Negosiasi Perdagangan AS-Tiongkok Masih akan Diteruskan di Beijing Usai Dwi Konferensi

oleh Wu Ying

Epochtimes.id- Hari Kamis (7/3/2019), Presiden Trump mengatakan bahwa negosiasi perdagangan dengan Tiongkok mencapai kemajuan yang cukup besar. Dikabarkan bahwa usai Dwi Konperensi, negosiator kedua negara besar harapan akan bertemu kembali dalam perundingan putaran baru di Beijing. Untuk negosiasi perdagangan ini, kedua belah pihak memiliki rencana sendiri.

Negosiasi perdagangan AS – Tiongkok telah berlangsung 4 putaran sejak bulan Desember tahun lalu. Baru-baru ini, kedua belah pihak masih mengadakan pembicaraan intensif melalui videocall.

Dua orang sumber yang akrab dengan masalah ini mengatakan kepada New York Times bahwa beberapa hari setelah berakhirnya Dwi Konperensi Partai Komunis Tiongkok pada 15 Maret, para perunding perdagangan AS – Tiongkok masih akan mengadakan pertemuan di Beijing.

Sumber tersebut mengatakan bahwa hambatan terbesar untuk menghasilkan kesepakatan antara kedua belah pihak masih terletak pada mekanisme penegakan hukum.

Washington : Mempertahankan hak untuk menaikkan tarif dan Tiongkok tidak boleh membalas

Dikabarkan bahwa AS bersikeras untuk mempertahankan hak menaikkan tarif jika Tiongkok melanggar komitmennya setelah perjanjian diberlakukan.

Beijing tidak dapat membalas atau mengajukan tuntutan melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Beberapa pejabat Beijing berpendapat bahwa pengaturan ini dapat dianggap sebagai pelanggar kedaulatan Tiongkok.

Selain itu, kedua belah pihak masih memiliki perbedaan pada masalah pengalihan teknologi wajib. Pihak AS meragukan apakah Tiongkok dapat benar-benar membatalkan praktik tersebut sepenuhnya?

Trump pada Rabu (6/3/2019) mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa negosiasi dengan Tiongkok apakah dapat menjadi sebuah kesepakatan yang baik atau sama sekali tidak mencapai kesepakatan. Tetapi saya pikir negosiasi berjalan sangat lancar.

Beijing : Dikhawatirkan akhirnya Tiongkok yang dirugikan, apakah KTT mampu mencapai kesepakatan ?

Dibandingkan dengan pandangan optimis Presiden Trump, Tiongkok tampaknya lebih tertutup.

The New York Times mengutip dua orang sumber yang akrab dengan cara Tiongkok menyikapi masalah melaporkan bahwa para pejabat Beijing khawatir bahwa klausul terakhir bisa jadi merugikan Tiongkok, seperti mekanisme penegakan hukum yang masih tidak pasti dan waktu Amerika Serikat untuk membatalkan sebagian atau semua tarif hukuman.

Selain itu, Presiden Trump pada hari terakhir pertemuannya dengan Kim Jong-un mengatakan bahwa jika transaksi tidak seperti yang diharapkan, ia siap untuk meninggalkan tempat pertemuan, dan ia akan melakukan hal yang sama dalam pertemuan negosiasi dengan Tiongkok. Dalam hal ini, para pejabat Beijing khawatir bahwa hal itu bisa membuat suasana KTT Trump – Xi di Florida kurang nyaman.

Menteri Perdagangan Tiongkok Zhong Shan pada Dwi Konferensi mengatakan  bahwa kedua tim masih melanjutkan negosiasi dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Banyak pejabat senior Tiongkok pada Dwi Konferensi mengatakan masih ada tantangan yang dihadapi.

Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping mungkin bertemu pada akhir bulan Maret atau awal bulan April di Mar-a-Lago Florida. Bagi pejabat Tiongkok, pertemuan itu berisiko politik jika tidak ada kesepakatan yang tercapai.

James Green, seorang peneliti di Universitas Georgetown di Washington yang pernah menjabat sebagai pejabat perdagangan tertinggi dari Kedutaan AS untuk Beijing mengatakan : “Sebelum pejabat Tiongkok mengirim Xi Jinping ke Florida, mereka harus dapat memastikan bahwa KTT Trump – Xi akan mencapai kesepakatan akhir.”

Pada 5 Maret 2019, ‘Federal Register’ mengumumkan bahwa Amerika Serikat saat ini masih tetap memberlakukan pengenaan pajak sebesar 10 % terhadap komoditas impor Tiongkok senilai  USD. 200 miliar sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. (Sin/asr)

Video Rekomendasi :