Tiga Tentara Amerika Serikat Tewas Diserang Ranjau Bom Taliban di Afghanistan

Zachary Stieber

Epochtimes.id- Sebuah bom di tepi jalan menewaskan tiga tentara Amerika Serikat di Afghanistan timur pada 27 November 2018.

Serangan ini dinilai paling mematikan terhadap pasukan AS di Afghanistan selama 17 bulan terakhir.

Ketiga tentara tersebut tewas oleh alat peledak rakitan yang diledakkan di dekat kota Ghazni. Laporan ini disamaikan oleh NATO Resolute Support mission dalam siaran pers.

Serangan menyebabkan tiga tentara lainnya terluka termasuk seorang kontraktor Amerika. Mereka dievakuasi dan menerima perawatan medis.

Nama-nama tentara yang meninggal dunia tidak akan dipublikasikan sampai anggota keluarga mereka mengetahuinya.

Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Taliban mengklaim tank Amerika Serikat benar-benar hancur.

Serangan itu tampaknya merupakan serangan paling mematikan terhadap pasukan Amerika sejak Juni 2017. Saat itu seorang tentara tentara Afghanistan menembak dan menewaskan tiga tentara AS di distrik Achin di provinsi Nangarhar timur. Taliban mengklaim serangan itu.

Taliban meluncurkan serangan hampir setiap hari terhadap pasukan Afghanistan. Pada Agustus lalu pemberontak menyerbu sejumlah titik wilayah Ghazni hingga terjadi pertempuran sengit beberapa hari sebelum mereka diusir.

Ghazni adalah satu-satunya dari 34 provinsi Afghanistan di mana pemilihan parlemen tidak dapat diselenggarakan pada Oktober lalu. Pemungutan suara di wilayah ini telah ditunda selama satu tahun.

AS dan NATO secara resmi mengakhiri misi tempur mereka di Afghanistan pada tahun 2014, tetapi masih memberikan dukungan kepada pasukan Afghanistan dan melakukan operasi kontraterorisme.

Sekitar 15.000 pasukan Amerika Serikat masih berada di Afghanistan.

Pembunuhan peledakan bom terjadi hanya beberapa hari setelah seorang anggota layanan AS ditembak mati pada 24 November.

NATO Resolute Support mission mengatakan pada 27 November bahwa ia “kemungkinan tidak sengaja ditembak oleh pasukan mitra Afghanistan kami” ketika melakukan operasi yang menargetkan Militan Qaeda di provinsi Nimroz.

“Kehilangan Sersan Jasso dirasakan oleh keluarganya dan orang-orang terkasih, semua yang melayani bersama dia dan oleh semua orang dalam misi ini untuk melindungi negara dan sekutu kita,” kata Jendral Scott Miller, Komandan Resolute Support dan Pasukan Amerika Serikat di Afghanistan, dalam pernyataan.

Kematian dialami oleh beberapa minggu lalu setelah seorang Walikota Utah, AS dan anggota Garda Nasional dibunuh oleh salah satu peserta pelatihan Afghanistan. Misi Brent Taylor turut membantu melatih dan membangun kemampuan tentara nasional Afghanistan.

Insiden terpisah pada Selasa lalu, Taliban menculik 21 penumpang dari dua kenderaan yang melakukan perjalanan melalui provinsi Sari Pul utara, sebagaimana dituturkan oleh Habibullah Mujahidzada selaku kepala polisi distrik setempat.

Hingga kini tidak diketahui motivasi penculikan terbaru ini. sedangkan pihak Taliban tidak mengeluarkan komentar secara langsung.

Presiden Donald Trump saat panggilan telepon pada 22 November 2018 dengan para pemimpin militer mengatakan pejabat penting Amerika sedang mendiskusikan penarikan pasukan AS dari Afghanistan.

“Kami sedang bernegosiasi dengan intens di Afghanistan sekarang, yang tidak banyak diketahui orang. Ini mungkin yang pertama, ”katanya.

“Saya benar-benar berpikir rakyat Afghanistan juga – dan mereka pejuang yang baik, dan mereka berjuang untuk waktu yang lama; mereka berjuang lebih lama daripada kami bertempur. Mereka telah berjuang selama bertahun-tahun. Tapi saya pikir mereka lelah bertempur. Dan kita akan lihat apa yang terjadi. Tetapi kita berbicara tentang perdamaian, dan kita akan melihat apakah itu terjadi,” tambah Trump.

The Associated Press berkontribusi pada laporan ini.

Sumber : NTD News