Intimidasi Jurnalis Wanita Italia, Diplomat Tiongkok Menuai Kritikan

oleh Lin Lan

Tindakan pejabat Kedutaan Besar Tiongkok untuk Italia yang menintimidasi seorang jurnalis wanita Italia menuai kritikan. Pejabat ini mengancam jurnalis yang menulis laporan berita terkait komunis Tiongkok mencoba untuk mengekspor pengaruhnya ke luar negeri.

Media Italia ‘Il Foglio’ pada 23 Maret lalu menyebutkan bahwa saat Presiden Xi Jinping mengunjungi Roma pada 22 Maret 2019, reporter ‘Il Foglio’, Giulia Pompili sedang mewancarai di tempat berulang kali mendapat ancaman dari Yang Han, pejabat Kedubes Tiongkok di Italia yang bertanggungjawab di bidang humas media.

Pejabat ini mengintimidasi Giulia untuk menghentikan laporan ‘berita negatif’ tentang komunis Tiongkok dan mengklaim : “Saya tahu siapa Anda.”  Ketika Giulia Pompil mengeluarkan ponselnya, Yang Han kembali menggertak : “Letakkan ponsel!”

Giulia Pompili adalah penanggungjawab atas kolom Asia-Pasifik media ‘Il Foglio’, selama 9 tahun terakhir ia menjadi pemerhati urusan Tiongkok.

Menanggapi ancaman yang tidak masuk akal dari diplomat Tiongkok, media ‘Il Foglio’ menulis : “Italia bukan Tiongkok, Roma juga bukan Beijing.”

Giulia Pompil

Anggota Parlemen Uni Eropa, Stefano Maullu meminta Menteri Luar Negeri Italia untuk menyelidiki masalah ini. Ia mengatakan : “Jika itu terbukti benar, ini akan menjadi peristiwa yang sangat serius dan belum pernah terjadi sebelumnya.”

Komentator politik Tang Jingyuan mengatakan secara keseluruhan, sistem diplomatik komunis Tiongkok akhir-akhir ini semakin menunjukkan sikap yang arogan. Menurut dia, tingkah ini sejalan dengan strategi ekspansi global mereka.

Menurut Tang Jingyuan, pejabat Kedubes Tiongkok ini berperilaku demikian sebelum kedua negara tersebut menandatangani memorandum proyek OBOR. Dia menambahkan, sikap pejabat Tiongkok ini adalah sifat brutal dan kejam dari komunis Tiongkok.

“Mungkin saja, ia ingin menunjukkan kehebatan dirinya, atau menunjukkan “tampang hitamnya”? Tetapi tidak peduli yang mana, yang pasti berdampak buruk terhadap hubungan diplomatik. Itu tingkah laku yang bodoh,” katanya.

Sebenarnya, kata Tang Jingyuan, pada saat ini jurus Komunis Tiongkok sedang menyerang kedua belah sisi. Artinya, Komunis Tiongkok pada satu sisi ingin merayu para elit politik negara-negara Barat, sehingga tanpa sadar menjadi agen untuk kepentingan Tiongkok. Di sisi lain, Komunis Tiongkok dengan membeli atau menekan media dengan tujuan agar rakyat negara-negara Barat menutup mata terhadap ekspansi komunis Tiongkok.

Tang Jingyuan menilai Komunis Tiongkok sedang mencoba untuk melemahkan sistem demokrasi Barat.

Organisasi Reportes Without Borders pada 25 Maret mengatakan komunis Tiongkok sedang mencoba untuk membangun “tatanan media global baru” dan “mengekspor” mekanisme peninjauan opini publik media domestik ke luar negeri untuk mencegah, melawan kritikan, laporan atau opini yang bertentangan dengan pemerintahan  Tiongkok.

Menurut Reportes  Without Borders, tindakan komunis Tiongkok tidak hanya mengancam media tetapi mengancam sistem demokrasi global.

Menurut data Indeks Kebebasan media tahun 2018 yang diterbitkan oleh Reportes Without Borders bahwa komunis Tiongkok berada pada urutan 176 dari 180 negara di seluruh dunia. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=4uCJcxw3lDk