Militan Komunis Italia Mengaku Lakukan Pembunuhan Empat Puluh Orang

EpochTimesId – Seorang teroris komunis Italia, Cesare Battisti mengakui telah membunuh empat puluh orang pada akhir 1970-an, menurut laporan media setempat. Pria 64 tahun ini, sudah dijatuhi hukuman in-absentia karena membunuh seorang polisi dan penjaga penjara. Dia juga dinyatakan bersalah karena berpartisipasi dalam pembunuhan seorang tukang daging dan perhiasan, yang membela diri terhadap serangan gerilyawan sayap kiri.

Battisti melarikan diri sejak kabur dari penjara di Italia pada tahun 1981. Akan tetapi, hingga penangkapannya pada bulan Januari 2019, dia dilindungi oleh pemerintah Prancis dan Brasil.

“Dia mengaku di penjara pada akhir pekan lalu, pada 23 Maret,” kata hakim Alberto Nobili, seperti dikutip dari media lokal The Local Italy.

Battisti sebelumnya membantah terlibat dalam kasus pembunuhan yang didakwakan kepadanya.

“Ketika saya membunuh, saya percaya itu adalah perang yang adil,” kata Battisti kepada Nobili.

Dia juga mengaku menyerang tiga orang dan berpartisipasi dalam perampokan. Kejahatan untuk membiayai kelompok teroris ekstrim kiri, Armed Proletarians for Communism atau Proletariat Bersenjata untuk Komunisme.

“Saya menyadari kerusakan yang telah saya lakukan dan saya meminta maaf kepada keluarga [para korban],” kata Battisti dalam pengakuannya.

Nobili mengatakan, Battisti diinterogasi selama sembilan jam di sebuah penjara dengan keamanan tinggi di Sardinia. Dia menggambarkan interogasi itu seperti, menyaksikan pembebasan seseorang yang awalnya merasa malu, dan bermasalah, seperti dilansir The Local Italy.

Pembunuhan oleh Battisti terjadi selama apa yang disebut sebagai, Years of Lead atau Tahun Kepemimpinan, di Italia. Ketika kelompok-kelompok dari ekstrem kanan dan ekstrem kiri melakukan aksi kekerasan dan saling serang satu sama lain. Perang sipil dan tawuran yang sebagian besar terjadi antara tahun 1970 dan 1985.

Setelah dinyatakan bersalah pada tahun 1979 karena menjadi bagian dari kelompok Marxis, Battisti melarikan diri dari penjara di Italia dan melarikan diri dari negara itu.

Dia dilindungi di Perancis oleh Presiden sosialis Francois Mitterand, di mana Battisti menulis serangkaian novel berdasarkan kisah hidupnya, mengklaim bahwa dia telah dijebak oleh Italia. Di bawah apa yang disebut doktrin Mitterrand, teroris sayap kiri yang melarikan diri ke Prancis tidak akan diekstradisi ke Italia, di tengah ketidakpercayaan terhadap pengadilan Italia.

Kebijakan itu dicabut pada tahun 2002, setelah pejabat Perancis mengizinkan ekstradisi Battisti. Namun, dia sudah melarikan diri ke Brasil, di mana dia diberi suaka politik oleh Presiden sosialis, Luiz Inacio Lula da Silva. Suaka itu berakhir pada Desember 2018. Battisti lalu kabur menuju Bolivia, tempat Dia ditangkap pada Januari 2019.

Wakil Perdana Menteri Italia, Matteo Salvini mengatakan mereka yang melindungi Battisti, kini juga harus meminta maaf.

“Cesare Battisti telah meminta maaf, beberapa dekade setelah fakta,” kata Salvini, menurut Ansa.

“Sekarang saya berharap para pseudo-intelektual sayap kiri yang melindungi dan membela karakter jorok ini untuk meminta maaf juga. Lebih baik minta maaf terlambat daripada tidak sama sekali,” kata Salvini.

Namun, kerabat dari beberapa korban Battisti tidak begitu menyambut permintaan maafnya.

“Saya pikir pengacaranya menasihatinya agar hukumannya dikurangi. Pembunuhan itu adalah pengecut murni, bahkan bukan terorisme. Itu hanya pembunuhan yang dilakukan oleh pembunuh berantai seperti Battisti dan gengnya,” kata Maurizio Campagna, saudara dari polisi yang dibunuh oleh Battisti, kepada TV Sky TG24 berbahasa Italia.

Adriano Sabbadin, putra tukang daging yang dibunuh, Lino Sabbadin, mengatakan kepada Il Dubbio bahwa dia berharap Battisti akan merenungi kejahatan yang telah dilakukannya, di dalam penjara.

Italia juga berusaha mengekstradisi 14 teroris yang masih diyakini berada di Prancis. Diantaranya termasuk Narciso Manenti, seorang teroris kiri yang membunuh seorang polisi di depan putranya yang masih remaja pada tahun 1979. Dia kini dilaporkan menjadi seorang tukang listrik di kota Châlette-sur-Loing, Perancis, sekitar 70 mil di selatan Ibukota Paris. (JOHN SMITHIES/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M