Trump dan Putin Bahas Kemungkinan Diadakannya Perjanjian Nuklir Baru Tripartit AS-Rusia-Tiongkok

oleh Xia Yu

Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Trump pada hari Jumat 3 Mei lalu telah berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama lebih dari satu jam.

Mereka berdua membahas 6 masalah utama antara lain laporan Mueller, Korea Utara, krisis Venezuela dan lainnya. Kedua pemimpin juga berbicara tentang kemungkinan diadakannya perjanjian nuklir multilateral baru antara Amerika Serikat – Rusia – Tiongkok.

Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa kedua orang pemimpin membahas kesepakatan nuklir, denuklirisasi Semenanjung Korea, perdagangan dan krisis Venezuela.

Diperkirakan Gedung Putih akan memberikan rincian lebih lanjut tentang percakapan itu pada hari Jumat. Sarah juga mengatakan bahwa fokus utama pembicaraan telepon adalah tentang permintaan bantuan bagi rakyat Venezuela, termasuk persediaan bahan kebutuhan utama.

Tak lama kemudian Trump menyampaikan pesan melalui Twitter : Telah mengadakan pembicaraan yang sangat panjang dan baik dengan Presiden Putin lewat sambungan telepon. Trump juga menyebutkan, seperti yang selalu ia katakan, sejak sebelum perburuan Russiagate dimulai, berhubungan dengan Rusia, Tiongkok atau individu lainnya adalah hal yang baik, bukan hal yang buruk.

“Kita membahas masalah perdagangan, Venezuela, Ukraina, Korea Utara, kontrol senjata nuklir, dan bahkan “Penipuan Rusia” (Russiangate). Pembicaraan yang sangat efektif ! Demikian cuitan Trump.

Kepada para wartawan Sanders mengatakan bahwa Presiden Trump dan Presiden Putin juga membahas kemungkinan diadakannya perjanjian nuklir multilateral baru antara Amerika Serikat, Rusia dan Tiongkok, atau ingin disebut sebagai perpanjangan dari perjanjian nuklir strategis AS-Rusia saat ini.

Amerika Serikat dan Rusia pada tahun 2011 telah menandatangani Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru atau New Strategic Arms Reduction Treaty yang disingkat New START. Perjanjian tersebut akan berakhir pada tahun 2021. Ini adalah perjanjian bilateral untuk pengurangan senjata strategis yang ditandatangani antara Amerika Serikat dan Rusia. Perjanjian itu berlaku selama sepuluh tahun. Jika para pihak setuju, mereka dapat diperpanjang untuk maksimal 5 tahun setelah kedaluwarsa.

New START membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dapat digunakan di Amerika Serikat dan Rusia yang tidak lebih dari 1.550 buah, tetapi juga membatasi jumlah rudal balistik antarbenua, rudal balistik yang diluncurkan di bawah laut dan pembom berat yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir, serta peluncur untuk meluncurkan hulu ledak nuklir.

Selain itu, jumlah peluncur juga dibatasi. New START memungkinkan inspeksi di tempat dilakukan setiap tahun maksimum 18 kali, sehingga memungkinkan masing-masing pihak saling memonitor kemampuan senjatanya.

Jubir Gedung Putih mengatakan : “Mereka membahas perjanjian nuklir, apakah itu perjanjian baru atau perjanjian yang diperluas, serta kemungkinan untuk mengadakan dialog dengan Tiongkok”.

Pihak Kremlin mengatakan kedua belah pihak mengkonfirmasi niat mereka untuk mengaktifkan dialog di segala bidang, termasuk keamanan strategis”.

Ketika Trump bertemu dengan Perdana Menteri Slovakia Peter Pellegrini di Gedung Putih pada Jumat lalu, ia menjawab pertanyaan seorang wartawan tentang menambahkan komunis Tiongkok ke dalam perjanjian START, Trump juga mengatakan pihaknya berbicara tentang perjanjian nuklir yang bertujuan mengurangi senjata nuklir.

“Kami telah menginvestasikan miliaran dolar dalam senjata nuklir. Ini adalah angka yang belum pernah kami gunakan sebelumnya. Kami perlu melakukan ini, tetapi mereka melakukan hal yang sama. Terus terang, Tiongkok juga melakukan hal yang sama. Kami sedang mendiskusikan kemungkinan perjanjian tripartit, bukan perjanjian dua arah. Dan soal Tiongkok, saya sudah membicarakannya dengan mereka,” kata Trump.

Trump mengungkapkan, sesungguhnya, selama negosiasi perdagangan Amerika Serikat dengan Tiongkok, AS sudah mulai membahas masalah ini.

Ia mengatakan bahwa ada kemungkinan dalam waktu dekat Amerika Serikat dan Rusia akan mulai melakukan beberapa hal, dan pihak Tiongkok akan bergabung di masa depan. Trump mengatakan akan membahas masalah pencegahan terhadap penyebaran nuklir.

“Kami akan membahas semacam perjanjian nuklir. Saya pikir ini akan menjadi perjanjian yang lebih sempurna”, kata Trump.

Komunis Tiongkok belakangan ini telah mengembangkan senjata nuklirnya dengan tanpa batas, hal ini memicu perhatian serius dari AS. Pemerintahan Trump telah berulang kali secara terbuka mengatakan akan memperluas perjanjian pengawasan senjata dengan Rusia, dan rencana memasukkan pihak Tiongkok.

Trump dalam pidato kenegaraan pada bulan Februari tahun ini mengatakan mungkin melalui negosiasi AS, dapat mengadakan perjanjian yang berbeda untuk memasukkan Tiongkok dan negara lain ke dalamnya. Atau jika kesepakatan tidak tercapai, Amerika Serikat terpaksa melakukan investasi dan inovasi yang lebih besar daripada negara lain.

Sejumlah pejabat Gedung Putih mengatakan kepada CNN bahwa Gedung Putih sedang melakukan pembicaraan antar-lembaga secara intensif untuk mengembangkan opsi bagi presiden untuk mencapai perjanjian ekspansi semacam itu.

Soal lainnya yang dibicarakan Trump, Sarag menyebut bahwa Trump dan Putin menyebutkan penyelidikan penasihat khusus Robert Mueller terhadap Russiangate. Kedua pemimpin mengatakan, penyelidikan sudah selesai dan Trump dan Rusia tidak berkolusi. Oleh karena itu, sekarang sudah saatnya untuk bergerak maju.

Oleh karenanya, Sarah mengatakan : Bagian dari pembicaraan ini cukup singkat, tetapi apa yang dapat diberitakan kepada jurnalis adalah bahwa pemerintahan kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Menurut dia, pemerintan Trump akan melakukan tindakan tegas terhadap masalah yang berkaitan dengan intervensi pemilu. Selain itu, pemerintahan Trump akan melakukan segala upaya untuk mencegahnya terjadi. Itulah sebabnya mengapa pemerintahannya mengerahkan seluruh kemampuan pemerintah menangani masalah tersebut.

Pada pembicaraan telepon itu, juga diungkapkan Presiden Trump juga menghimbau Presiden Putin untuk memberikan tekanan kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un demi tercapainya denuklirisasi Korea Utara.

Presiden Trump menegaskan kembali perlunya transisi damai pemerintah Venezuela

Amerika Serikat dan Rusia berbeda pendapat dalam mengkaji situasi Venezuela, Amerika Serikat yang mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido menuntut agar Nicolas Maduro, presiden Venezuela yang bermasalah segera mundur dan meninggalkan Venezuela. Amerika Serikat juga menghimbau para pengunjuk rasa dan militer untuk mendukung Guaido. Namun Rusia masih mendukung Presiden Maduro.

Presiden menegaskan kembali perlunya transisi pemerintahan yang damai. Fokus dari sepanjang pembicaraan beliau adalah pada kebutuhan untuk membantu rakyat Venezuela dan memastikan bahwa bantuan (materi) benar-benar diterima oleh rakyat”, kata Sarah.

“Ini adalah belahan bumi kita”, kata Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton pada hari Rabu, “Ini bukan tempat di mana Rusia harus ikut campur”.

Pemerintahan Trump tidak mengesampingkan intervensi militer. Wakil Presiden Mike Pence mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada hari Jumat bahwa semua opsi masih berada di atas meja, tetapi “Kami ingin transisi pemerintahan dilakukan secara damai”, katanya.

Pihak Kremlin mengatakan, Putin menekankan bahwa hanya rakyat Venezuela sendiri yang memiliki hak untuk menentukan masa depan negara mereka.

Menurut kantor berita Rusia ‘RIA Novosti’, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov telah mengkonfirmasi bahwa Trump dan Putin melakukan percakapan telepon pada hari Jumat, dan pembicaraan berlangsung selama satu setengah jam.

Menurut informasi resmi Gedung Putih, sejak menjadi presiden, Trump telah melakukan lebih dari 6 kali percakapan telepon dengan Presiden Putin. Tahun lalu, Putin pernah mengatakan bahwa antara dirinya dengan Trump sudah ada “jadwal” pembicaraan lewat sambungan telepon. (Sin/asr)

Video Rekomendasi :