Beijing Kembali Melunak Pada AS, Makna Di Balik Perkataan Trump

Zhou Xiahui – Epochtimes.com

Media massa resmi Komunis Tiongkok seringkali membohongi rakyat Tiongkok, dengan mengatakan bahwa perang dagang merupakan tanggung jawab Amerika Serikat, bahwa ekonomi Tiongkok selalu baik, Komunis Tiongkok berkompeten dan tidak takut pada perang dagang Amerika Serikat. Namun saat Rapat Beidaihe yang baru berakhir di Beijing, Komunis Tiongkok justru melontarkan sinyal melunak pada Amerika Serikat.

Pada Selasa, 13 Agustus 2019 malam hari waktu Beijing, kantor berita Xinhua corong Komunis Tiongkok mempublikasikan sebuah berita singkat. Isinya mengatakan bahwa malam itu, Wakil Perdana Menteri Liu He yang merangkap sebagai pemimpin dialog ekonomi Tiongkok – Amerika Serikat telah berbicara via telepon dengan perwakilan dagang Amerika Serikat, Lighthizer dan juga Menteri Keuangan Amerika Serikat Mnuchin.

Terhadap tarif masuk bagi produk impor dari Tiongkok yang rencananya akan diberlakukan pada 1 September 20919 mendatang, pihak Tiongkok bernegosiasi secara ketat. Kedua pihak menyepakati akan kembali berdialog dalam waktu dua minggu mendatang.

Menteri Perdagangan Zhong Shan, Gubernur Bank Sentra Tiongkok  Yi Gang, Direktur Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Ning Jizhe dan lain-lain akan ikut serta dalam dialog. Seperti biasanya, Komunis Tiongkok  tidak menyebut isi dialog itu. Dialog itu secara konyol disebut dengan istilah “bernegosiasi secara ketat”, tujuannya adalah untuk terus mengindoktrinasi rakyat Tiongkok.

Menariknya adalah, tak lama setelah pembicaraan telepon itu, Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat mengumumkan bahwa produk impor dari Tiongkok senilai USD 300 milyar yang rencananya akan dikenakan tarif 10%, sebagian produk terkait akan dibebaskan dari tarif atau ditunda penambahan pajaknya. Produk itu termasuk laptop, iPhone, mainan, pakaian dan lain-lain.  Hal itu berdasarkan faktor kesehatan, keamanan, keamanan nasional dan faktor lainnya,

Pada hari yang sama, Presiden Trump saat diwawancarai di Bandara New Jersey sebelum boarding, mengungkapkan alasan Amerika Serikat menunda pemberlakuan tarif itu.

“Karena pihak Tiongkok telah melakukan dialog yang sangat efektif dan menurut saya mereka ingin melakukan yang mengejutkan. Tapi saya tidak yakin apakah mereka akan menunggu sampai Partai Demokrat masuk ke Gedung Putih baru akan bertindak. Semoga tidak akan begitu, jika tidak, perekonomian Tiongkok akan segera runtuh. Mereka benar-benar ingin mencapai kesepakatan,” kata Trump.

Dari informasi yang disampaikan Trump, lebih lanjut membuktikan bahwa “bernegosiasi secara ketat” hanya untuk membohongi rakyat Tiongkok. Kebiasaan Amerika Serikat yang selalu bersikap keras, jika benar-benar “bernegosiasi secara ketat”, pihak  Amerika pasti tidak akan membebaskan tarif masuk bagi sebagian produk itu.

Apalagi, yang terpojok ingin segera mencapai kesepakatan dalam perang dagang bukan Amerika Serikat, melainkan Komunis Tiongkok. Mudah dilihat dalam dialog itu, sepertinya Beijing kembali menjanjikan serangkaian tuntutan yang diajukan Amerika Serikat bahwa Komunis Tiongkok harus melakukan reformasi structural.

Reformasi itu, seperti melarang pemaksaan peralihan teknologi, memperkuat perlindungan hak intelektual, melarang intrusi internet dan pencurian cyber, membuka sistem keuangan, menjaga nilai tukar Reminbi, sepakat untuk membuat mekanisme pengawasan dan lain-lain, ditambah dengan menyetujui membeli produk pertanian Amerika Serikat dalam skala besar.

Gubernur Bank Sentral Yi Gang dan Direktur Komisi Pembangunan dan Reformasi Ning Jizhe yang turut serta dalam dialog itu sepertinya juga membenarkan hal itu, yakni pihak Tiongkok akan menjaga nilai tukar Reminbi sesuai tuntutan Amerika Serikat.

Untuk mengimbangi janji Beijing itu, begitu berita dialog itu  dikeluarkan, harga transaksi emas di pasaran langsung anjlok. Nilai tukar Reminbi melonjak dan bursa efek Amerika Serikat meroket, dan tak terlepas dari bayangan Komunis Tiongkok di baliknya.  

Tak diketahui persis melunaknya Beijing seperti itu apakah merupakan skema kompromi yang dicapai dalam Rapat Beidaihe yang dihadiri para petinggi Partai Komunis Tiongkok. Tetapi yang jelas bahwa Komunis Tiongkok sangat tidak ingin warga Tiongkok melihatnya melunak seperti itu.

Itu karena sikap plin plan Komunis Tiongkok dan karakternya yang keras di luar tapi lembek di dalam telah terlihat jelas oleh orang-orang di Tiongkok yang berkepala dingin. Kali ini dari yang awalnya keras memprotes hingga “takluk” kembali. Komunis Tiongkok takut akan “membangunkan” sejumlah warga Tiongkok. Lalu, mengapa Komunis Tiongkok kali ini kembali melunak pada Amerika Serikat?

Kata-kata Trump yang lugas bisa dikatakan tepat sasaran.

“Saya pikir mereka ingin melakukan sesuatu yang menjadi perhatian. Maksud saya, Komunis Tiongkok benar-benar ingin melakukan sesuatu, seperti Anda ketahui, mereka mengalami masalah di Hongkong, mereka sangat ingin melakukan sesuatu,” kata Trump.

Memang, gerakan “anti ekstradisi” Hongkong yang membara selama dua bulan terakhir ini telah membuat pihak Komunis Tiongkok pusing tujuh keliling.

Di satu sisi  Tiongkok tak berniat memperhatikan aspirasi rakyat, tidak mau memenuhi tuntutan warga Hongkong, melainkan mengerahkan kekuatan polisi untuk menindas.

Pada hari Minggu, 11 Agustus 2019 lalu, terjadi insiden seorang perawat wanita yang ikut unjuk rasa ditembak dari jarak dekat oleh polisi. Akibatnya   mata kanan wanita itu mengalami kebutaan.

Instruksi terbaru dari Xi Jinping yang menyatakan, “Jangan menggunakan pasukan militer, pakai hukuman berat untuk redam situasi, jangan sedikit pun mengalah,” semakin memperuncing konflik antara warga Hongkong dengan pemerintah Hongkong dan penguasa Komunis Tiongkok.

Di sisi lain, karena takut sanksi Amerika dan Eropa, Komunis Tiongkok  tidak berani gegabah mengeluarkan pasukan untuk menekan demonstran, terutama karena perang dagang kini menyangkut pula masalah Hongkong. Mungkin karena alasan itu, Beijing memutuskan melunak pada Amerika, dan berharap Amerika tidak turut campur soal Hongkong.

Dengan kata lain, Komunis Tiongkok yang telah berulang kali ingkar janji pada Amerika, tengah berupaya memberi janji baru untuk digantikan dengan mengalahnya Amerika pada masalah tarif masuk. Khususnya agar Amerika berdiam diri terhadap masalah di Hongkong.

Soalnya begitu Amerika memutuskan untuk meninjau ulang kebijakan “US-Hongkong Policy Act”, dengan membatalkan perlakuan wilayah otonomi khusus Hongkong, maka Komunis Tiongkok akan mengalami pukulan telak di bidang financial. Itu bukanlah hal yang mampu ditanggung oleh Komunis Tiongkok. Masalahnya adalah, apakah harapan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Yang Jiechi dan Komunis Tiongkok itu dapat terpenuhi?

Pertama, dalam masalah Hongkong, Trump mengatakan, pasukan militer Komunis Tiongkok yang dikonsentrasikan di perbatasan Hongkong adalah suatu kondisi yang sangat rumit. Situasi Hongkong sangat genting.

“Saya berharap warga Hongkong dapat meraih kebebasan, semua pihak dapat menemukan cara penyelesaian, termasuk Tiongkok,” kata Trump.

Lalu di Twitter Trump juga menulis: “Badan intelijen kami mengatakan,   Tiongkok sedang mengerahkan pasukan di perbatasan Hongkong. Semua orang harus tenang dan terjamin keamanannya!”

Makna lain dari perkataan Trump itu mungkin adalah Amerika sedang mengawasi gerak gerik Komunis Tiongkok, khususnya apakah Beijing akan menggerakkan pasukan militer, apakah kebebasan warga Hongkong terjamin, sinyal peringatan cukup sarat di baliknya.

Sedangkan bila terjadi situasi gawat, bagaimana Amerika akan bertindak, Trump tidak menjelaskannya. Akan tetapi apakah akan melindungi kebebasan warga Hongkong, sejumlah politisi Hongkong telah melontarkan sinyal. Apakah Trump yang selalu mengkritik sosialisme dan komunisme itu akan membuat pilihan yang lain?

Meskipun ada konflik sengit di balik aksi lobi oleh Yang Jiechi di Washington, tapi hasilnya tidak akan berbeda.

Kedua, kembali melunaknya Komunis Tiongkok, tidak membuat Trump yang telah sangat memahami sifat Komunis Tiongkok kelewat girang.

Kepada wartawan, Trump mengatakan, “Komunis Tiongkok dulunya juga berkali-kali mengatakan hal yang sama, yakni mereka berencana membeli produk pertanian Amerika. Tapi sampai saat ini, fakta telah membuat saya kecewa pada mereka. Mereka tidak jujur, atau bisa dikatakan, mereka telah menunda keputusan membeli itu.”

Ada makna lain di balik perkataan Trump, yakni ia tidak percaya pada janji baru Komunis Tiongkok. Bagi Trump itu hanya trik Komunis Tiongkok untuk mengulur-ulur waktu dan menyelesaikan masalah Hongkong saja.

SUD/whs