Bagaimana Sosialisme Merusak Kehidupan dan Tatanan Masyarakat

oleh : Dr. Charles McVety 

Setiap tahun, masyarakat semakin hari semakin terjebak dalam kegelapan karena moralitas yang sedang terkikis. 

Melihat parade CBC di Kanada yang didanai secara nasional, di atas panggung anak laki-laki, berusia 10 hingga 12 tahun, mengenakan pakaian lawan jenis. Bocah-bocah ini diatur melakukan tarian tak senonoh. Ini adalah indikasi bahwa ada sesuatu yang salah secara drastis. 

Bahkan ketika euthanasia, narkoba, dan klub seks dilegalkan. Pernikahan telah didefinisikan ulang. Unit keluarga sedang diserang hingga jadi sasaran perundungan, dengan penggunaan kata-kata propaganda seperti “ibu” dan “ayah” yang sedang patah hati.

Misalnya saja sistem pendidikan di Kanada telah meninggalkan kebenaran. Mirisnya, menggantinya dengan relativisme dan gagasan bahwa kebenaran absolut tidak dapat dikejar. 

Lembaga-lembaga telah melempar jauh-jauh definisi sains, biologi, dan kimia untuk mendukung teori fluiditas gender. Yang mana, memungkinkan seseorang untuk mengubah gender dengan keinginan mereka. Individualisme telah digantikan oleh statisme. Agama sekarang diejek sebagai candu masyarakat.

Bahkan semakin memburuk. Hakim yang diangkat dan tidak terpilih membuat untuk undang-undang kebijakan sosial bertentangan dengan kebenaran historis dan nilai-nilai tradisional. Jika ada yang berani melakukan kebebasan berbicara, maka dianggap sebagai pelanggaran bagi masyarakat. Tentunya akan disetempel sebagai intoleran. Mereka sering diejek, diteriaki, atau bahkan diserang. Kepercayaan pada Tuhan dicemooh di aula-aula perguruan tinggi.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Beberapa percaya itu adalah perkembangan alami masyarakat. Namun, tidak ada bukti empiris atau historis untuk mendukung klaim semacam itu.

Jawabannya jelas: Orang-orang seperti Fredrick Nietzsche, Karl Marx, Fredrick Engels, Charles Darwin, Sigmund Freud, dan Michael Foucault memulai revolusi sosialis yang mengubah fondasi budaya tradisional masyarakat. 

Sektor masyarakat yang besar sekarang didominasi hampir secara eksklusif oleh filosofi mereka, termasuk akademisi, media, birokrasi, dan peradilan.

Ekonom Inggris John Maynard Keynes, sering mengutip pernyataan Vladimir Lenin bahwa “Tidak ada yang lebih halus, tidak ada cara yang lebih pasti untuk menjungkirbalikkan basis masyarakat yang ada selain untuk merusak nilai mata uang.” 

Proses ini melibatkan semua kekuatan tersembunyi hukum ekonomi di sisi kehancuran. Serta melakukannya dengan cara yang tidak dapat didiagnosis oleh satu orang dalam sejuta orang.

Prinsip yang sama ini berlaku saat ini, tidak secara ekonomi tetapi secara sosial. Ketika kaum sosialis menggunakan kekuatan tersembunyi relativisme moral, mereka menghancurkan tatanan masyarakat. Tidak seorang pun dari sejuta orang yang mengakui hal ini.

Marx mengajarkan bahwa sosialisme adalah posisi transisi sosial antara penggulingan kapitalisme dan realisasi komunisme. 

Billy Graham memperingatkan, tentang perubahan budaya ini pada tahun 1954 silam. Ketika dia menyatakan bahwa komunisme “ada di sini untuk tinggal. Ini adalah pertempuran sampai mati: baik komunisme harus mati, atau Kristen harus mati. Secara politis, seorang komunis adalah orang yang percaya bahwa negara adalah yang tertinggi dan individu hanya ada untuk kesejahteraan negara, sehingga menghancurkan status martabat individu yang diberikan oleh Tuhan. ”

Para filosof sosialis telah dengan cerdik menyelubungi ajaran mereka sebagai pemikiran alami yang didukung oleh sains. 

Fredrick Nietzsche dianggap sebagai Musa sosialisme. Dia menyatakan bahwa “Gott ist tot” atau Tuhan sudah mati. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir tentang konsekuensi dari tindakan Anda. Tidak ada hari akhir pengadilan, neraka, atau azab neraka karena berperilaku yang amoral. Sehingga Anda dapat melakukan apa yang Anda inginkan, mengikuti naluri Anda, menikmati apa yang Anda bisa, dan kemudian membawa hidup Anda dalam hedonisme. 

Sosok ini juga berpendapat bahwa tidak ada balasan untuk berbuat baik. Karena itu Anda dapat menimbun kesenangan dan kelebihan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Pikiran Nihilistic berpendapat bahwa Adolf Hitler dan Mother Teresa menerima tujuan yang sama. Pemikiran seperti itu menarik bagi mereka yang ingin mengikuti kecenderungan mereka daripada marah atas tindakan mereka yang berpegang dengan moral. Dengan kata lain, lakukan saja sesukamu, hidup dan biarkan hidup, makan, minum dan bergembiralah, karena besok kau akan mati.

Malapetaka  Besar Berdatangan

Hasil revolusi ini menjadi malapetaka besar. Angka bunuh diri meroket di Kanada, dengan 200 orang berusaha bunuh diri setiap hari. Pada tahun 2015, Statistik Kanada melaporkan bahwa lebih dari 10 persen populasi masyarakat, sekitar 3.396.000 orang di atas usia 12, berencana untuk mengambil nyawanya sendiri. 

Bunuh diri di kalangan remaja dan orang dewasa sangat mengkhawatirkan, menjadi penyebab kematian nomor dua. Sementara itu, menjadi penyebab kematian nomor sembilan secara keseluruhan.

Hasil lainnya termasuk depresi, penyalahgunaan narkoba, kekerasan seksual, dan penembakan di sekolah. Di Kanada, satu dari tiga wanita mengalami pelecehan seksual dalam hidup mereka, menurut pemerintahan federal. Sebanyak 15 persen yang tragis akan mengalami depresi klinis. Sekitar 10 persen diketahui mengonsumsi opioid dan obat-obatan psikotropika. 

Pembunuhan massal oleh orang-orang yang meniru ocehan tak berarti kehidupan para penembak Columbine telah menjadi kejadian umum. Perpecahan rasial semakin dalam karena pengajaran Darwin tentang “ras favorit” dari bukunya  “On the Origin of Species by Means of Natural Selection, atau the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life” yang telah menjadi landasan pemikiran di antara sebagian besar masyarakat.

Hebatnya, kebebasan berekspresi, pemikiran kritis,  rasionalitas, dan kebenaran obyektif telah menjadi musuh. Postmodernisme kini telah melabeli pemikiran seperti misogini, fanatisme, rasis, dan kebencian sebagai upaya untuk membungkam oposisi. 

Jika Anda mengutip statistik, Anda akan dikutuk. Jika Anda bertujuan untuk pemikiran yang logis, Anda akan diserang. Anda tidak akan diizinkan menyajikan data empiris dengan maksud untuk mengajukan kebenaran. Semuanya harus subjektif dan sesuai dengan narasi sosialis. 

Progresif radikal tidak dapat memperdebatkan manfaat dari ketiadaan makna atau manfaat amoralitas. Sehingga mereka menggunakan taktik perundungan ala sekolah klasik yakni penyiksaan secara verbal.

Selama 100 tahun terakhir adalah yang paling berdarah dalam sejarah manusia.  Hampir 200 juta orang terbunuh dalam perang. Hampir semua perang ini didorong oleh para pemimpin yang memproklamirkan filosofi sosialis. Vladimir Lenin, Joseph Stalin, Adolf Hitler, Mao Zedong, dan Pol Pot.  Semuanya mengumandangkan tidak adanya seorang pencipta, evolusi, oposisi terhadap moralitas agama, dan kehidupan yang serampangan.

Hasilnya adalah kematian massal dan penderitaan manusia — hasil logis dari amoralitas dan ketidakberartian.

Perang bukanlah mekanisme utama sosialisme abad ini. Tapi telah bergeser ke tingkat yang lebih dalam. Berada pada jalur untuk menghasilkan konsekuensi yang sama-sama menghancurkan. 

Filsuf Max Horkheimer pernah menyatakan bahwa “Revolusi tidak akan terjadi dengan senjata, melainkan akan terjadi secara bertahap, dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi. Kami secara bertahap akan menyusup ke institusi pendidikan dan kantor politik mereka, mengubah mereka secara perlahan menjadi entitas Marxis ketika kami bergerak menuju egalitarianisme universal. ”

Ada pertempuran yang berkecamuk untuk jiwa masyarakat. Ini bukan perang darah dan daging. Tetapi perjuangan antara kebebasan dan sosialisme. Jangan salah, kaum sosialis sekarang lebih unggul dan siap bergerak untuk membunuh dengan sosialisme secara total.

Charles McVety adalah resident of Canada Christian College and School of Graduate Theological Studies in Whitby, Ontario.