“Be Water” Motto Bruce Lee Ilhami Aksi Protes Rakyat Hong Kong Anti Ekstradisi

The Epoch Times

Sepotong dialog dalam salah satu film aktor laga internasional Bruce Lee berjudul “Longstreet” adalah:

“Kosongkan pikiranmu, bening, tak berwujud, seperti air, ditempatkan di gelas, bentuknya berubah menjadi gelas. Ditempatkan di botol, bentuknya berubah menjadi botol, ditempatkan di cangkir, maka ia akan berubah menjadi cangkir. Air dapat mengalir dengan lemah gemulai, juga dapat mengeras menjadi kokoh. Jadilah seperti air, Temanku.” 

Ungkapan Bruce Lee yang bersifat filosofis ini, di luar dugaan telah menjadi bimbingan pemikiran bagi muda mudi pengunjuk rasa dalam aksi protes anti-ekstradisi di Hongkong. 

Dalam konferensi pers pada 6 Agustus lalu, di saat para pemrotes muda menjawab pertanyaan, bagaimana mereka akan menghadapi Komunis tiongkok yang telah mengirim pasukan ke Hongkong, jawabannya patut untuk dianalisa oleh sosiolog peneliti gerakan sosial.

Pada konferensi pers, salah satu perwakilan pengunjuk rasa berkata:

“Sebagai warga Hongkong, tentang masalah kekhawatiran pihak Beijing akan mengirimkan pasukannya ke Hongkong. Tapi jika situasi di Hongkong telah sampai pada tahap harus diselesaikan dengan pasukan militer, diyakini semua warga Hongkong dan pemrotes akan menjadi seperti air, setelah mengetahui apa yang harus dilakukan, kami semua akan pulang ke rumah dan tidur.”

Wakil Sekjend Partai Progresif Demokratik Taiwan, yang juga mantan pemimpin Gerakan Bunga Matahari yakni Lin Feifan, baru-baru ini pada wawancara khusus untuk acara TV Taiwan “Era Money”, sangat memuji strategi “Be Water” menjadi seperti air yang digunakan warga Hongkong dalam aksi protes anti ekstradisi.

Lin Feifan mengatakan, aksi anti ekstradisi kali ini sangat berbeda dengan Umbrella Movement tahun 2014 di Hongkong, atau aksi pelajar Gerakan Bunga Matahari di Taiwan, atau aksi unjuk rasa di jalanan lainnya, aksi di Hong Kong benar-benar menyebar dimana-mana. Para pengunjuk rasa melakukan kegiatannya lewat internet, dan tidak diorganisir.

Contohnya ada netizen mempublikasikan waktu dan lokasi kegiatan di internet, lalu puluhan ribu orang lainnya menanggapinya. 

Lalu setelah massa terkumpul, bisa langsung voting di tempat untuk memutuskan langkah berikutnya, model perlawanan yang tidak memiliki pusat kepemimpinan dan organisasi.

Namun membentuk suatu gerakan yang sangat disiplin dan rapi, mirip dengan perang gerilya, ini sangat jarang ditemui.

Air: Sebuah Kearifan Tiongkok Kuno

Warga Hongkong menggunakan kata-kata “jadilah seperti air”, yang berasal dari dialog dalam film Bruce Lee. 

Namun jika ditelusuri hingga ke akarnya, kata-kata ini sebenarnya merupakan kearifan Tiongkok kuno, kita dapat melihatnya dalam pemikiran aliran Tao.

Di dalam kitab “Dao De Jing” karya Lao Tze, terdapat kalimat seperti ini: “Di dunia ini tiada yang lebih lembut dari air, namun yang kuat tak mampu mengalahkannya, karena tak ada yang dapat melebihinya.”

Artinya adalah, di dunia ini tidak ada apa pun yang lebih lembut daripada air, tapi saat menghadapi musuh yang kuat, tidak ada yang lebih hebat daripada air, karena bagaimana pun dipukul, air tetap adalah air, tidak akan bisa diubah bentuknya.

“Taktik Perang Sun Tzu” Tiongkok, juga ada yang menggunakan kata “air” untuk mengibaratkan semangat strategis yang selalu menang perang.

“Nyata dan Semu” pada bab keenam dalam “Taktik Perang Sun Tzu” yang berbunyi :

Pola prajurit ibarat air, ketika air mengalir, selalu menghindari tempat yang tinggi dan mengalir ke tempat yang rendah, kunci meraih kemenangan adalah menghindari bagian yang kuat dari musuh, dan menyerang bagiannya yang lemah. Arah aliran air ditentukan berdasarkan kontur tanah, prajurit meraih kemenangan berdasarkan kondisi lawan. Cara mengerahkan pasukan tidak kaku dan bisa berubah, seperti air yang tidak memiliki wujud yang baku. Orang yang berdasarkan kondisi musuh, dapat menempuh strategi yang setimpal dan mengalahkannya, maka ia adalah dewa perang.

Komunis Tiongkok Terus Menggertak Warga Hongkong

Walaupun lawan yang dihadapi oleh para pemrotes Hongkong sangat hebat, yakni institusi represif yang besar yang menguasai pasukan militer dan polisi, serta rezim Komunis Tiongkok yang sangat kaya akan pengalaman konflik politik.

Tapi, strategi perlawanan “jadilah seperti air” warga Hongkong, dan posisi internasional Hongkong yang unik, serta arti pentingnya Hongkong dalam bidang ekonomi dan finansial bagi Tiongkok, membuat Komunis Tiongkok amat sangat kesulitan dalam mengatasi aksi protes anti ekstradisi ini.

Pada 7 Agustus, Kepala Kantor Hubungan Hongkong-Makau yakni Zhang Xiaoming bersama dengan Kepala Kantor Penghubung Pemerintahan Hongkong yakni Wang Zhiming, menggelar seminar di Shenzhen, Tiongkok. 

Saat itu dihadiri oleh lebih dari 500 orang termasuk juga perwakilan Hongkong untuk Kongres Nasional, anggota Konferensi Konsultatif Politik. 

Tak ketinggalan, para pemimpin dari kelompok dan asosiasi politik Hongkong yang menyebut dirinya patriotik dan cinta Hongkong. 

Kepala Kantor Hubungan Hongkong-Makau, Zhang Xiaoming mengatakan: Sejak 9 Juni sampai sekarang, gejolak amandemen regulasi Hongkong ini telah berlangsung selama 60 hari, dan semakin lama semakin parah, aksi anarkis semakin menjadi-jadi, imbasnya terhadap masyarakat pun kian lama kian luas, bisa dibilang Hongkong tengah menghadapi situasi yang paling parah semenjak dikembalikan pada Tiongkok. Oleh sebab itu, seminar pada hari itu sangat penting, sangat istimewa.”

Dalam seminar itu, Zhang Xiaoming menyebut peristiwa anti ekstradisi sarat akan ciri khas “Revolusi Berwarna/Oranye”. 

Ia mengatakan para petinggi Komunis Tiongkok tengah “mengamati dan mengatur strategi berskala tinggi secara menyeluruh”, sementara Wang Zhiming mendeskripsikan situasi di Hongkong ini sebagai “perang hidup dan mati”, telah sampai pada tahap “tidak bisa mundur lagi”.

Dalam konferensi tersebut ia mengemukakan sejumlah poin penting, yang dapat dirangkum sebagai berikut:

Pertama, mutlak tidak bisa mentolerir semua tindakan yang memprovokasi tatanan satu negara dua sistem; 

kedua, mendukung pemimpin eksekutif Hongkong, polisi dan militer, serta semua kekuatan cinta negara dan cinta Hongkong, berharap Hongkong dapat “menghentikan dan menekan kekerasan”; 

ketiga, harus melakukan pekerjaan pelajar muda Hongkong. Dan para pelajar merupakan pilar andalan dalam aksi anti ekstradisi ini.

Selain itu, Zhang Xiaoming juga tidak menepis kemungkinan pasukan yang menduduki Hongkong akan turun tangan. 

Kalangan luar umumnya menilai, seminar di Shenzhen kali ini tidak memiliki makna baru. kontennya sama saja dengan konferensi pers yang digelar Kantor Hubungan Hongkong Makau pada 29 Juli dan 6 Agustus lalu. 

Pemerintah Komunis tiongkok tidak akan semudah itu mengirim pasukan ke Hongkong. Namun dalam seminar tersebut Zhang Xiaoming berulang kali menegaskan, kekuatan “cinta negara dan cinta Hongkong” akan ikut ambil bagian untuk menghentikan dan menekan kekerasan. 

Langkah ini membuat anggota kongres faksi demokrasi Hongkong yakni Mao Mengjing sangat meragukan apakah yang dimaksud Zhang adalah dengan menggunakan kelompok mafia, atau dengan cara memprovokasi antar kelompok massa yang satu melawan kelompok massa yang lain untuk menekan warga Hongkong?

Bagaimana “Si Lemah Memenangkan si Kuat, si Lembut Memenangkan si Keras”

Warga Hongkong konsisten dengan strategi “jadilah seperti air” yang fleksibel, yang memperlihatkan pemikiran Tao zaman Tiongkok kuno. 

Tapi di dalam kitab “Dao De Jing” karya Lao Tze, terdapat dua kalimat lain, yang pertama berbunyi : 

“Orang yang mampu mengemban dan mengatasi persoalan negara yang paling tidak ingin dikerjakan oleh siapa pun, adalah yang pantas menjadi pemimpin komunitas; dan yang mampu mengharmoniskan perkara negara yang paling tidak menyenangkan, adalah yang pantas menjadi penguasa.”

Tidak sedikit komentator berpendapat, dalam menghadapi oposisi, Komunis Tiongkok  tidak pernah menyelesaikan konflik. 

Melainkan menggunakan tangan besi untuk meredamnya, menggunakan kebijakan teror untuk menakutinya. 

Dilihat dari sejarah Komunis Tiongkok, adalah sama sekali tidak akan mungkin bisa mewujudkan moral politik Lao Tze di atas.

Lao Tze juga menuliskan: Prinsip yang lemah mengalahkan yang kuat, yang lembut mengalahkan yang keras, semua orang tahu, tapi sering kali tidak bisa melakukannya.

Tapi kini, para pengunjuk rasa Hongkong menggunakan strategi perlawanan “jadilah seperti air”, justru tengah mewujudkan hal ini.

Ada orang mungkin akan mengatakan, mereka adalah pelaku anarkis, lihat saja slogan mereka, “Pulihkan Hongkong, Revolusi Zaman”, paruh pertama kalimat ini dipertanyakan oleh Kantor Hubungan Hongkong Makau, apa yang dipulihkan? Lalu paruh akhir kalimat itu dibesar-besarkan oleh Kepala Eksekutif Hongkong yakni Carrie Lam, dengan mengatakan “para perusuh” berniat melakukan revolusi.

Tetapi, di hari yang sama pada 7 Agustus, sejumlah pengacara pemerintah dalam surat terbukanya bagi pemerintah Hongkong, telah memberikan penjelasan yang rasional secara hukum terkait slogan ini.

Dikatakan bahwa: Memahami “zaman” pada situasi seperti ini, warga Hongkong tidak sulit memahami. 

Para pengunjuk rasa menuntut “pemulihan”, adalah Hongkong yang otonomi berskala tinggi, dan Hongkong yang bangga akan hukum dan kebebasannya. 

Yang ingin dicapai dengan “revolusi” oleh pengunjuk rasa adalah pemilu demokratis yang sesungguhnya untuk memilih kepala eksekutif dan legislatifnya. 

Semua ini adalah hal yang dijanjikan dan diperbolehkan dalam “undang-undang dasar”.

(SUD/whs/asr)