Supertanker Minyak Iran Terkait Suriah Ditahan Otoritas Gibraltar Inggris

ETIndonesia — Otoritas di Gibraltar mengatakan mereka mencegat dan menahan kapal super-tanker milik Iran pada Kamis, 4 Juli 2019. Kapal itu diyakini melanggar sanksi Uni Eropa dengan membawa pengiriman minyak mentah milik Teheran ke Suriah, yang sedang dilanda perang.

Seorang pejabat senior Spanyol mengatakan operasi itu diminta oleh Amerika Serikat. Kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah Iran menyebut insiden itu adalah ‘penyitaan ilegal sebuah kapal tanker minyak Iran’.

“Aparat Pelabuhan Gibraltar dan lembaga penegak hukum, dibantu oleh Royal Marines Inggris, naik ke Grace 1 pada Kamis pagi pekan lalu,” kata pihak berwenang di wilayah-seberang, milik Inggris, di ujung wilayah Spanyol itu, dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan bahwa kapal itu diyakini sedang menuju ke Kilang Baniya di Suriah. Sebuah fasilitas milik pemerintah di bawah kendali Presiden Suriah Bashar Assad dan tunduk pada Rezim Sanksi Suriah yang diterapkan oleh Uni Eropa.

Uni Eropa dan beberapa negara lainnya telah menjatuhkan sanksi pada pemerintah Assad atas tudingan ‘penumpasan-berkelanjutan’ terhadap warga sipil. Mereka saat ini menargetkan embargo ekonomi terhadap 270 orang dan 70 entitas.

Menteri luar negeri sementara Spanyol, Josep Borrell, mengatakan kapal tanker raksasa itu dihentikan oleh otoritas Inggris setelah adanya permintaan dari Amerika Serikat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi mengatakan dalam sebuah tweet bahwa Duta Besar Inggris Rob Macaire dipanggil atas ‘intersepsi ilegal’ atas kapal itu. Mousavi kemudian menyebut penyitaan kapal itu ‘aneh dan merusak’.

“Ini dapat menyebabkan peningkatan ketegangan di wilayah ini,” katanya dalam wawancara telepon langsung di televisi pemerintah, pekan lalu.

Penasihat keamanan nasional AS, John Bolton berkicau di Twitter, bahwa penyitaan kapal itu adalah ‘berita bagus’.

“Amerika & sekutu kita akan terus mencegah rezim di Teheran & Damaskus mengambil untung dari perdagangan ilegal ini,” tambah Bolton.

Di Madrid, Borrell mengatakan kepada wartawan bahwa Spanyol sedang menilai implikasi operasi karena penahanan terjadi di perairan yang dianggap spanyol adalah miliknya.

Inggris menegaskan Gibraltar adalah bagian dari Britania Raya. Akan tetapi, Spanyol berpendapat bahwa itu bukan milik Inggris, dan operasi kapal tanker itu berisiko menyinggung Spanyol.

“Kami melihat bagaimana ini (operasi) mempengaruhi kedaulatan kami,” kata Borrell, yang dinominasikan awal minggu ini untuk menjadi kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa.

Otoritas Gibraltar tidak mengkonfirmasi asal dari muatan kapal. Namun, Lloyd’s List, sebuah publikasi yang berspesialisasi dalam urusan maritim, melaporkan bahwa kapal raksasa berbendera Panama itu sarat dengan minyak Iran.

“Menurut data di AS, kapal tersebut dimiliki oleh Grace Tankers Ltd. yang berbasis di Singapura. Kapal itu kemungkinan membawa lebih dari 2 juta barel minyak mentah Iran, kata perusahaan data Refinitv. Data pelacakan menunjukkan bahwa kapal tanker melakukan perjalanan lambat di sekitar ujung selatan Afrika sebelum mencapai Mediterania,” tulis majalah itu.

Sebuah kapal Marinir Kerajaan Inggris berlayar menuju kapal tanker-super Grace 1 di wilayah Inggris Gibraltar, pada 4 Juli 2019. (Foto : Marcos Moreno/AP/The Epoch Times)

Penahanan kapal tanker itu terjadi pada waktu yang sangat sensitif, ketika ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran meningkat karena diakhirinya kesepakatan nuklir 2015 secara sepihak oleh AS.

Dalam beberapa hari terakhir, Iran telah melampaui batas kesepakatan yang dimasukkan dalam persediaan uranium yang ‘diperkaya-rendah’ dan berencana untuk terus meningkatkan pengayaan uraniumnya. Sementara itu, tanker minyak di dekat Selat Hormuz telah menjadi sasaran serangan misterius ketika pemberontak yang didukung Iran di Yaman meluncurkan drone yang sarat bom ke Arab Saudi.

Amerika Serikat telah mengerahkan ribuan tentara tambahan, kapal induk, pesawat bomber B-52, dan pesawat tempur F-22 ke wilayah tersebut. Kebijakan yang menimbulkan kekhawatiran akan salah perhitungan yang memicu konflik yang lebih luas. Bulan lalu Iran menembak jatuh pesawat pengintai AS, yang semakin menambah ketakutan akan potensi perang.

Menteri Intelijen Iran mengatakan pada hari Kamis bahwa setiap negosiasi dengan Amerika Serikat harus disetujui oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan akan membutuhkan pencabutan sanksi AS. Khamenei sampai sekarang mengesampingkan pembicaraan dengan AS, mengatakan bahwa Washington tidak dapat dipercaya.

Pada hari Kamis, kantor berita resmi IRNA mengutip Menteri Informasi Mahmoud Alavi mengatakan jika pemimpin tertinggi mengizinkan, negosiasi antara Iran dan Amerika Serikat akan diadakan. Namun dia menambahkan, bahwa Teheran tidak akan bernegosiasi di bawah tekanan.

Tidak ada reaksi langsung terhadap penahanan kapal tanker itu dari Suriah, yang telah menderita kelangkaan bahan bakar akibat perang saudara dan sanksi Barat yang telah melumpuhkan industri minyak negara itu. Padahal industri bahan bakar pernah menjadi sumber dari 20 persen pendapatan pemerintah.

Iran, yang telah memberikan dukungan militer yang penting kepada Assad, memperpanjang batas kredit $ 3 miliar untuk pasokan minyak mulai tahun 2013. Akan tetapi, bantuan Iran berkurang ketika Washington memulihkan kebijakan sanksi keras. Pada bulan November, Departemen Keuangan AS menambahkan jaringan perusahaan Rusia dan Iran ke dalam daftar hitam pengiriman minyak ke Suriah dan memperingatkan adanya ‘risiko signifikan’ bagi mereka yang melanggar sanksi.

Fabian Picardo, Kepala Menteri Gibraltar, yang di masa lalu telah menjadi pelabuhan transit untuk pengiriman energi untuk pembeli yang tidak dikenal, mengatakan sudah memberi tahu UE tentang perkembangan penahanan.

Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Inggris menyambut ‘tindakan tegas’ oleh pihak berwenang di Gibraltar. (THE ASSOCIATED PRESS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M