Sektor Pendidikan Taiwan Dalam Kepungan ‘Front Persatuan’ Beijing

Pejabat tidak disebutkan namanya dari Biro Keamanan Nasional Taiwan mengatakan bahwa pekerjaan “front persatuan” Beijing telah menyusup ke sekolah-sekolah di semua tingkatan, menargetkan para siswa, guru, dan kepala sekolah, menurut laporan 4 Oktober oleh surat kabar Taiwan the Liberty Times.

Dalam upaya untuk mempengaruhi politik dan masyarakat Taiwan, Beijing telah lama melakukan kampanye subversi yang dilakukan oleh Departemen Perkerjaan Front Persatuan dari Partai Komunis Tiongkok (PKT), serta lembaga-lembaga Partai lainnya, untuk membujuk organisasi atau individu untuk menyebarkan propaganda Partai tersebut.

Upaya-upaya “front persatuan” Tiongkok dimulai pada tahun 1920-an, menurut Russell Hsiao, direktur eksekutif think tank Global Taiwan Initiative, dalam kesaksian sebelum Komisi Kajian Ekonomi dan Keamanan AS (USCC) pada bulan April. Beijing telah mengarahkan taktik-taktik semacam itu melawan Taiwan, sejak negara kepulauan tersebut beralih ke sistem demokrasi dari kediktatoran di bawah pemerintahan militer.

Beijing menganggap Taiwan, sebuah demokrasi penuh dengan memiliki konstitusi sendiri, pemerintah terpilih, dan militer, sebagai provinsi pemberontak yang harus dipersatukan kembali dengan daratan, melalui kekuatan militer jika perlu.

Beijing telah mencoba melancarkan serangan mempesona pada masyarakat Taiwan, berusaha untuk meyakinkan mereka bahwa dengan bergantung pada daratan, terutama di bidang ekonomi, orang-orang Taiwan dapat memperoleh keuntungan finansial yang besar. Namun, upaya tersebut telah menjadi bumerang dalam beberapa tahun terakhir, paling jelas oleh kekalahan Partai Nasionalis yang lebih ramah terhadap Beijing (juga dikenal sebagai Kuomintang) dalam pemilihan regional yang diadakan pada November 2014, karena mayoritas pemilih Taiwan memutuskan untuk memilih partai yang mendukung Kemerdekaan Taiwan.

Contoh terbaru dari masyarakat Taiwan yang sedang menghadapi peningkatan tekanan kesulitan melibatkan “kamp pertukaran budaya” untuk siswa-siswa sekolah menengah Taiwan yang akan diadakan di Kota Jinan, di provinsi timur Shandong di Tiongkok. Secara bersama diselenggarakan oleh biro pendidikan pemerintah kota dan kantor urusan Taiwan, kamp tersebut akan diadakan pada tanggal 4 hingga 11 November, menurut Liberty Times.

Dua sekolah menengah atas di Taiwan, Sekolah Menengah Kota Taiyuan Taipei dan Sekolah Menengah Kota Taipei Chenggong, memposting informasi tentang kamp di situs web mereka. Kamp tersebut telah diteriakkan oleh warga Taiwan, yang mencurigai bahwa kamp tersebut adalah sebuah usaha “front persatuan”, karena kamp delapan hari biayanya hanya NT$9.250 (sekitar US$300), menurut media siaran Taiwan, SET News. Biaya yang sangat rendah menunjukkan bahwa pemerintah Jinan mungkin telah mensubsidi biaya kamp-kamp tersebut, dan memiliki motif politik untuk menjadi tuan rumah.

Banyak sekolah, siswa, dan para guru Taiwan telah ikut bergabung dalam program serupa di Tiongkok. Musim panas yang lalu, 220 siswa dan guru dari 40 sekolah Taiwan ikut ambil bagian dalam kamp sains untuk siswa SMA yang diselenggarakan oleh Asosiasi Sains dan Teknologi Tiongkok dan kementerian pendidikan Tiongkok. Banyak sekolah menengah Taiwan, termasuk sekolah khusus wanita, Sekolah Menengah Pertama Taipei, terdaftar dalam jajaran penyelenggara kamp tersebut.

Program-program ini dirancang untuk menekan para siswa, staf pengajar sekolah, dan orang tua agar memiliki pandangan pada PKT yang lebih baik, atau menjadi seseorang yang mendorong agenda-agenda PKT.

Wang Shih-cheng, seorang anggota dewan kota Taipei, mengkritik upaya Beijing yang menggunakan program budaya tersebut untuk menyebarkan agendanya di kalangan pemuda Taiwan dan mengubah Taipei menjadi sebuah “Chinatown,” menurut The Liberty Times. Wang juga memberitahu sekolah-sekolah Taiwan yang bermitra dengan Tiongkok dalam program-program yang berbeda, mengatakan bahwa mereka mirip dengan “mengundang serigala ke dalam rumah”, sebuah pepatah Tionghoa yang populer yang berarti mempercayai seseorang yang sangat berbahaya.

Pada tahun 2017, pemerintah provinsi Jiangsu, yang terletak di pantai timur Tiongkok, memprakarsai rencana “Seratus Sekolah Seribu Siswa”, dengan tujuan memiliki 1.000 siswa dari Jiangsu dan Taiwan untuk ikut bergabung dalam program pertukaran di 100 sekolah di Tiongkok maupun Taiwan, menurut Xinhua yang dikelola pemerintah Tiongkok.

Menurut Liberty Times, program Jiangsu tersebut juga merupakan bagian dari upaya-upaya “front persatuan”. Pada bulan Mei tahun ini, 259 siswa dan guru dari 18 sekolah Tiongkok daratan mengunjungi Taiwan untuk program-program pertukaran. Beberapa siswa bahkan tinggal di rumah siswa Taiwan selama kunjungan mereka.

Pekerjaan “front persatuan” Beijing tidak terbatas pada sektor pendidikan. Menurut laporan Agustus tentang pekerjaan front persatuan Tiongkok di negara lain oleh USCC, Beijing juga mencoba merekrut politisi-polisi di Taiwan dan negara ketiga untuk mengadvokasi klaim kedaulatan Beijing atas Taiwan, seperti dengan mensponsori perjalanan ke Tiongkok atau menawarkan kesempatan kerja dan kesepakatan-kesepakatan perdagangan di sana.

Selain itu, Beijing juga mensponsori kejahatan terorganisir di Taiwan untuk mengacaukan masyarakat dan ikut campur dalam politik-politik lokal. Contoh yang diberikan dalam laporan tersebut adalah Chang An-lo, pemimpin Partai Pendukung Persatuan Tiongkok pro-Beijing, yang juga seorang bos geng lokal yang mendorong demi menyerahnya Taiwan pada Tiongkok. (ran)

https://www.youtube.com/watch?v=U7bPlxSsiVI