Pasca Gempa 7 SR di Lombok, Ini Hasil Survei Lapangan Badan Geologi

Epochtimes.id- Badan Geologi, Kementerian ESDM mengirimkan Tim Tanggap Darurat Gempa Bumi dan Gerakan Tanah ke lokasi untuk melakukan pemetaan dampak gempa bumi khususnya terkait kerusakan geologi.

Kepala Badan Geologi, Rudi Suhendar merilis Tim Tanggap Darurat menemukan retakan tanah dan longsor di jalan yang menghubungkan Kecamatan Pemenang, Tanjung dan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Likuifaksi atau pelulukan juga ditemukan di daerah Gangga.

Menurut Rudi, retakan dan gerakan tanah juga terjadi di Kecamatan Sambelia dan Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur khususnya di lereng dan sekitar jalur pendakian Gunungapi Rinjani serta perbukitan terjal lainnya.

“Retakan dan gerakan tanah tersebut dipicu oleh gempa bumi 29 Juli 2018, yang kemudian diperparah oleh guncangan gempa bumi 5 Agustus 2018,” terangnya dalam rilis Badan Geologi.

Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis Tim Tanggap Darurat Badan Geologi, kedua gempa bumi yang telah terjadi mempunyai mekanisme sama yang berasosiasi dengan Patahan Naik Busur Belakang Flores yang terletak di utara Pulau Lombok.

Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa bumi yang diterbitkan oleh PVMBG-Badan Geologi, daerah Lombok Utara dan Lombok Timur termasuk KRB Gempa bumi Menengah, dengan potensi terjadi gempa bumi dengan intensitas VII-VIII MMI (Modified Mercalli Intensity), yang berpotensi menimbulkan kerusakan.

Hasil pemetaan dampak gempa bumi menunjukan bahwa intensitas guncangan gempa bumi di Lombok Utara dan Timur sebesar VII – VIII MMI.

Wilayah terdampak gempa bumi merupakan daerah sulit air, sehingga di beberapa tempat pengungsian kekurangan air. BPBD dan relawan mensuplai air dengan menggunakan mobil tangki, dan salah satunya dari hasil pemboran Badan Geologi. Salah satu sumur bor yang sudah selesai ada di Desa Rempek, Kec. Gangga, Kab. Lombok Utara.

Tim Badan Geologi sedang mencari lokasi lain yang memiliki potensi air untuk dilakukan pemboran untuk digunakan sebagai sumber air untuk mensuplai tempat pengungsian.

Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan dan analisis terkait potensi bahaya ke depan, Badan Geologi memberikan rekomendasi sebagai berikut:

  1. Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta  informasi dari pemerintah daerah dan BPBD NTB. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
  2. Gempa bumi susulan biasanya mempunyai magnituda lebih kecil dari gempa bumi utama, namun masyarakat diharapkan agar tetap waspada. Bangunan yang sudah mengalami kerusakan sedang hingga berat, sebaiknya tidak dihuni mengingat gempa susulan masih kerap terjadi dan dapat memperburuk kerusakan.
  3. Bagi yang berada di wilayah perbukitan dan sekitar lereng terjal disarankan untuk  tetap waspada tidak melakukan aktivitas di sekitar lokasi retakan dan lereng-lereng terjal karena gempa-gempa susulan masih berpotensi memicu terjadinya gerakan tanah. Kewaspadaan perlu ditingkatkan apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi di wilayah perbukitan, karena airnya dapat mengisi retakan-retakan yang kemudian berpotensi memicu kejadian gerakan tanah. (asr)