dalam aspek politik dan militer yang berlandaskan basis nilai bersama juga tidak akan semudah itu untuk sembarangan diubah. Upaya perpecahan yang dilakukan Beijing tidak diragukan lagi telah menilai secara berlebihan efek umpan yang dilemparkan olehnya.

Adapun perbedaan perdagangan antara RRT-AS dan RRT-Eropa itu merupakan kontradiksi struktural.

Sebuah artikel di Internet berjudul “Kegalauan Mendalam tentang Gesekan Perdagangan Beijing-AS” telah memberi jawaban: Sistem ekonomi AS adalah semacam sistem ekonomi bebas. Yang disebut dengan sistem ekonomi bebas adalah pemerintah itu bagai satpam yang berjaga malam, bertanggung jawab menjaga ketertiban, mengenai industri hendak memproduksi apakah, berapa banyak dan menggunakan jenis teknologi apakah, semuanya adalah urusan kaum kapitalis dan sistem keuangan, pemerintah sama sekali tidak ikut campur tangan.

Ekonomi Inggris dan Amerika Serikat telah tumbuh dengan menggunakan model ini selama beberapa ratus tahun terakhir. Model ekonomi pasar RRT adalah sistem ekonomi pasar yang dipimpin oleh pemerintah. Intelektual Amerika telah memberi lebel “Kapitalisme Negara” kepada system Republik Rakyat Tiongkok tersebut.

Setelah PKT yang bukan ekonomi pasar sejati bergabung dalam WTO, bukan hanya tidak menepati janji malah menggunakan celah aturan WTO untuk merusak tatanan ekonomi, mengekspor Kapitalisme Negara keseluruh dunia dan menggunakannya sebagai ekspansi ekonomi dan politik serta mengganggu masyarakat demokratis liberal.

Jika terus begini, PKT memerintah dunia bakal menjadi fakta yang tak terbantahkan. Justru menyadari akan bahaya inilah, setelah Trump menjabat barulah memberikan tekanan maksimum kepada Beijing,sedangkan Beijing yang tidak ingin membuat perubahan besar dalam struktur ekonominya juga terpaksa harus menanggung segala konsekuensi dari Perang Dagang.

Mungkin, kekhawatiran terbesar bagi Beijing bukan hanya apakah Uni Eropa akan bergabung dalam perang di masa depan, tetapi adalah AS-Eropa akan segera membangun sebuah komunitas ekonomi baru di masa akan datang, hal ini bukanlah kabar angin belaka.

Belum lama ini pada pertemuan KTT G7, Trump mengajukan Proposal Tarif Nol yakni nol hambatan, nol subsidi dan menolak proteksi perdagangan diantara ketujuh negara, tujuan terakhirnya adalah berharap bahwa ekonomi Barat dapat diintegrasikan.

Nol tarif, nol hambatan dan nol subsidi adalah fitur khas dari Zona Perdagangan Bebas, biasanya dianggap sebagai langkah pertama dalam mempromosikan integrasi ekonomi, selanjutnya diikuti oleh serikat pabean, pasar bersamadan aliansi ekonomi. Saat itu Merkel memberikan respon positif: “Kita akan menggunakannya sebagai titik start.”

Jika negara-negara Barat telah mencapai model integrasi ekonomi baru, maka pertikaian dalam aspek investasi perdagangan Amerika-Eropa akan hilang, hubungan antara kedua belah pihak juga akan lebih erat, WTO akan terpinggirkan. Sedangkan RRT dan negara-negara lain di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang disingkirkan di luar gerbang, akan diberi pilihan untuk menyetujui aturan dan bergabung, atau bernegosiasi ulang dengan negara-negara lain serta membayar tarif tinggi.

Ekonomi Beijing yang sudah tak tertahankan lagi akan menghadapi situasi sulit seperti apakah tak perlu dibahas, suatu rezim yang tidak sesuai dengan nilai-nilai universal bisa bertahan berapa lama lagi juga sulit dikatakan. Boleh dikatakan bahwa Perang Dagang Trump ini sedang menjemput nyawa PKT. (LIN/WHS/asr)