Rezim Venezuela Padamkan Pemberontakan Tentara dan Bekukan Kongres

EpochTimesId — Pasukan keamanan Venezuela melakukan pemberontakan sebelum fajar pada 21 Januari 2019. Pemberontakan itu juga memicu protes jalanan yang keras. Sementara itu, pada hari yang sama, Mahkamah Agung pro-pemerintah membatalkan kepemimpinan baru Kongres yang dikendalikan oposisi.

Pemberontakan memicu protes di lingkungan miskin, yang berjarak hanya beberapa mil dari istana presiden Venezuela. Aksi tersebut kemudian dibubarkan dengan gas air mata, ketika warga membakar barikade sampah dan meneriakkan desakan agar Presiden Nicolas Maduro meninggalkan kekuasaan.

Militer dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka telah menemukan kembali semua senjata, dan menangkap mereka yang terlibat dalam apa yang digambarkan sebagai tindakan ‘pengkhianatan’. “Tindakan yang dimotivasi oleh kepentingan tidak jelas yang terkait dengan sayap kanan,” ujar kelompok militer yang masih setia dengan Maduro.

Media lokal mengabarkan bahwa pada pukul 02:50 dinihari, sekelompok kecil pasukan menangkap seorang kapten yang bertanggung jawab atas sebuah kantor polisi lokal di Caracas barat. Mereka kemudian bergerak melintasi ibukota dengan dua truk militer ke daerah miskin Petare, tempat mereka mencuri sejumlah senjata dari pos lain.

Mereka ditangkap beberapa jam kemudian di pos penjagaan nasional. Lokasi itu berjarak dua mil dari istana presiden Miraflores.

Beberapa jam sebelumnya, sekelompok pengawal nasional bersenjata lengkap menerbitkan serangkaian video di media sosial yang mengatakan mereka tidak akan mengakui pemerintahan Maduro. Pemerintahan Maduro berada di bawah tekanan domestik dan internasional yang meningkat, atas masa jabatan kedua yang baru dimulai.

Dalam salah satu video, seorang pria mengidentifikasi dirinya sebagai Sersan Tiga Alexander Bandres Figueroa. Dia berbicara kepada ‘rakyat Venezuela’, dan mendesak rekan senegaranya untuk turun ke jalan guna menunjukkan dukungan bagi upaya pemberontakan mereka.

“Anda diminta turun ke jalan untuk membela konstitusi, nah kita di sini,” katanya dalam rekaman video di malam hari, dimana beberapa pria bersenjata berat dan truk penjaga nasional tampak sebagai latar belakangnya.

“Anda ingin kami menyalakan sumbu, jadi kami lakukan. Kami membutuhkan dukungan Anda,” tambah tentara itu.

Pada dini hari di kawasan dekat Cotiza, sekelompok pemuda bertelanjang dada, beberapa dengan wajah tertutup. Mereka membangun barikade di seberang jalan dengan mobil yang terbakar, pintu gorong-gorong yang berat, dan beton besar.

Sekelompok wanita yang marah berteriak bahwa mereka telah hidup terlalu lama tanpa air yang mengalir.

“Merdeka! Merdeka!” Teriak mereka. “Maduro harus pergi!”

“Kita harus mempertahankan tanah air kita,” Maria Fernanda Rodriguez, seorang manicurist berusia 36 tahun, mengatakan kepada The Associated Press, ketika air matanya mengalir akibat gas air mata.

Beberapa jam kemudian, Mahkamah Agung yang dikuasai oleh pemerintah Maduro mengatakan pihaknya mengeluarkan langkah-langkah dalam menyikapi deklarasi baru-baru ini oleh Majelis Nasional. Parlemen itu baru-baru ini menyatakan kepresidenan Maduro tidak sah, sehingga memperuncing perselisihan dengan badan legislatif yang dikendalikan oposisi.

Para hakim memutuskan bahwa kepemimpinan baru kongres itu sendiri tidak sah. Hakim Agung juga mendesak kepala jaksa penuntut dari negara itu untuk menyelidiki apakah para pemimpin kongres telah bertindak kriminal, secara terbuka menentang konstitusi negara.

Juan Guaido, presiden kongres, mengabaikan peringatan pengadilan dan mengulangi seruannya agar orang-orang turun ke jalan pada 23 Januari 2019 waktu setempat, untuk menuntut Maduro meninggalkan kekuasaan. Itu adalah tanggal bersejarah untuk memperingati berakhirnya kediktatoran militer Venezuela pada tahun 1958.

“Majelis Nasional adalah satu-satunya lembaga yang dipilih oleh rakyat Venezuela,” kata Guaido pada konferensi pers di legislatif.

Puluhan pemerintah asing telah menolak untuk mengakui masa jabatan kedua Maduro. Beberapa negara mengatakan mereka siap untuk mengakui Guaido sebagai presiden sementara sampai pemilihan umum yang adil dapat diadakan.

Selain itu, pemerintah Amerika Serikat merencanakan untuk menjatuhkan sanksi keuangan yang lebih keras pada Venezuela. Puluhan pemerintah Amerika Latin dan Karibia yang kebanyakan konservatif juga mengatakan, bahwa mereka akan memblokir dan mencekal pejabat dari pemerintah Maduro untuk memasuki negara mereka dan mengambil langkah-langkah untuk membekukan aset yang merupakan produk sampingan dari korupsi.

Ketika ketidakpuasan di kalangan rakyat Venezuela meningkat di tengah kekurangan pangan dan hiperinflasi yang meluas, Maduro diyakini memiliki loyalitas dari komando militer, khususnya para pejabat tinggi militer. Di masa lalu, pasukan militer selalu dengan mudah memadamkan pemberontakan berskala kecil. (THE ASSOCIATED PRESS dan Fabiola Sanchez/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M