Bagan Ekonomi Tiongkok yang Dihasilkan Wells Fargo Membuat Investor Makin Khawatir

oleh Wu Ying

Pertemuan Tinggi antara Presiden Trump dengan Presiden Xi Jinping kian dekat. Semua kalangan sedang memperhatikan apakah AS dan Tiongkok dapat menyelesaikan konflik perdagangan yang sedang berlangsung.

Namun, bagan yang dihasilkan oleh perusahaan jasa keuangan Wells Fargo baru-baru ini membuat kalangan politik dan bisnis merasa takut.

Majalah keuangan global ‘Forbes’ pada 25 Nopember melaporkan, meskipun ekonomi AS tahun ini berkembang cukup mengejutkan dengan menunjukkan data ekonomi yang menguat. Tetapi investor Wall Street semakin khawatir dengan perlambatan ekonomi asing.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell baru-baru ini juga menunjukkan bahwa kelemahan ekonomi di luar negeri merupakan risiko utama dari prospek ekonomi AS.

Risiko luar negeri yang mereka khawatirkan adalah mengacu pada ekonomi Tiongkok.

Bagaimanapun juga perlambatan ekonomi di negara berkembang lainnya tidak dapat menghasilkan limpahan aktivitas ekonomi (spillover effect) besar pada negara-negara lain seperti Tiongkok.

Sebuah bagan dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang dihasilkan oleh perusahaan jasa keuangan Wells Fargo baru-baru ini sempat mengejutkan para investor global dan bank-bank sentral. Kekhawatiran mereka bahkan lebih besar daripada konflik perdagangan Tiongkok – AS.

Peter Donisanu, seorang Analis Strategi Investasi dari Perusahaan jasa keuangan Wells Fargo pada 5 November mengumumkan bagan pertumbuhan ekonomi Tiongkok selama dekade terakhir dengan menyoroti tingkat pertumbuhan PDB Tiongkok telah melambat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Forbes melaporkan bahwa selain mengkhawatirkan mengenai tingkat perlambatan PDB Tiongkok.

Para investor juga sangat prihatin terhadap intervensi yang mendalam dan serius dari pemerintah Tiongkok dalam kegiatan ekonomi dan industri untuk mengurangi perlambatan pertumbuhan.

Investor mencoba untuk memperjelas dampak intervensi Tiongkok terhadap perkembangan ekonomi mereka, termasuk kemungkinan membiarkan perusahaan Tiongkok membayar lebih banyak utang dan bahkan mengurangi produktivitas atau daya saing mereka.

Peter Donisanu dalam sebuah laporannya menyebutkan : “Jika Amerika Serikat gagal untuk meredakan ketegangan perdagangan pada pertemuan G20, kami percaya bahwa data ekonomi Tiongkok pada kuartal terakhir tahun 2018, tingkat dampak dari tindakan tarif akan menjadi lebih kentara.”

“Jika kepercayaan bisnis dan konsumen Tiongkok, belanja rumah tangga, produksi industri dan perdagangan semuanya melambat di luar dugaan, kami percaya bahwa pasar investasi dapat dengan cepat memunculkan emosi yang terkait dengan risiko,” demikian tulisnya.

Banyak analis percaya bahwa jika hasil ini tidak tercapai, perang perdagangan Tiongkok – AS akan naik ke tingkat lebih lanjut.

Perekonomian Tiongkok akan menghadapi tekanan ke bawah pada tahun 2019, dengan demikian tingkat pertumbuhan PDB akan jatuh paling dalam selama 30 tahun terakhir ini.

Bank UBS menganalisis bahwa jika perang perdagangan meningkat lebih lanjut, tingkat pertumbuhan PDB Tiongkok tahun depan dapat jatuh ke angka 5,5%.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa probabilitas meningkatnya konflik perdagangan Tiongkok – AS dalam tiga bulan ke depan adalah 50%. Analis mereka Kinger Lau dan Timothy Moe memperkirakan bahwa, pertumbuhan PDB Tiongkok tahun depan akan menurun ke 6,2%. Alasan utamanya adalah tekanan konflik perdagangan, perlambatan pasar real estat, termasuk tingkat utang yang tinggi dan lainnya. (Sin/asr)