Kisah Jenderal Legendaris AS, Douglas MacArthur (Tamat)

Pada bulan Oktober tahun 1950, RRT melancarkan hasutan kebencian dan memobilisasi lebih dari satu juta tentara “sukarelawan” untuk dikirim ke Korea Utara dan tanpa mengindahkan korban jiwa menggunakan siasat Gelombang Manusia menyerang dengan dahsyat dan mengalahkan Pasukan Koalisi, Panglima MacArthur pun dibebastugaskan dan kembali ke Washington, menyampaikan sebuah pidato menggemparkan berjudul “Old Soldiers Never Die”, ia membeberkan ancaman komunisme terhadap dunia dan telah membuat haru seluruh hadirin.

Kemudian pada sidang dengar pendapat di Kongres, dia malah melakukan tindakan yang lebih mengejutkan lagi……..

Pada akhir tahun 1950 setelah Tiongkok memobilisasi “Tentara Sukarelawan” terjun dalam Perang Korea, Amerika Serikat mulai mempersiapkan diri untuk melakukan perundingan kompromi  gencatan senjata dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Uni Soviet (PKUS).

Namun pada saat itu Komunis Internasional telah sepenuhnya mengendalikan Tiongkok dan Jerman Timur (bekas Nazi Jerman) serta bersiap-siap me-merahkan (mengkomuniskan) Eropa, pada saat itu MacArthur menulis surat kepada Joseph William Martin Jr sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat di saat itu.

BACA JUGA : Kisah Jenderal Legendaris AS Douglas MacArthur (1)

Dia menulis sebagai berikut: “Jika pertempuran kita di Asia ini dikalahkan oleh komunisme maka Eropa pasti akan jatuh ke tangan musuh; jika kita memenangkan perang ini maka sangat mungkin Eropa dapat terhindar dari peperangan dan mempertahankan kebebasannya.”

Namun hal ini tampaknya tidak bisa mengubah kehendak Presiden AS Truman dan pada tanggal 12 April 1951, MacArthur menerima sepucuk surat perintah yang ia terima dari seorang prajurit pengantar pos yang isinya: Perlucutan hak komando Tentara Koalisi dan diserahkan kepada Jendral Matthew Bunker Ridgway. Setelah MacArthur menerima perintah itu dengan luar biasa tenang, dia hanya dengan hambar berkata kepada istrinya: “Jenny, akhirnya kita bisa pulang.”

Dalam perjalanan hendak kembali ke AS, sejumlah 250.000 orang Jepang berdiri berjajar di kedua sisi jalan dari gedung Kedubes menuju ke bandara, banyak diantaranya menundukkan kepala dan menangis, ini merupakan unjuk rasa terima kasih mereka terhadap kontribusi besar MacArthur dalam pelestarian budaya tradisional Jepang pasca perang dengan jabatan sebagai Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu di Jepang.

Pada tanggal 19 April 1951, MacArthur menyampaikan pidato mengguncang jiwa dengan judul “Old Soldiers Never Die” di Kongres. Dalam pidatonya selama 1,5 jam itu ia berbicara tentang pentingnya peran Asia dan berkali-kali meminta Amerika Serikat untuk memberikan Taiwan kekuatan pertahanan yang lebih banyak demi menangkal invasi komunisme, dan memprediksi tentang ancaman kekuatan komunisme terhadap seluruh dunia:

BACA JUGA :  Kisah Jenderal Legendaris AS Douglas MacArthur (2)

“Sejumlah orang mengemukakan berbagai alasan untuk meredakan ketegangan dengan RRT. Mereka menutup mata terhadap pelajaran sejarah yang gamblang bahwa sejarah memberitahukan tanpa cela kepada kita yakni: Bertoleransi tanpa prinsip hanya akan menyebabkan sebuah perang berikutnya yang lebih berdarah. Kompromi hanya akan membawakan kedamaian semu, tidak ada preseden dalam sejarah yang menunjukkan bahwa bertoleransi dan kompromi akan mendapatkan akhir yang baik.“

“Ancaman komunisme bersifat global, jika ia berhasil merongrong suatu daerah maka ia akan mengancam kawasan lain manapun dan membawa bencana yang memusnahkan. Kita mutlak tidak boleh bertoleransi meredakan ketegangan atau bertekuk lutut menyerah kepada komunisme di Asia. Jika tidak, itu hanya akan merusak atau bahkan mencegah semua usaha kita untuk mengekang perkembangan komunisme di Eropa.”

Pidato menarik MacArthur terputus setiap beberapa menit oleh tepuk tangan meriah dan suara sorak-sorai para hadirin dan bahkan antusiasme serta volume suara dari kubu Partai Demokrat sebagai oposisi relatif tidak kalah dari Partai Republik.

Tindakan mengejutkan dalam sidang Kongres

Dua minggu kemudian pentas berlangsung di sidang dengar pendapat Kongres, kesaksian Jenderal MacArthur yang akan disampaikan mendapatkan perhatian sangat tinggi dari anggota Senat dan Konges serta seluruh rakyat, semua orang ingin tahu apa yang terjadi di garis depan selama Perang Korea?

Mengapa Amerika Serikat mengganti panglima tertinggi di saat Tentara Koalisi akan melancarkan serangan balik?

Menurut agenda, MacArthur akan melaporkan isi telegram, perintah, instruksi dan evaluasi rencana pertempuran, antara dirinya dengan pemerintah. Pada saat itu Presiden Truman dan jajaran eksekutif beserta para petinggi militer merasa sangat cemas, tetapi mereka tidak dapat menghentikan “pengaduan” MacArthur.

Ketika MacArthur naik ke podium dan sedang bersiap untuk memulai evaluasinya terhadap kebijakan pemerintah dan implementasi kebijakan oleh Komando Tentara Koalisi, dia menerima secarik memo dari Bradley yang menjabat sebagai Ketua dari Kepala Staf Gabungan Angkatan Darat AS pada saat itu, yang hanya tertulis dua kata: “Perhatikan Kata-sandi (Notice Code)” .

Melihat kertas secuil ini MacArthur terdiam di tempat selama 1 – 2 menit.

Dia memahami bahwa isi aduan yang hendak dia laporkan itu berkaitan dengan kebijakan dan strategi AS terhadap Perang Korea dan PKT, data-data itu tergolong sangat rahasia meskipun banyak isinya mungkin sudah diketahui oleh Uni Soviet dan RRT.

Namun asalkan mereka tidak tahu kata kunci yang mewakili ‘sandi’ dalam surat itu, maka mereka tidak akan mampu menerjemahkan isi kalimat sebenarnya, jikalau rahasia ini diungkapkan secara keseluruhan atau sebagian di dalam kesaksian, sangat mungkin bahwa pihak musuh akan memecahkan “sandi” dalam Perang Korea berdasarkan poin ini dan kemudian dapat menerjemahkan lebih banyak konten, ini berkaitan dengan semua langkah utama pemerintah AS di masa depan.

Kala itu Perang Korea masih berlangsung (1950 – 1953) dan MacArthur menyadari bahwa kalangan politik dan media AS telah diinfiltrasi oleh kelompok komunis, termasuk didalam sidang Kongres terdapat orang-orang yang pro-komunis.

Meskipun argumentasi pembelaan dirinya dapat menyerang balik fitnahan dari Tim Presiden Truman terhadap pribadinya dan bahkan bisa membawakan dukungan rakyat kepada dirinya yang dengan demikian berkesempatan memenangkan Pilpres kelak, namun………

Pada akhirnya MacArthur membuat pilihan: Dia hanya menggerak-gerakkan kedua bahunya dan membuka kedua telapak tangannya, lalu mengambil berkasnya dan berjalan menuruni podium dengan tanpa mengucapkan sepatah katapun, maka berakhirlah semua kesaksian yang mendapat perhatian dari seluruh Amerika Serikat dan seluruh dunia itu. (LIN/WHS/asr)

Tamat