Kepunahan Massal Ke-6? Laporan PBB: 1 Juta Spesies Terancam Punah

Laporan komprehensif PBB pertama tentang keanekaragaman hayati, para ilmuan menyatakan bahwa alam kita sekarang ini sedang menghadapi kerunyaman yang lebih besar dari masa kapanpun dalam sejarah umat manusia.

Melansir dari VOAnews, Laporan setebal 1.800 halaman itu dirilis hari Senin 6 Mei lalu pada sessi ketujuh Intergovernmental Science and Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), atau program ilmu pengetahuan dan kebijakan antarpemerintah mengenai keanekaragaman hayati dan ekosistem di Paris, Prancis.

Dalam sebuah pernyataan, IPBES memperkirakan “sekitar satu juta spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan terancam punah dalam beberapa puluh tahun mendatang, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Alam secara global sedang menurun pada tingkat yang juga belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia.”

Laporan PBB  itu menyatakan bahwa ini sepenuhnya diakibatkan prilaku manusia, tetapi masih belum terlambat untuk menyelesaikan masalah ini.

Kini, banyak orang pernah mendengarkan sejumlah peringatan: bumi mungkin sedang memasuki peristiwa kepunahan yang ke-6 dalam sejarah.  Ini merupakan pertama kalinya manusia sebagai penyebabnya. Spesies Gajah kemungkinan bisa menghilang dalam tempo satu generasi di alam bebas, dan populasi amfibi telah binasa.

Menurut laporan itu, 75% luas daratan dari permukaan bumi “telah berubah secara signifikan”, dan “kecepatan penurunan yang lebih pesat dari periode kapanpun dalam sejarah manusia” dialami oleh keanekaragaman hayati

Dilihat secara mendasar, satu juta macam spesies sedang menghadapi kepunahan, banyak di antaranya sudah punah. Jika tidak segera diambil tindakan, laju kepunahan spesies global akan semakin meningkat, yang telah puluhan hingga ratusan kali lebih tinggi dari tingkat rata-rata 10 juta tahun terakhir. Di daratan, lebih dari 500.000 jenis spesies tidak memiliki habitat yang memadai, kecuali habitat mereka dipulihkan. Jika tidak, sangat mungkin akan punah dalam beberapa dekade ke depan. Lingkungan laut juga belum membaik sama sekali.

Sejak periode prasejarah, biomassa global mamalia liar kini telah turun sebesar 82 persen.

Setidaknya 680 spesies vertebrata telah punah sejak 1.600 tahun ini.

Menurut laporan itu, 559 jenis spesies jinak yang dapat dikonsumsi oleh manusia telah menghilang. Lebih dari 40% sepesies amfibi di dunia terancam punah, dan lebih dari ¹/₃ mamalia laut dan hampir ¹/₃ dari ikan hiu dan jenis ikan lainnya menghadapi kepunahan

Penanggung jawab laporan penelitian dan mantan ilmuan inggris Robert Watson mengatakan, hasil temuan ini bukan hanya tentang menyelamatkan tanaman dan hewan, tetapi tentang melindungi sebuah dunia dimana hidup manusia telah berubah semakin lama semakin sulit.

“Kita sebagai manusia memang benar sedang mengancam potensi ketahanan pangan, keamanan air, kesehatan manusia dan struktur sosialnya, Jika manusia menanggapi masalah ini dengan serius, kemungkinan akan dapat mengurangi keparahan dari prediksi tersebut,” kata Wattson.

Laporan ini mengandalkan pada penelitian oleh Internasional Union for Conservation of Nature atau IUCN yang terdiri dari ahli biologi yang bertanggung jawab untuk mengatur daftar jenis spesies yang terancam.

Thomas Brooks, kepala tim ilmuwan di International Union for Conservation of Nature, mengatakan, “Rata-rata sekitar seperempat dari semua spesies, di banyak kelompok, terancam risiko kepunahan yang tinggi.”

Pada bulan Maret tahun ini, hitungan dari IUCN, dalam studi mendalam terhadap hampir 100.000 spesies, didapati 27.159 jenis spesies terancam di alam, dan sedang dalam kondisi kepunahan atau nyaris punah. Diantaranya termasuk 1.223 jenis spesies mamalia, 1.492 jenis spesies burung dan 2.341 jenis spesies ikan, serta hampir setengah dari spesies yang terancam adalah tanaman.

Para ilmuwan hanya meneliti sebagian kecil dari 8 juta jenis spesies di atas planet Bumi ini.

Ahli biologi Universitas George Mason, Thomas Lovejoy dan ilmuan lain yang tidak berpartisipasi dalam laporan, berpendapat bahwa penilaian ini masuk akal.

Lovejoy mengatakan Manusia sedang menghabisi kehidupan di bumi dan masa depan umat manusia tanpa menyadarinya. Ia tidak termasuk penulis laporan ini, tetapi dia adalah otoritas penelitian keanekaragaman hayati.

Lovejoy mengungkapkan Keanekaragaman hayati di planet ini telah sangat terpukul, ini merupakan kesempatan terakhir bagi kita untuk menyelesaikan keseluruhan masalah.

Ahli ekologi, Lee Hannah, dari fakultas ekologi Cabang Santa Barbara Universitas California mengatakan manusia berada di tengah krisis kepunahan massal ke enam, dan ini sedang terjadi secara perlahan. Lee juga tidak berpartisipasi dalam penelitan dari laporan ini.

Namun, ilmuwan inggris Robert Watson menambahkan bahwa argumen dalam laporan itu bersikap hati-hati tentang kepunahan spesies ke enam, karena dewasa ini tingkat kepunahannya belum melebihi 75 persen.

Para ilmuan dari seluruh dunia telah mengadakan konferensi di Paris dan menerbitkan lebih dari 1.000 halaman laporan. Platform kebijakan ilmu antar pemerintah tentang layanan keanekaragaman hayati dan ekosistem melibatkan lebih dari 450 peneliti yang telah mereferensikan 15.000 laporan ilmiah dan pemerintah.

Rebecca Shaw, kepala ilmuan dari World Wildlife Fund mengatakan: “Ini adalah seruan paling keras untuk membalikkan tren kepunahan species dari jagad raya yang dapat kita saksikan.”

Ringkasan laporan ini menyoroti sejumlah cara manusia dalam mengurangi keanekaragaman hayati: termasuk mengubah hutan, padang rumput dan area lain menjadi lahan pertanian, kota dan area pengembangan lainnya, penangkapan ikan yang terlalu berlebihan, serta polusi tanah dan air. (ANA/WHS/asr)