Memaknai Upacara Pemakaman ber-Skala Tinggi untuk Li Peng

Zhou Xiaohui

Mantan Perdana Menteri Tiongkok, Li Peng meninggal dunia pada 22 Juli 2019 lalu. Meninggalnya Li Peng mendapat perlakuan berskala tinggi sedemikian rupa, seharusnya memang sudah menjadi tradisi internal partai komunis. Hal itu selain untuk memperlihatkannya keluarga mendiang dan luar dalam Komunis Tiongkok, juga untuk diperlihatkan pada rakyat Tiongkok.

Pujian Komunis Tiongkok terhadap Li Peng secara terbuka, termasuk memujinya telah meredam “peristiwa Tiananmen 4 Juni 1989” dan tindakannya dalam policy proyek Dam Tiga Ngarai. Di samping itu juga telah menonjolkan Komunis Tiongkok yang membabi buta menuju jalan sesat yang mutlak tidak akan berbalik arah.

Dalam pernyataan berkabung dari kantor berita corong Komunis Tiongkok, Xinhua terhadap dua hal yang oleh Li Peng diupayakan pelepasan pertanggungjawabannya itu, ditulis demikian oleh Xinhua: “Keputusannya yang demokratis ilmiah terhadap proyek Dam Tiga Ngarai telah menimbulkan dampak yang sangat penting. Pada pergolakan politik di pergantian musim semi dan panas pada 1989, berkat dukungan penuh para revolusioner proletariat yang lebih senior yang diwakili oleh kamerad Deng Xiaoping, kamerad Li Peng bersikap tegas, sejalan dengan mayoritas kamerad dari Biro Politik Pusat, telah mengambil kebijakan tegas menghentikan kekacauan, dan meredam kerusuhan kaum reaksioner.”

Jelas, definisi pemerintah Komunis Tiongkok bertolak belakang dengan harapan Li Peng semasa hidupnya. Atas “peristiwa Tiananmen” yang telah menindas banyak pelajar, Li Peng beranggapan dirinya hanya menaati perintah dari Deng Xiaoping. Li Peng berharap dapat memperjelas siapa yang paling bertanggung jawab dan paling mendapat manfaatnya. Dia juga berharap entah semasa hidup atau setelah kematiannya ada suatu kesimpulan sejarah yang sesuai dengan fakta.

Untuk itu, dalam “Buku Harian Tragedi Tiananmen Li Peng” terungkap beberapa hal yang tidak diketahui pihak luar.

Pertama, sejak awal Deng Xiaoping telah memutuskan melengserkan Zhao Ziyang, yakni Perdana Menteri kala itu.

Kedua, setelah Deng Xiaoping mengerahkan 200.000 pasukan memasuki Beijing, baru digelar rapat pemekaran Biro Politik, lalu mengumumkan lengsernya Zhao Ziyang. Lalu Jiang Zemin menjabat sebagai Sekjen, sekaligus memberikan perintah pembantaian seisi kota.

Ketiga, Deng Xiaoping telah mengijinkan aksi pembersihan lapangan pada malam hari 3 Juni. Dari “lantai empat menara polisi pengawal, dari jendela Jiang Zemin dapat melihat langsung semua pergerakan di Lapangan Tiananmen”.

Keempat, Jiang Zemin bertanggung jawab membuat rancangan naskah “surat kepada seluruh rakyat”.

Dengan kata lain, yang memerintahkan penembakan dan penindasan terhadap para pelajar pada “peristiwa Tiananmen” adalah Deng Xiaoping. Sedangkan Jiang Zemin adalah komandan di lokasi kejadian “peristiwa Tiananmen” sekaligus sebagai orang yang paling diuntungkan. Kedua hal tersebut adalah fakta, namun Li Peng tidak dapat terlepas dari tanggung jawab itu, yang sepertinya juga menjadi momok baginya.

Sedangkan tentang siapa pembuat kebijakan yang paling bertanggung jawab terhadap proyek Dam Tiga Ngarai yang telah mengalami deformasi dan mencemarkan Sungai Yangtze maupun merugikan rakyat di sekitarnya, adalah momok lain di hati Li Peng.

Pada Januari 1985 di saat keputusan melaksanakan proyek Dam Tiga Ngarai dibuat, waktu itu Li Peng adalah Wakil Perdana Menteri sekaligus ketua tim persiapan proyek Dam Tiga Ngarai, yang  ditetapkan sendiri oleh Deng Xiaoping yang memegang kekuasaan riil.

Pada 2003, dalam buku Li Peng disebutkan, pasca 1989, keseluruhan policy penting dalam rapat mengenai proyek Dam Tiga Ngarai, semuanya diselenggarakan oleh Jiang Zemin, yang telah memainkan peran kepemimpinan penting dalam proyek pembangunan Dam Tiga Ngarai sesudahnya.

Sejak 2004-2006, Li Peng kembali menerbitkan 4 karya buku harian yang berisi ingatannya, yang kembali menuding penanggung jawab proyek Dam Tiga Ngarai adalah Jiang Zemin.

Pakar irigasi Tiongkok yang kini tinggal di Jerman yakni Wang Weiluo mengatakan, Jiang Zemin yang baru menjabat kala itu, untuk mendapatkan dukungan dari Li Peng, Jiang melakukan transaksi politik dengan Li Peng. Transaksi itu yakni tidak mempedulikan suara yang menentang, proyek Dam Tiga Ngarai harus dipaksakan pelaksanaannya.

Oleh sebab itu, walaupun Jiang Zemin yang tidak kompeten, mengemban tanggung jawab utama. Namun Li Peng mengabaikan suara yang menentang dan telah mendukung proyek itu. Peran pentingnya di sini juga tidak bisa diabaikan.

Mungkin bagi Li Peng, kedua kasus besar yang dihujat oleh jutaan orang itu, peran yang dimainkannya bukanlah peran yang menentukan. Namun tidak sedikit contoh kasus di dalam sejarah membuktikan, usulan orang-orang yang mendampingi sang pembuat keputusan juga berdampak sangat penting. Tanggung jawab yang harus mereka emban juga tidak kecil.

Walau demikian, pemerintahan tertinggi Komunis Tiongkok sangat positif dalam menilai tindakan Li Peng. Sesungguhnya juga menilai positif kedua keputusan yakni peristiwa Tiananmen dan Pembangunan Dam Tiga Ngarai yang dibuat oleh Deng Xiaoping dan juga Jiang Zemin yang dikecam sepanjang masa ini.

Pada awal bulan Juni Menteri Pertahanan Tiongkok, Wei Feng saat menghadiri dialog di hotel Shangri-La, Singapura, telah secara terbuka menyatakan bahwa “penindasan 4 Juni Tiananmen” adalah benar. Pernyataan itu mengejutkan dunia. Kali ini perlakuan tingkat tinggi dalam menilai kinerja Li Peng, juga menimbulkan efek yang sama.

Sinyal seperti itu sangat berbahaya dan merupakan pertanda buruk. Hal itu tidak hanya mengindikasikan Komunis Tiongkok yang tidak bisa mengubah karakternya yang hanya akan menghadapi jalan buntu, juga mengindikasikan para petinggi Komunis Tiongkok hingga sekarang tetap tidak mau meninggalkan “jalan lama” dan “jalan sesat.” Demi kekuasaan, Petinggi Komunis Tiongkok  tidak ingin melepaskan perlindungan mereka terhadap partai. (SUD)

FOTO : Pada 24 Juli 2019, di sebuah kios koran di Beijing, halaman depan kematian mantan Perdana Menteri Li Peng dilaporkan. (WANG ZHAO / AFP)