40 Tahun Investasi dan Curi Teknologi, Komunis Tiongkok Tetap Tak Mampu Hasilkan Chips Canggih

Zhang Ting

Wadah pemikir riset kebijakan diplomatik AS yakni Pusat Strategi dan Studi Internasional (CSIS) dalam laporan tahun 2019 menyebutkan, Parta Komunis Tiongkok (PKT) berusaha mewujudkan ambisinya mendominasi posisi industri semi konduktor secara global, supaya bisa meraih keunggulan intelijen, militer dan perdagangan, namun setelah menghabiskan investasi selama 40 tahun, serta telah mencuri berbagai teknologi, PKT tetap belum mampu menghasilkan chips yang canggih.

Laporan yang ditulis oleh Wakil Presiden CSIS sekaligus Direktur Program Kebijakan Sains dan Teknologi yakni James Lewis ini telah melakukan analisa dari berbagai aspek terhadap chips buatan PKT ini, serta mengungkap bahwa kebijakan industri PKT tidak hanya telah menghambat inovasi chips secara global tapi juga menghambat kemajuan inovasi di Tiongkok sendiri.

Investasi Besar Ditambah Pencurian Teknologi, RRT Tetap Tak Mampu Wujudkan Swasembada Chips

Laporan menyebutkan, semikonduktor dan mikro-elektronika adalah pilar penopang bagi ekonomi digital, dan juga terkait erat dengan keamanan nasional.

Selama puluhan tahun, PKT berusaha mengakhiri ketergantungan RRT terhadap chips dari luar negeri, dan memposisikan diri mendominasi produksi chips secara global, namun walaupun telah menghabiskan investasi selama 40 tahun ditambah dengan spionase, tetap saja belum mampu menghasilkan chips yang muktahir. Saat ini produk semikonduktor yang digunakan RRT hanya sebanyak 16% yang diproduksi di dalam negeri, dan yang diproduksi oleh perusahaan Tiongkok sendiri hanya 8%. Dalam hal chips terkini Beijing masih harus mengandalkan supplier dari luar negeri.

Sasaran PKT adalah menghasilkan chips buatan RRT sendiri hingga 40% di tahun 2020, dan mencapai 70% di tahun 2025. Tahun 2014 lalu, Kemenlu Beijing menetapkan hingga tahun 2030 RRT akan menjadi pemimpin pada berbagai sektor industri semikonduktor. Dalam program “Made in China 2025” juga ditegaskan akan hal ini.

Hanya dalam 5 tahun terakhir saja, pemerintah RRT telah menginvestasikan sebesar USD 118 milyar di bidang semikonduktor, termasuk USD 60 milyar di antaranya merupakan investasi pemerintah tingkat provinsi dan kota, semua investasi pemerintah ini mungkin digerogoti oleh korupsi dan politisasi.

Laporan CSIS menyebutkan, chips bukanlah suatu pasar yang mudah dimasuki, walaupun dengan kerja keras selama 40 tahun, investasi dan spionase, PKT bukan hanya tak mampu menciptakan chips yang mutakhir, bahkan justru muncul “kegagalan yang mahal dan peristiwa penipuan yang memalukan”.

Subsidi yang diberikan oleh PKT kepada perusahaan sangat mudah terjerumus ke dalam siklus mematikan. Di seluruh negeri sudah tidak asing lagi berbagai cara yang dilakukan untuk memperoleh subsidi tersebut.

Menurut laporan CSIS, seorang pengusaha Tiongkok menyatakan telah berhasil menciptakan sejenis chips yang muktahir, namun kedapatan ternyata produk tersebut adalah chips buatan AS yang nomor serinya dihapus, lalu diganti dengan nomor seri perusahaannya sendiri. Peristiwa pemalsuan chips “Hanxin #1” tersebut adalah aib terbesar PKT di bidang iptek.

Tahun 2003 lalu, Dekan Fakultas Mikro-elektronika dari Shanghai Jiaotong University yang bernama Chen Jin, mengumumkan telah berhasil menciptakan “Hanxin #1”. Peristiwa ini telah mendatangkan banyak penghargaan bagi Chen Jin yang dengan segera memiliki puluhan proyek riset ilmiah dan berhasil menipu dana riset ilmiah hingga mencapai ratusan juta Yuan.

Namun di tahun 2006, “Hanxin #1” ketahuan merupakan chips yang dibeli dari perusahaan Motorola AS, buruh migran dari desa ia pekerjakan untuk mengikis merek pada permukaan chips, lalu ditambahkan mereknya maka jadilah produk “aspal” made by “Hanxin” itu.

Laporan CSIS menjelaskan, selain aib pemalsuan seperti itu, investasi PKT selama puluhan tahun itu juga menyebabkan ‘kegagalan yang mahal’, seperti pada program pusat tahun 2000, PKT telah menghabiskan milyaran Yuan membangun fasilitas pembuatan semikonduktor (fabrikasi semikonduktor) yang tidak bisa untung.

Laporan menekankan, faktanya, struktur chips yang rumit dan proses produksinya yang presisi tidak mudah untuk dijiplak begitu saja dari perusahaan asing. Dalam membuat chips yang canggih dibutuhkan tidak hanya perlengkapan produksi dan desain yang canggih, juga menuntut “pengetahuan teknis” serta ketrampilan dan pengetahuan yang hanya bisa didapat dari pengalaman bertahun-tahun.

Walaupun PKT mendapatkan peralatan pembuatan yang canggih, pada proses pembuatan chips bermutu tinggi tetap dibutuhkan kiat-kiat teknisnya. Sebagian besar perusahaan RRT masih sangat minim akan teknik semacam ini. Ini adalah proses yang berkesinambungan.

Itulah mengapa beberapa tahun terakhir ini PKT berniat langsung membeli perusahaan Barat. Komisi Investasi Asing (CFIUS) AS telah menolak banyak rencana pembelian perusahaan AS oleh pemodal dari RRT.

Laporan menyebutkan, RRT getol sekali membesar-besarkan kemampuan teknisnya untuk mendistorsi pandangan kalangan luar. Ini merupakan bagian dari kisah ‘Triumphalisme” PKT untuk kembali ke tengah pentas dunia. Tapi faktanya, chips muktahir RRT masih tetap mengandalkan pemasok dari AS. Teknologi tinggi PKT masih sangat bergantung pada negara Barat.

Berdasarkan perilaku PKT sebelumnya, jika PKT berhasil menduduki posisi dominan di bidang semikonduktor, maka dapat melalui mengendalikan ekonomi Barat dan militer yang sangat bergantung pada rantai pasokan semikonduktor, membantu PKT mendapatkan keunggulan dalam bidang intelijen, militer, dagang dan politik.

AS Harus Waspadai Ancaman Dari PKT

Laporan menunjukkan, industri semikonduktor AS erat kaitannya dengan masalah keamanan nasional, yang apabila satu pihak melemah maka akan merusak yang lainnya. Semikonduktor adalah sebuah industri yang strategis, yang merupakan pondasi produk-produk elektronika modern, mulai dari ponsel sampai kesehatan dan satelit serta sistem persenjataan.

Karena investasi awal chips sangat besar, efeknya lama, siklusnya panjang, risikonya juga besar, sementara PKT berharap dapat langsung melihat hasil yang instan, maka beberapa tahun terakhir terus bermunculan perusahaan RRT berusaha membeli perusahaan asing, dengan harapan dapat dengan cepat mendapatkan teknologinya. Media Bloomberg mengatakan, ini adalah “tantangan jangka panjang terbesar” yang dihadapi PKT.

Laporan CSIS mengatakan, PKT khususnya berambisi menjiplak teknologi milik AS. Upaya PKT di chips ini bila berhasil, akan menciptakan aksi spionase dan peluang merusak bagi PKT.

Laporan investigasi 301 yang dilakukan AS terhadap pencurian kekayaan intelektual oleh PKT menunjukkan bahwa, PKT menginstruksikan perusahaan swasta untuk mendapatkan teknologi yang aplikatif dengan cara membeli perusahaan AS.

Teknologi ini mencakup sejumlah bidang terdepan, antara lain semikonduktor, penerbangan, mobil kemudi otomatis dan lain-lain. Laporan juga menyebutkan, dengan memaksa perusahaan asing untuk mendirikan perusahaan joint-venture, PKT sekaligus melakukan spionase dan memaksa pengalihan teknologi, berusaha menyerap teknologi dari Barat.

Walaupun mengubah perilaku PKT sangat sulit, tapi jika AS bersekutu dengan negara sahabatnya, maka hal ini tidak mustahil dilakukan. AS seharusnya berupaya mengubah perilaku merkantilisme PKT, mencegah PKT mendapatkan teknologi asing, meningkatkan mekanisme anti-spionase, dan meningkatkan investasi di bidang riset ilmiah fundamental, secara aktif melawan peraturan yang ditetapkan PKT untuk melakukan praktik dagang yang tidak adil, seperti memaksa perusahaan asing mengalihkan teknologi.

“Tidak ada orang yang menentang pertumbuhan dan modernisasi di Tiongkok. Tapi masalahnya adalah cara-cara (tidak halal) pemerintah PKT untuk mewujudkan sasaran ini, termasuk aksi spionase, pencurian kekayaan intelektual, memaksakan tuntutan pada perusahaan join-venture, perlindungan perdagangan dan kebijakan merkantilisme yang agresif,” demikian disebutkan di laporan.

Juga dinyatakan, walaupun mesin propaganda PKT menyebutkan, tren kebangkitan mereka tak terbendung, tapi mereka tetap saja menghadapi banyak hambatan. Amerika juga harus mengingat, bahwa yang paling memusuhi AS adalah PKT dan bukan rakyat Tiongkok. Pemimpin PKT khawatir akan kejadian seperti tercerai berainya Uni Soviet.

PKT menerapkan pengawasan yang luas, menyerukan penghidupan Mao-isme, dan memperkuat nasionalisme agar terhindar dari nasib naas serupa. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu bagian dari upaya tersebut. (SUD/WHS/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=UGZsuwvrZu0