Rusia Akan Bidik Negara Eropa yang Jadi Pangkalan Senjata Nuklir Amerika

EpochTimesId – Presiden Rusia, Vladimir Putin memperingatkan bahwa jika rudal nuklir Amerika Serikat ditempatkan di Eropa, Kremlin akan langsung menanggapi dengan langkah yang sama. Rusia akan membidik atau mengarahkan misil nuklir mereka ke sejumlah target di Eropa.

Putin menyampaikan pernyataan itu pada konferensi pers di Moskow pada 24 Oktober 2018. Dia melanjutkan bahwa Rusia ingin berdiskusi dengan Presiden Donald Trump yang berencana membawa Amerika Serikat untuk meninggalkan Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF).

Komentar Putin muncul ketika pasukan dari 31 negara memulai latihan militer terbesar NATO dalam beberapa dasawarsa. Mereka berlatih manuver militer di dekat Rusia, dengan lokasi latihan sepanjang garis Islandia hingga Finlandia.

Amerika Serikat mengatakan Rusia telah melanggar perjanjian INF 1987, sehingga AS berencana untuk mundur. Kremlin membantah tuduhan melanggar perjanjian tersebut.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan dia yakin Rusia telah melanggar kesepakatan itu.

“Semua sekutu setuju bahwa Amerika Serikat sepenuhnya memenuhi (perjanjian). Masalah, ancaman, dan tantangannya adalah perilaku Rusia,” kata Stoltenberg kepada wartawan di Brussels pada 24 Oktober 2018. “NATO mendukung kontrol senjata tetapi untuk menjadi efektif, perjanjian kontrol senjata harus dihormati oleh semua pihak.”

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton dalam briefing wartawan di Washington DC, pada 3 Oktober 2018. (Alex Wong/Getty Images/The Epoch Times)

Misil AS Akan Disebar di Eropa?
Penasihat keamanan nasional AS John Bolton mengatakan kepada Putin pada 23 Oktober 2018 bahwa Washington akan maju terus dengan rencana untuk membatalkan perjanjian. Bolton berbicara pada sebuah konferensi pers di Moskow pada 24 Oktober 2018, dan meninggalkan pertanyaan apakah negara-negara Eropa akan menjadi pangkalan senjata nuklir mereka.

“Kami masih jauh dari segala keputusan tentang pertanyaan semacam itu,” kata Bolton, menurut kantor berita Interfax Rusia. “Masalahnya adalah bahwa ada rudal INF-violet Rusia di Eropa sekarang. Ancamannya bukan penarikan Amerika dari perjanjian INF, ancamannya adalah misil Rusia yang sudah dikerahkan.”

Amerika Serikat menegaskan bahwa Rusia memiliki rudal jarak menengah baru yang disebut Novator 9M729 (klasifikasi NATO SSC-8), yang melanggar perjanjian. Senjata itu akan memungkinkan Rusia untuk meluncurkan serangan konvensional atau nuklir di negara-negara NATO dalam waktu yang sangat singkat. Rusia hanya mengatakan sedikit fakta tentang rudal barunya, selain menyangkal bahwa itu melanggar perjanjian.

NATO belum yakin apakah ancaman Rusia akan mengarah pada penyebaran rudal baru di Eropa. NATO mengaku tidak akan mencari konfrontasi. Namun, blok kerjasama militer tersebut akan membela semua sekutu terhadap ancaman apa pun.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg pada konferensi pers setelah pertemuan menteri pertahanan NATO di markas besar sekutu di Brussels, Belgia, pada 4 Oktober 2018. (Francois Lenoir/Reuters/The Epoch Times)

Resiko Kemungkinan Serangan

Putin, bagaimanapun, membunyikan alarm tentang kemungkinan penyebaran rudal baru. Dia mengatakan memiliki ketakutan bahwa dunia mungkin akan tergelincir kepada perang dingin atau perlombaan senjata baru.

“Jika semua ini dibongkar, maka tidak ada yang tersisa saat membatasi peningkatan senjata,” kata Putin. “Dan kemudian situasinya akan, menurut saya, sangat berbahaya. Semua yang tersisa adalah perlombaan senjata.”

Rusia memiliki opsi untuk menggelar rudal jarak menengah di eksklave Eropa-nya, Kaliningrad di Laut Baltik. Sebuah langkah yang akan menempatkan kawasan Eropa dalam jangkauan mereka. Putin mengatakan setiap negara Eropa yang menjadi tuan rumah rudal AS akan menghadapi risiko serangan balasan Rusia.

“Jika mereka akan mengantarkan mereka (rudal nuklir) ke Eropa, secara alami (otomatis), tanggapan kami harus mencerminkan ini,” kata Putin.

Putin menambahkan bahwa negara-negara Eropa yang setuju untuk menjadi pangkalan rudal jarak menengah AS harus memahami bahwa mereka menempatkan wilayah mereka sendiri dengan risiko kemungkinan serangan balasan.

Ancaman Rudal Tiongkok

Pakta INF dua pihak, yang ditandatangani oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1987, melarang semua rudal nuklir dan non-nuklir dengan jarak pendek dan menengah, dengan pengecualian senjata-senjata yang diluncurkan dari laut.

Bolton telah mengkritik perjanjian INF sebagai Perang Dingin bilateral. Dia mengatakan bahwa perjanjian itu tidak membatasi kegiatan negara-negara yang tidak menandatangani perjanjian INF, seperti Tiongkok, Iran, dan Korea Utara. Itu membuat mereka bebas untuk mengembangkan senjata jarak menengah.

“Kami memperkirakan, misalnya, dalam kasus Tiongkok, bahwa di antara sepertiga dan setengah dari kemampuan rudal balistik mereka akan melanggar INF jika mereka adalah pihaknya. Jadi, ada realitas strategis baru di luar sana,” kata Bolton.

Bolton menambahkan bahwa untuk membatasi ancaman rudal jarak menengah yang ditimbulkan oleh negara-negara seperti Tiongkok, Iran, dan Korea Utara, mereka harus berada dalam agenda bersama antara Rusia dan Amerika Serikat. (TOM OZIMEK/The EPoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ