Mengapa Komunis Tiongkok Tak Kuasa Mereformasi Secara Struktural?

Dr. Xie Tian

Perang dagang AS-Tiongkok berkutat sampai detik ini, pada akhirnya, kedua belah pihak belum juga mencapai kesepakatan, dan persoalan yang selalu menjadi sengketa, tak lain adalah dua hal: yang pertama adalah reformasi structural (structural change), dan yang kedua adalah mekanisme pemberlakuan (enforcement).

Yang dimaksud dengan ‘reformasi struktural’ adalah tuntutan AS pada Tiongkok untuk mereformasi kebijakan pemerintah dan pengadaan lembaga pemerintah di dalam sistem dan struktur ekonomi Tiongkok.  Inilah yang mana bisa mengakibatkan ketidak-stabilan perdagangan, pemaksaan pengalihan teknologi, pencurian teknologi, pencurian kekayaan intelektual, halangan perdagangan non-fiskal dan lain sebagainya. Sebenarnya faktor inilah bagian paling krusial pada perang dagang AS-Tiongkok.

Sasaran kabinet Trump adalah sekali untuk selamanya dan secara tuntas mengatasi tidak seimbangnya perdagangan AS-Tiongkok. Sedangkan ‘mekanisme pemberlakuan’-nya adalah walau PKT telah menjanjikan apa pun, menandatangani kesepakatan apa pun, walau telah ‘menyelesaikan’ semua masalah ‘struktural’, AS tidak akan sepenuhnya percaya.

AS telah kehilangan kepercayaan pada Beijing, dan harus ada semacam mekanisme yang otomatis dan cepat ‘memutus langsung’ atau ‘reaksi seketika’, yang dapat membuat pembalasan dan sanksi dari AS ini dapat langsung mengena, otomatis efektif. Sehingga membuat PKT tak mampu lagi mengulang trik lamanya, serta membuat PKT harus ekstra hati-hati ibarat menapak lapisan es tipis, kapok dan tidak berani lagi melangkah gegabah!

Jadi, Amerika membutuhkan ‘mekanisme pemberlakukan’, karena ‘reformasi struktural’ PKT tidak dapat langsung terwujud, atau kurang tuntas, atau membutuhkan proses waktu yang lama.

Jika PKT benar-benar berniat mengakhiri perang dagang, sebenarnya sangat mudah, segera menerima semua usulan reformasi struktural, langsung menerapkannya, maka tidak perlu lagi bersusah payah membuat penjelasan terhadap mekanisme pemberlakuan yang bersifat memalukan itu.

Melihat kondisi perundingan dagang AS-Tiongkok saat ini, makna reformasi struktural Tiongkok yang diinginkan, mungkin bukan seperti yang dipahami oleh Zhongnanhai.  Rezim Beijing sangat mungkin sama sekali tidak benar-benar paham akan tuntutan AS dan niat Trump, serta simpul permasalahannya. Dengan kata lain, antara pihak Tiongkok dan AS makna dari ‘reformasi struktural’ mungkin berbeda.

Jadi penyelesaian yang diajukan PKT sangat berbeda jauh dari harapan, yakni membeli lebih banyak kedelai dan jagung, mengeluarkan uang untuk menghalau bencana, bahkan tanpa peduli harga mahal yang harus dibayar dengan memberikan setengah cadangan devisa dolar AS tunai sebesar trilyunan USD digelontorkan. Permasalahannya adalah, walaupun Beijing rela mengeluarkan 1/5 atau 1/10 cadangan dolar yang dikumpulkan selama 20 taun itu, Trump tetap bergeming!

Sesungguhnya PKT sungguh dungu, jurusnya tidak beraturan. Semakin PKT bersedia mengeluarkan semakin banyak uang, bagi Amerika, berarti Amerika telah digerogoti semakin banyak, berarti semakin banyak pula AS dirugikan; dengan kata lain, berarti kompensasi yang bisa diambil kembali oleh AS semakin banyak!

Ini seperti polisi menangkap maling, si maling berusaha menyuap polisi, agar polisi membebaskannya. Maling itu mengeluarkan semua uang hasil curian di hari itu untuk menyuap polisi. Setelah menerima uang itu polisi tidak berkata sepatah pun, tapi tidak membebaskan si maling. Lalu si maling mengeluarkan uang hasil curian kemarin dan diberikan lagi pada polisi, tapi polisi tetap diam, dan tidak membebaskannya. Akhirnya si pencuri berkata, antar saya ke rumah, uang yang telah saya curi selama ini, akan saya berikan semua untuk Anda, apakah Anda akan membebaskan saya? Polisi membawanya ke rumah si maling, semua uang hasil curiannya dikeluarkan, apa yang akan dilakukan polisi itu?

Jika polisi itu adalah oknum jahat yang tak bermoral dan serakah akan keuntungan, mungkin karena telah mencapai tujuannya, telah mencapai tujuan mendapat banyak kekayaan, uang yang banyak itu akan diterimanya, dan maling itu akan dilepaskannya.

Tapi sebagai seorang polisi yang baik yang menegakkan keadilan dan bermoral tinggi serta tak terpengaruh akan uang dan harta, si maling dan semua uang hasil curian akan dibawa ke kantor polisi, lalu menjeratnya dengan hukum.

Bagaimana sosok polisi internasional seorang Trump dan Amerika Serikat? Penilaian ini kami kembalikan kepada setiap pembaca yang budiman.

Dalam perundingan AS-Tiongkok, tuntutan pihak AS agar partai Komunis Tiongkok melakukan reformasi struktural tujuan utamanya ada empat, yakni:

(1) Menghilangkan dominasi BUMN terhadap ekonomi rakyat;

(2) Menghentikan intervensi pemerintah pada pasar;

(3) Membuka pasar bursa moneter;

(4) Membuka pintu bagi investasi asing untuk masuk ke Tiongkok.

Rincian yang konkrit antara lain reformasi pajak sewa (dengan pajak langsung, agar perusahaan Tiongkok dan asing bersaing dengan adil), menghapus monopoli BUMN (membuka pasar energi listrik, telekomunikasi, minyak bumi), mengurangi intervensi pemerintah (membatalkan berbagai audit, pemeriksaan, dan pungutan), mengubah kebijakan tenaga kerja (naikkan upah buruh dan mengijinkan serikat buruh independent), melindungi kekayaan intelektual (tidak memaksa alih teknologi), menjamin kebebasan pers dan internet, melindungi hak kepemilikan pribadi (tidak boleh merampas hak milik pribadi), dan menghapus subsidi terhadap BUMN dan ekspor.

Dengan kata lain, reformasi struktural Tiongkok di mata AS, adalah mencabut segala intervensi pemerintah terhadap ekonomi, dan berubah menjadi ditentukan oleh mekanisme pasar. Ini ibarat ‘meminta kulit dari macan’, menuntut PKT meninggalkan pemerintahan sistem sosialisme dan partai komunis.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok hingga hari ini, hilangnya keseimbangan struktur internal ekonomi Tiongkok, akibat buruk negara makmur tapi rakyat miskin, dan risiko akibat krisis struktural, termasuk kelebihan produksi, krisis leverage, krisis moneter, krisis hutang, semua berada di ambang ledakan yang destruktif.

Reformasi struktural yang dituntut Trump, sebenarnya adalah membantu Tiongkok mencabut penyulut bom ekonomi raksasanya, menghilangkan dampak bersifat bencana akibat ekonomi Tiongkok yang abnormal terhadap masyarakat Tiongkok.

Kebijakan PKT terhadap industrinya, tidak pernah berniat melepaskannya, dan dikhawatirkan tidak akan pernah benar-benar melepaskan, hanya mengganti sampul buku lama dengan sampul baru, sulit membuat Trump percaya Beijing akan benar-benar mengubah model ekonominya yang dikuasai pemerintah.

Tahun lalu saat berpidato di Taiwan University, seorang peserta bertanya, “Jika Partai komunis Tiongkok membuka pasar Tiongkok, tidak lagi mengendalikannya, betulkah akan mengakhiri rezim Komunis Tiongkok?” Jawaban penulis adalah, jika PKT benar-benar membuka pasar Tiongkok, tidak lagi mengendalikannya, tidak lagi mengendalikan BUMN pada bidang yang paling krusial seperti perbankan, energi, telekomunikasi dan transportasi serta melepaskan kepentingan monopoli, maka PKT tidak akan bisa mengambil uang dari BUMN dan kas negara untuk bertahan hidup, PKT tidak akan mampu bertahan barang sehari pun.

Dubes PKT untuk AS yakni Cui Tiankai saat diwawancarai oleh “South China Morning Post” mengatakan, AS menuntut Tiongkok melakukan reformasi struktural, mungkin dibutuhkan waktu 5 sampai 10 tahun untuk mewujudkannya. Ini tentunya adalah taktik mengulur waktu oleh Beijing, Trump yang belas kasih dan bertoleransi, juga memahaminya sehingga memberikan dua kali kelonggaran.

Namun Cui Tiankai dengan licik mengatakan, untuk melakukan reformasi struktural Tiongkok harus ‘melakukannya dengan menetapkan undang-undang, mengingat AS menghormati prosedur keadilan, seharusnya dalam masalah ini ‘ada kelonggaran’. PKT selalu menganggap hukum sebagai mainan, bilamana PKT bersedia memerintah negara sesuai hukum? Jelas, rezim Komunis Tiongkok telah menggunakan taktik kalah perang.

Kebijakan perdagangan Trump, awalnya berangkat dari strategi ‘AS nomor 1”, berangkat dari melindungi kepentingan ekonomi AS, tapi tak dinyana, sepanjang proses perang dagang ini, ternyata secara langsung telah menghantam dasar kekuasaan partai komunis Tiongkok.

Apakah ini memang niat awal Trump, atau hanya mendapat durian runtuh? Jika melihat sikap Trump di forum internasional yang jelas-jelas sangat menentang paham sosialis, maka tidak sulit untuk memahami strategi jitunya secara keseluruhan.

Strategi Trump, apakah secara kebetulan sejalan dengan seruan seorang mantan Kemenlu AS? Karena perubahan struktur ekonomi nasional Tiongkok, ditakdirkan dapat mengakibatkan perubahan struktur politik Tiongkok. Mengapa PKT tidak bisa menerima reformasi struktural? Karena menerima tuntutan reformasi struktural yang diinginkan AS, berarti menerima kata-kata yang paling tidak ingin mereka dengar, bahkan merupakan kata-kata yang menyebabkan mimpi buruk bagi PKT, yakni ‘evolusi damai’.

Persis 60 tahun silam, tepatnya di bulan Januari 1959, mantan Menlu AS John Foster Dulles di saat berpidato di New York, kembali mengemukakan 6 kebijakan untuk evolusi damai paham sosialis. Sebelumnya dalam pidatonya di San Francisco, dengan lebih jelas dikemukakan menaruh harapan evolusi damai di Tiongkok pada generasi ketiga atau keempat. Xi Jinping, dikatakan sebagai pemimpin generasi kelima PKT. Boleh jadi, ramalan Dulles, telah dimundurkan oleh sang Pencipta selama 20 tahun. (SUD/WHS/asr)