Venezuela Upayakan Repatriasi Triliunan Rupiah Emas Dari Inggris

EpochTimesId – Venezuela sedang berusaha untuk memulangkan sekitar $US 550 juta (sekitar tujuh setengah triliun rupiah) emas batangan dari Bank of England, Inggris. Emas itu akan dipulangkan menyusul kekhawatiran, bahwa aset itu berpotensi terperangkap dalam sanksi internasional terhadap negara itu. Dua sumber dengan pengetahuan langsung tentang upaya itu, mengatakan kepada Reuters.

Nilai mata uang Venezuela terjun bebas karena sanksi keuangan dari Amerika Serikat secara efektif menghalangi pemerintah Presiden Nicolas Maduro untuk ber-utang di pasar internasional. Pemerintahan Trump pada 1 November 2018 bahkan mengeluarkan sanksi baru yang melarang warga AS untuk berhubungan dengan siapa pun yang terlibat dalam penjualan emas hasil ‘korup atau menipu’ dari Venezuela. Sanksi itu sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan tekanan pada Maduro.

Pemerintah Maduro sedang berusaha untuk membawa 14 ton emas yang disimpan di Bank of England kembali ke Venezuela. Dua pejabat publik dengan pengetahuan langsung operasi, yang meminta untuk tidak diidentifikasi.

Bank of England telah berusaha untuk mengklarifikasi apa yang ingin dilakukan Venezuela dengan emas itu, kata salah satu pejabat. Bank sentral Venezuela tidak menanggapi permintaan untuk komentar. Bank of England juga menolak berkomentar.

Rencana tersebut telah ditangguhkan selama hampir dua bulan karena kesulitan dalam memperoleh asuransi untuk pengiriman. Asuransi diperlukan untuk memindahkan kargo emas dalam jumlah besar, salah satu pejabat mengatakan.

“Mereka masih berusaha mencari perlindungan asuransi, karena biayanya tinggi,” kata pejabat itu.

Venezuela berada di tahun kelima resesi dengan inflasi tahunan lebih dari 400.000 persen. Krisis yang mengarah kepada peningkatan insiden kelaparan dan penyakit, serta memacu eksodus sekitar 2 juta warga.

Maduro mengatakan pemerintahannya adalah korban ‘perang ekonomi’ yang dipimpin oleh oposisi yang didukung sanksi dari Washington. Sementara para pengamat dan oposisi menyalahkan model ekonomi yang dipimpin negara (ekonomi terpimpin), kontrol pertukaran yang ketat dan nasionalisasi perusahaan swasta.

Kehilangan emas akan menjadi pukulan besar bagi keuangan negara. Kekurangan mata uang cash juga dapat menciptakan kekurangan barang-barang pokok mulai dari makanan pokok hingga obat-obatan dan suku cadang kendaraan bermotor.

Jumlah emas itu setara dengan lima kali total mata uang keras (hard currency) yang dijual Venezuela pada tahun 2018 melalui lelang mata uang keras yang dilakukan di bawah sistem kontrol pertukaran berusia 15 tahun, menurut angka yang disusun oleh konsultan lokal Sintesis Financiera.

‘Hard currency’ adalah mata uang yang tidak mungkin terdepresiasi tiba-tiba atau sangat berfluktuasi dalam nilainya. Istilah yang digunakan untuk mendekripsikan mata uang yang diterima secara luas karena nilai tukarnya yang stabil. Umumnya, hard currency berasal dari negara-negara maju dengan perekonomian kuat. Karena sifatnya yang kuat, mata uang ini sering dijadikan sebagai alat investasi yang baik.

Negara-negara Sekutu
Pemerintah telah berjanji untuk melelang 2 miliar euro dalam valuta asing selama jangka waktu yang tidak ditentukan, tanpa mengatakan di mana rencananya untuk mendapatkan dana tersebut.

Namun, bahkan jika Venezuela berhasil memulangkan emas, sanksi baru AS dapat membuat negara itu menjualnya untuk meningkatkan paceklik mata uang keras.

“Jika pemerintah ingin melakukan operasi dengan emas yang rencananya akan dilakukan, itu harus dilakukan dengan negara-negara sekutu mereka guna menghindari sanksi,” kata Tamara Herrera, seorang ekonom dari Sintesis Financiera.

Venezuela telah mengekspor emas ke Turki pada tahun lalu, sebuah bisnis yang telah berkembang ketika Maduro membangun hubungan baik dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan.

Menjual emas langsung dari Bank of England kepada pembeli asing secara logistik akan lebih mudah daripada memulangkannya ke Amerika Latin. Akan tetapi, penjualan itu juga berisiko mendatangkan pelanggaran terhadap sanksi AS bagi entitas dari negara lain.

Venezuela selama beberapa dekade menyimpan emas yang membentuk cadangan uang bank sentralnya di brankas bank asing, yang umum dilakukan di antara negara-negara berkembang.

Pemimpin sosialis terakhir negara itu, Hugo Chavez, mengutip perlunya Venezuela untuk memiliki kontrol fisik terhadap aset bank sentral. Mereka pada tahun 2011 berhasil memulangkan sekitar 160 ton emas dari bank di Amerika Serikat dan Eropa ke bank sentral di Caracas.

Tetapi sebagian emas Venezuela tetap ada di Bank of England. Mulai tahun 2014, Venezuela menggunakan emas ini untuk operasi ‘swap’, di mana bank-bank global meminjamkan kepada Venezuela beberapa miliar dolar dengan emas tersebut sebagai jaminan.

Statistik bank sentral Venezuela menunjukkan kepemilikan emas bank sentral pada Juni tahun ini telah turun menjadi 160 ton dari 364 ton pada tahun 2014. Penurunan jumlah yang drastis itu disebabkan oleh beberapa perjanjian ‘swap’ yang berakhir tanpa pengembalian dana oleh Venezuela, sehingga membuat emas-emas itu jatuh ke tangan pihak bank asing.

Pada 2017, perjanjian swap tersebut menjadi sulit untuk dilakukan karena sanksi AS. Sanksi ekonomi memblokir upaya lembaga keuangan AS untuk membiayai operasi pembiayaan baru apa pun bagi Venezuela. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Rekomendasi :

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ