Kesaksian Mengungkap Kuda Troya : Bagaimana WeChat Menyusup ke Politik Dunia Barat

Lin Yan

Aplikasi perpesanan buatan Tiongkok, WeChat telah menjadi platform utama untuk diskusi politik di antara diaspora Tionghoa. Bahkan menjadi alat bagi politikus Barat. Berkaitan keterlibatan mereka dalam membangun wacana dengan komunitas Tionghoa setempat.

Tren ini telah berlangsung sejak pemilihan umum Amerika Serikat 2016 dan Australia, selama pemilihan Federal Australia 2019.

Lembaga think tank AS dan pakar Tiongkok khawatir, WeChat adalah sejenis Kuda Troya bagi Barat. Ini dikarenakan aplikasinya — yang disensor menurut standar Beijing — dapat digunakan untuk memengaruhi politik Barat di luar negeri.

WeChat, dikembangkan oleh raksasa teknologi Tencent Holdings Limited. Layanan ini telah berkembang pesat di luar negeri karena lebih banyak ekspatriat Tiongkok menggunakan aplikasi untuk komunikasi. 

Secara khusus, WeChat adalah kendaraan komunikasi antara pejabat terpilih di Barat, kandidat politik dan pemilih keturunan Tionghoa.

Tetapi prevalensinya jauh lebih dari sekadar pesaing lain di pasar media sosial. Lebih tepatnya, Komunisisasi masyarakat lokal. Lebih jauh lagi, dapat mendorong politik lokal menuju satu suara dengan tujuan Komunis Tiongkok. 

Komunis Tiongkok mengendalikan pandangan politik, arus berita, dan wacana yang diizinkan dalam WeChat. Tak lain, untuk menguntungkan partai politik dan politikus pro Komunis Tiongkok. 

Di sisi lain, beberapa politikus Barat memilih untuk menyensor diri sendiri dengan menggunakan kriteria Komunis Tiongkok di WeChat. Langkah mereka untuk menjangkau dan menarik pada pemilih Tionghoa.

Yang lebih buruk lagi, para politikus yang menentang kebijakan Komunis Tiongkok dibungkam di WeChat. Pada beberapa kasus, postingan mereka dihapus atau akun mereka ditutup. Dengan cara ini, WeChat terpisah dari semua aplikasi media sosial lainnya di Barat.

Penindasan Terhadap Kandidat Anggota Kongres di North Carolina, AS

“Saya telah melihat WeChat menghapus artikel dari akun WeChat publik saya lalu menguncinya. Kemudian membuka kunci akun pribadi saya,” demikian ungkap kandidat Kongres di wilayah North Carolina 2016, Sue Googe kepada Epoch Times.

Ia lahir di Provinsi Hainan, Tiongkok selatan. Googe berimigrasi ke Amerika Serikat. Ia menjadi warga negara AS pada tahun 2010. Ia adalah seorang programmer, agen real estat, dan tidak pernah bekerja dalam politik.

Sebagai seorang Republikan, Googe mencalonkan diri untuk jabatan di Distrik 4 North Carolina. Di wilayah ini di mana orang Asia-Amerika menyumbang 5 persen dari populasi. 1 persen dari mereka merupakan keturunan Tionghoa. Googe mengatakan, perlu upaya luar biasa untuk memenangkan 1 persen. 

Googe mengungkapkan, di komunitas etnis lain dirinya, dirinya hanya perlu mengungkapkan idenya dan akan mendapatkan persetujuan. Akan tetapi, ia  mengalami kesulitan berarti dengan komunitas Tionghoa. 

Googe mulai menggunakan WeChat pada tahun 2014 silam. Ia memanfaatkannya untuk memperkenalkan sudut pandang politiknya kepada orang Tionghoa di komunitasnya. Dia pernah memiliki beberapa kelompok pendukung WeChat yang berisi lebih dari seribu orang.

Apa yang tidak dia duga adalah bahwa WeChat “membawa musuh-musuhnya bersama teman-temannya.” 

Titik balik bagi Googe adalah pada bulan Maret 2016. Ini setelah dia mempertanyakan infiltrasi kedutaan Tiongkok tentang perdagangan orang Tionghoa lokal. Ia juga mempertanyakan infiltrasi kedutaan dalam asosiasi sosial lokal di unggahan akun WeChat-nya. 

Beberapa anggota WeChat mulai menyebarkan jabatannya. Googe kemudian distempel dan dituduh sebagai “anti-Tiongkok” oleh pengguna Tionghoa lainnya. Dalam beberapa kasus, dia bahkan diserang secara verbal.

Dia mengatakan kepada media berbahasa mandarin Amerika Serikat, ACLiving pada tahun 2016, “Saya berterus terang, dan selalu berbicara dalam pikiran saya tanpa retorika yang fasih. Jadi saya menyebabkan beberapa perdebatan, dan diusir dari beberapa grup WeChat. “

Ia menambahkan : “Begitu dirinya di WeChat, ia mendapat masalah. Ketika ia keluar dari WeChat, semuanya lancar dan baik-baik saja. Ketika ia di WeChat, hal-hal memalukan terjadi.”

Googe mengungkapkan, dirinya memang menentang sentimen anti-Amerika Serikat di Tiongkok, atau label ‘anti-Tiongkok’ untuk mempengaruhi orang Amerika. Bagi Googe, Anti-Tiongkok’ terlalu berat untuk dibawa dalam label. 

Googe kepada Epoch Times mengungkapkan, selama pemilu 2016, beberapa artikelnya telah dihapus dari akun publiknya. Akhirnya, akun pribadinya ditutup sementara oleh WeChat.

WeChat menggunakan inspeksi orang-orang. Ini terkait laporan pengguna, dan metode lain untuk menyensor konten sensitif. Hingga menutup akun seseorang. Sensor seperti itu tidak transparan ketika mengikuti prinsip-prinsip yang konsisten.

Tencent, perusahaan induk WeChat, menyatakan dalam tanggapan resminya,bahwa pihaknya membuat kebijakan konten untuk individu dan organisasi yang menggunakan platform mereka. 

Menurut Tencent, sebagai bagian dari inspeksi, pihaknya akan menutup atau menangguhkan akun yang memposting konten dengan dalih adanya kebencian, informasi yang salah, konten yang tidak pantas, atau konten lain yang dilarang di platform mereka. 

Dikatakan, akun dapat diaktifkan kembali secara otomatis setelah poster menghapus konten yang WeChat anggap tidak pantas. Namun, akun yang secara teratur memposting konten sensitif, akan dibekukan atau dihapus secara permanen.

Di antara 40 kandidat Asia dalam pemilihan kongres tahun 2016, sebanyak 33 orang mencalonkan diri untuk Kongres AS, dan 7 untuk Senat AS. 

Sebagai politikus pemula, Googe menjadi yang terjauh. Ketika ditanya apakah dia akan melakukan sesuatu yang berbeda jika dia bertarung lagi, Googe mengatakan, dirinya benar-benar akan berpegang pada prinsipnya dan tidak akan pernah mundur.

Menurutu Googe, perubahan lingkungan politik di Tiongkok pada tahun silam telah sepenuhnya membenarkan komentarnya. Ini terkait bahwa Komunis Tiongkok adalah kediktatoran yang tidak bermoral. 

WeChat Membantu Politikus yang Didukung Komunis Tiongkok untuk memenangkan Pemilu

Untuk politikus Amerika Serikat yang didukung oleh Komunis Tiongkok, WeChat adalah alat kampanye yang ampuh.

The Washington Post melaporkan pada November 2018, bagaimana imigran Tiongkok, Lily Qi menggunakan WeChat untuk membantu pemilihannya sebagai delegasi negara bagian Distrik ke-15 Maryland. Qi adalah imigran Tiongkok generasi pertama di badan legislatif negara bagian.

Sebelumnya Qi adalah kepala eksekutif Montgomery County Isiah Leggett yang mengawasi pengembangan ekonomi dan tenaga kerja. Tanpa banyak dukungan dari Partai Demokrat setempat, dia mengalihkan pandangannya ke komunitas besar Asia di distrik itu. 

Selain menulis tentang sistem politik Amerika untuk surat kabar lokal Tionghoa, dia juga mengkomunikasikan agenda politiknya dengan ratusan pemilih Tionghoa lokal di WeChat.

Dalam wawancara tahun 2019 dengan media Tiongkok, The Paper, Qi mengatakan, dia menghubungi pemilih yang tidak terdaftar dan non-partisan melalui WeChat. Ia melakukan upaya untuk mengubah pendapat politik mereka. 

Dia juga mengatakan, kampanyenya menggandakan pendukung Demokrat Tionghoa selama pemilihan. Ia mendorong banyak orang Tionghoa untuk memberikan sumbangan pertama mereka untuk pemilihan politik.

Para pemilih Tionghoa baru ini tiba-tiba tidak menjadi patriotik. Kenyataannya adalah i: gelombang pemilih Tionghoa sebagian besar didorong oleh hubungan dekat antara kedutaan Tiongkok dan kelompok-kelompok Tionghoa pro-komunis setempat. 

Selama pertemuan akhir tahun Coordination Council of Chinese American Associations atau CCCAA Washington, Menteri Konselor dan Konsul Jenderal Tiongkok, Tang Li mengatakan dalam pidato publik, ia berharap orang Tionghoa perantauan akan berkontribusi dalam kampanye pemilihan Qi.

Qi juga berbicara pada pertemuan yang sama. Setelah pidatonya, para hadirin meneriakkan “Lily! Lily!” untuk menunjukkan dukungan mereka.

Coordination Council of Chinese American Associations atau CCCAA Washington adalah salah satu kelompok kepentingan Tiongkok paling aktif di daerah tersebut. 

Mereka telah menyelenggarakan pelatihan untuk pemilih Tionghoa. Mereka telah mendirikan stan pendaftaran pemilih di banyak acara komunitas Tiongkok. Mereka mendorong ekspatriat Tiongkok untuk memilih.

Coordination Council of Chinese American Associations mengatakan dalam siaran pers yang diterbitkan pada tanggal 26 Juni 2018, Lily Qi mendapat dukungan penuh dari kelompok dan asosiasi industri Tiongkok. Dia memiliki 500 sukarelawan untuk mengumpulkan, memotivasi. Bahkan memobilisasi komunitas Tionghoa di WeChat, untuk mengamankan suara. 

Organisasi ini dikenal sebagai organisasi awal Komunis Tiongkok. Menjadi alat penting untuk “garis depan persatuan” Komunis Tiongkok di luar negeri. 

Dalam dokumen yang sama, organisasi ini mengatakan, apa yang paling penting tentang kemenangan Qi adalah bahwa “semua media Tiongkok dan media sosial berkolaborasi untuk membantah pendapat yang mereka tolak. Serta membangun citra publik yang positif tentang kandidat.

Kelompok Tionghoa di Maryland berada di dua kubu berbeda terhadap kampanye Qi: Satu kubu percaya pemilih Tionghoa harus mendukung kandidat Tionghoa. Sementara itu, kubu lainnya ingin melihat lebih dari warna kulit untuk fokus pada advokasi politik.

Suara kelompok yang terakhir, bagaimanapun, telah tertahan di seluruh proses ketika postingan WeCha. dengan sudut pandang seperti itu. Hingga ditenggelamkan oleh orang-orang yang tak menyukainya. Mereka dituduh secara internal melemahkan komunitas Tionghoa. Kampanye terkait hal ini adalah “solidaritas memimpin kemenangan.”

Kemenangan Qi dilaporkan oleh hampir semua media Tionghoa di luar negeri dan media resmi Komunis Tiongkok. Tapi itu bukan penampilan pertamanya dalam propaganda Komunis Tiongkok. Pada awal 2012, media luar negeri milik pemerintah Tiongkok, China Press mewawancarai Qi. Bahkan transkrip lengkapnya diterbitkan di corong Komunis Tiongkok, People’s Daily. (asr)