Panen Organ di Tiongkok yang Sulit Dipercaya, Kerabat Korban : “Kornea Mata Saudara Saya Diambil Paksa”

Epochtimes.com

Beberapa waktu lalu, Pengadilan independen di London memutuskan bahwa pembunuhan tahanan oleh komunis Tiongkok untuk mendapatkan organ masih berlangsung hingga kini. 

Yu Luowen seorang warga Tiongkok Yu Luowen, yang sekarang tinggal di Amerika Serikat mengatakan Kepada the Epoch Times terkait saudaranya Yu Luoke, seorang penulis yang dieksekusi oleh komunis Tiongkok selama Revolusi Kebudayaan.

Menurut Yu Luowen, Komunis Tiongkok selalu bertindak kejam selama beberapa dekade. Kornea saudaranya diangkat dan ditransplantasikan kepada orang lain ketika itu.

Pengadilan independen di London ini disebut “Tribunal / pengadilan Tiongkok.” Sir Geoffrey Nice, selaku ketua dari tribunal tempat mengadili suatu perkara, yang pernah bekerja di tribunal kejahatan internasional untuk negara bekas Yugoslavia (1998 dan 2006).

Ia juga pernah memimpin penuntutan mantan presiden Serbia, Slobodan Milosevic, menuntut Milosevic atas dakwaan melakukan genosida, penyiksaan dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Putusan yang dikeluarkan oleh “pengadilan Tiongkok” pada 17 Juni 2019 lalu mengatakan bahwa praktisi Falun Gong yang dipenjara “mungkin menjadi sumber utama” organ yang diambil secara paksa oleh komunis Tiongkok.

Putusan itu mengungkap kejahatan pembunuhan oleh komunis Tiongkok demi organ dan dibeberkan di depan tokoh arus utama di Barat. 

Kyle Bass, pendiri perusahaan manajemen aset Hayman Capital Management berkomentar soal itu.

“Saya merasa jijik membaca berita ini, dan sudah saatnya memutuskan sepenuhnya hubungan dengan gerombolan jahat yang mengendaliklan komunis Tiongkok,” katanya.

Dalam sepekan terakhir, Bass menuduh Huawei mencuri teknologi Amerika dan mengutuk komunis Tiongkok sebagai “algojo genosida.” Dia juga memuji tindakan jutaan warga Hong Kong yang menentang undang-undang ekstradisi.

Putusan “Tribunal Tiongkok” mengatakan bahwa komunis Tiongkok memenjarakan, menyiksa dan mengeksekusi praktisi Falun Gong dan anggota kelompok agama untuk diambil organnya guna kebutuhan transplantasi. Kasus pengambilan organ paksa telah dimulai setidaknya 20 tahun yang lalu dan berlanjut hingga detik ini.

Mantan Anggota Parlemen, dan mantan Menteri Kabinet Kanada David Kilgour dan David Matas, pengacara hak asasi manusia internasional telah menerbitkan laporan berjudul ‘Bloody Harvest / The Slaughter : An Update’ yang mencakup 10 tahun investigasi transplantasi organ yang dimulai sejak tahun 2006. 

Namun, banyak orang yang tidak berani percaya pembunuhan kejam yang dilakukan komunis Tiongkok itu demi mengambil organ para tahanan terutama praktisi Falun Gong. 

Akan tetapi, berdasarkan penuturan Yu Luowen kepada the Epoch Times pada 23 Juni lalu, ia tidak meragukan sedikit pun perilaku jahat komunis Tiongkok setelah mengalami serangkaian peristiwa yang dialaminya.

“Anda harus tahu bahwa dalam pemikiran komunis Tiongkok, mereka dapat melakukan apa pun diluar nalar manusia normal, mereka itu tidak memiliki garis bawah/pembatas,” kata Yu Luowen.

Pada 13 Februari 1966, Yu Luoke, saudara laki-laki Yu Luowen, menerbitkan sebuah artikel berjudul “It Is Time to Struggle against Mechanical Materialism” di Wenhuibao, sebuah surat kabar harian utama Tiongkok di Shanghai.

Yu Luoke menentang kritik Yao Wenyuan terhadap drama sejarah baru “Hai Rui Dismissed from office.” Setelah pecahnya Revolusi Kebudayaan, pada paruh kedua tahun 1966, Yu Luoke menulis sebuah artikel yang terkenal “Family Background Theory.” Artikel itu mengkritik teori garis keturunan komunis Tiongkok.

Pada 5 Januari 1968, Yu Luoke ditangkap dan ditahan atas dakwaan kejahatan “mengorganisir kelompok kecil kontra-revolusioner”. Pada 5 Maret 1970, Yu Luoke dijatuhi hukuman mati di Stadion Buruh, Distrik Chaoyang, timur laut Beijing dan segera dieksekusi, saat itu usianya 27 tahun.

Yu Luowen, adiknya mengatakan kepada the Epoch Times, setelah kakaknya dieksekusi, kornea matanya diangkat dan dipindahkan ke seseorang yang disebut sebagai “Model worker atau pekerja teladan.

“Setelah saudara saya direhabilitasi, seorang dokter pernah menemui saudara perempuan saya dan mengatakan bahwa kornea saudara laki-laki saya telah diambil pada saat itu, sementara organ-organ lain tidak diketahui,” jelas Yu Luowen. 

Dokter itu seorang dokter spesialis mata.Menurutnya kornea mata Yu Luoke telah diberikan kepada seseorang, yang disebut sebagai pekerja teladan pada waktu itu. Pada saat itu, generasi kedua dari pejabat elite komunis Tiongkok tidak memiliki kuasa atau wewenang sekuat sekarang. Pekerja teladan dan individu  saat itu adalah orang-orang yang paling berkuasa. Ketika Revolusi Kebudayaan, hal semacam itu sudah biasa terjadi. 

Menurut Yu Luowen, organ diambil setelah dieksekusi. Seseorang yang telah dipilih organnya lalu dieksekusi. Tingkat kejahatannya berbeda.

“Sekarang, demi organ, seseorang didakwa atas kejahatan yang tidak dilakukan, dengan kata lain sengaja membunuh seseorang untuk diambil organnya. Para praktisi Falun Gong ini tidak melakukan kejahatan sama sekali, tetapi demi mendapatkan organ, mereka disiksa hingga tewas,” kata Yu Luowen.

Demi mengambil organ dan membunuh seseorang bukan baru dimulai saat ini, tetapi telah dilakukan komunis Tiongkok sejak Revolusi Kebudayaan pada 1966 -1976.

Pada April 1978, seorang komandan batalion memberi tahu dia bahwa putra seorang wakil komandan wilayah militer memerlukan transplantasi ginjal.

“Dari mana asal ginjal, tak perlu bertanya lagi, mereka seharusnya juga tahu bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan organ hanya dari tahanan yang dihukum mati,” kata Wakil komandan batalion.

Menurut teori medis, fungsi ginjal wanita lebih baik daripada ginjal pria, terutama ginjal wanita muda. 

“Untuk memastikan keberhasilan operasi, sebaiknya pilih tahanan wanita muda sepertinya di penjara pertama provinsi kalian ada satu tahanan wanita. Orang yang dipilih ini adalah Zhong Haiyuan,” tambah Wakil komandan batalion itu.

Pada 30 April 1977, Zhong Haiyuan dieksekusi. Sebelum eksekusi, dokter militer memberikan tiga suntikan untuk menjaga ginjal tetap dalam keadaan segar. Ketika dieksekusi, sengaja tidak menembak di bagian vital, agar jantung tetap berdetak untuk sementara waktu.

Menurut Yu Luowen, hal semacam itu telah ada semasa Revolusi Kebudayaan. Setelah bertahun-tahun “mengasah”, bagaimana mungkin komunis Tiongkok tidak melakukan hal yang lebih brutal ? 

Sejak  awal berita tentang pengambilan organ, Yu Luowen yakin bahwa berita itu nyata, dan menurutnya kejahatan seperti itu akan terus berkembang.

Sementara itu pengadilan Tiongkok mengatakan bahwa waktu tunggu transplantasi di rumah sakit Tiongkok sangat singkat. Seringkali hanya dalam satu atau dua minggu sudah tersedia organ segar.

Begitu banyak organ yang dibutuhkan, dan waktunya sangat singkat, itu sudah sangat mencurigakan.

“Menurut hukum normal internasional, dan berdasarkan proporsi populasi, tidak mungkin bisa dilakukan dengan begitu cepat. Pasokan organ yang begitu banyak mampu disediakan dalam waktu singkat, jadi saya merasa sangat mencurigakan, dan jelas tidak ada diragukan lagi komunis Tiongkok sedang melakukan pengambilan organ hidup,” kata Yu Luowen.

Dari 19 Oktober hingga 2 Desember 2018, tim investigasi internasional memperoleh 17  bukti yang direkam dalam penyelidkan via telepon terhadap kepala, direktur, dokter dan orang-orang yang bertanggung jawab lainnya dari 12 rumah sakit besar. Rumah sakit itu ada  di 11 provinsi dan kota termasuk Beijing, Tianjin dan Shanghai yang diduga mengambil organ praktisi Falun Gong.  

Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa komunis Tiongkok masih mengambil organ dari praktisi Falun Gong untuk transplantasi.

Yu Luowen menilai, kejahatan pengambilan organ tidak akan berhenti sebelum komunis Tiongkok binasa, dan justeru akan semakin merajalela.

“Saya rasa dunia harus bersuara dan melarang praktik semacam itu. Kita harus membiarkan seluruh dunia mengerti bahwa komunis Tiongkok melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan yang tak termaafkan,” ujarnya. (jhon)