Perang Dagang Terus Berlarut-Larut, Lanskap Rantai Pasokan Global Berubah

Fan Yu – The Epochtimes

Hingga hari ini, konflik perdagangan masih berlangsung. Akibatnya pergeseran rantai pasokan kini sedang berlangsung. 

Banyak perusahaan multinasional berencana untuk memindahkan kapabilitas manufaktur yang sudah berbasis di Tiongkok ke luar dari Tiongkok. Sejumlah perusahaan sedang mengevaluasi jejak dan strategi mereka di Tiongkok secara keseluruhan.

Dengan beberapa tindakan, Amerika Serikat telah memenangkan perang dagang. 

Presiden Donald Trump telah berhasil meyakinkan perusahaan-perusahaan untuk menilai kembali strategi mereka di Tiongkok. Langkah ini dilakukan baik secara paksa melalui kenaikan tarif. Langkah lainnya dengan mendorong Beijing agar membatasi niatnya dan melecehkan perusahaan asing.

Apa pun itu, paradigma yang ada dan keseluruhan wacana berbisnis di Tiongkok telah ditantang.

Dari sudut pandang ini, sulit untuk melihat perang dagang akan berakhir dalam waktu dekat. Bahkan ketika kedua negara telah berbicara di KTT G-20. 

Retorika Beijing yang telah mengeras baru-baru ini, menggambarkan kondisinya dengan syarat tegas sehingga perunding Amerika Serikat seperti Menteri Perdagangan Wilbur Ross tidak akan menerima.

Di pihak Amerika Serikat, perang dagang diam-diam mendapatkan dukungan bipartisan. 

Ketergantungan Beijing pada kekalahan Donald Trump dalam pemilihan tahun 2020 dan potensi kompromi di masa depan menjadi lebih lemah. Bahkan jika Donald Trump kalah, tidak ada kepastian bahwa presiden Demokrat akan membiarkan Beijing lolos dengan mudah.

Dan dukungan di antara sekutu terbesar Tiongkok sejauh ini — komunitas bisnis Amerika Serikat  — juga tampak goyah.

Sebuah surat tanggal 13 Juni dari lebih dari ratusan perusahaan dan organisasi, mendesak Donald Trump untuk menyelesaikan perang dagang, tampak tangguh di permukaan. 

Setelah diteliti lebih dekat, dengan pengecualian beberapa peritel besar, sebagian besar perusahaan dan organisasi yang menandatangani adalah bisnis kecil dan kelompok dagang yang memiliki pengaruh yang sangat kecil.

Sebagian besar perusahaan Amerika Serikat terbesar tidak menandatangani surat tersebut. Baik Kamar Dagang Amerika Serikat, maupun Asosiasi Produsen Nasional juga tidak menandatangani surat tersebut. Efek lobi Beijing di Washington tampaknya memudar.

“Decoupling,” seperti yang disebut oleh beberapa pakar, tren memindahkan bagian-bagian dari rantai nilai keluar dari Tiongkok, sedang berjalan secara sungguh-sungguh.

Tidak semuanya terjadi dikarenakan oleh tarif. Perang dagang telah memicu percakapan di dalam ruang dewan perusahaan mengenai  risiko bisnis secara keseluruhan dan diversifikasi rantai nilai perusahaan. 

Upah dan tunjangan di Tiongkok meningkat. Lingkungan bisnis dan hukum di Tiongkok, terutama terhadap perusahaan asing, adalah sangat sulit.

Para pakar dan akademisi mudah meremehkan tren makro. Untuk beberapa produk, Tiongkok memiliki basis manufaktur yang paling terampil dan efisien. Namun, diversifikasi manufaktur adalah keputusan strategis jangka panjang yang tepat. 

Tetapi dalam jangka pendek, pengalihan produksi akan membutuhkan investasi, pelatihan, dan perubahan logistik yang sulit. Dan, itu akan membutuhkan waktu dan uang.

Apple bertanya dengan para pemasok utama untuk mengevaluasi pemindahan 15 hingga 30 persen dari kapasitas produksinya ke Asia Tenggara dari Tiongkok, seperti dilaporkan Nikkei Asian Review pada tanggal 19 Juni. 

“Banyak sumber mengatakan bahwa bahkan jika perseteruan (perang dagang) diselesaikan, akan tidak ada jalan untuk kembali,” kata Nikkei Amerika Serikat  .

Juga disarankan bahwa potensi pergeseran sedang dipertimbangkan oleh Apple. Bahkan sebelum perang dagang berlarut-larut karena meningkatnya biaya tenaga kerja, angka kelahiran yang rendah, dan risiko konsentrasi terlalu bergantung pada satu negara untuk produksi.

Perusahaan induk Google, Alphabet juga memindahkan beberapa produksi perangkat termostat nest dan perangkat keras lainnya ke Taiwan dan Malaysia dari Tiongkok. Bloomberg News melaporkan awal bulan ini, mengutip orang-orang yang akrab dengan pemikiran Google. 

Langkah ini mengikuti pergeseran produksi perangkat keras motherboard sebelumnya ke Taiwan dari Tiongkok untuk menghindari tarif 25 persen Amerika Serikat.

Perusahaan furnitur dan perabot mewah, Restoration Hardware mengumumkan bahwa mereka “memindahkan produksi tertentu dan pengembangan produk baru keluar dari Tiongkok, ditambah mengeksplorasi kemitraan baru dan memperluas fasilitas manufaktur sendiri di Amerika Serikat,” kata perusahaan itu pada rilis pendapatan tahun 2019 kuartal pertama. 

Selain itu, perusahaan telah secara selektif menaikkan harga untuk mengurangi dampak laba dari tarif yang sedang berlangsung.

The Wall Street Journal melaporkan tanggal 12 Juni bahwa Nintendo juga mengubah rantai pasokan globalnya dengan memindahkan beberapa produksi versi baru dari konsol game Switch-nya yang populer ke Asia Tenggara dari Tiongkok.

Meskipun dikenakan tarif, Beijing juga telah menunjukkan tanda-tanda bias terhadap perusahaan asing. 

Awal bulan lalu, Beijing mendenda perusahaan joint venture atau patungan Ford dengan Tiongkok — Chang Ford Automobile Co. — sebesar 162,8 juta yuan atau 23 juta dolar AS karena diduga membatasi harga penjualan eceran sejak tahun 2013.

Lotte, konglomerat Korea Selatan, menarik rantai ritel Lotte Mart dari Tiongkok setelah bertahun-tahun. 

Perusahaan ini kini mengalihkan investasinya ke negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Indonesia, menurut laporan Financial Times tanggal 20 Juni.

“Dari perusahaan-perusahaan yang sangat optimis terhadap Tiongkok tiga atau empat tahun lalu, kini lebih dari separuh  perusahaan tersebut berbicara mengenai mengurangi paparan mereka, baik sebagai pasar dan basis manufaktur,” kata Peter Kim, ahli strategi investasi di Mirae Asset Daewoo, kepada Financial Times.

Lotte adalah salah satu dari beberapa perusahaan multinasional Korea Selatan yang mengurangi jejak mereka dalam ekonomi nomor dua di dunia. 

Untuk perusahaan-perusahaan ini, lingkungan bisnis, bukanlah masalah tarif, yang mendorong keputusan. 

Samsung Electronics, misalnya, memutuskan bulan ini untuk memangkas produksi dan mengurangi jumlah karyawannya di satu-satunya pabrik perakitan telepon pintar di Tiongkok. Ini dilakukan karena biaya tinggi dan penjualan di Tiongkok yang melambat. Samsung melakukannya dalam menghadapi persaingan yang ketat dari pesaing domestik yang harganya lebih murah.


Lalu apa konsekuensi dari perusahaan yang memindahkan produksinya dari Tiongkok? 

Yang pasti, hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan sebagian besar margin keuntungan yang ada dengan menghindari tarif Amerika Serikat. Sisi lain dari tren itu adalah meningkatnya tekanan pada situasi pekerjaan di Tiongkok.

Musim panas lalu, Politbiro Partai Komunis Tiongkok, yang beranggotakan 25 elit Partai Komunis Tiongkok, menetapkan tujuan “enam stabilitas” untuk negara itu. Bukanlah suatu kebetulan, “stabilitas” teratas yang disebutkan oleh Beijing adalah ketenagakerjaan.

Tujuan itu akan gagal jika perang dagang berlarut-larut. Ekonom Amerika Serikat, Xia Yeliang kepada Epoch Times mengatakan sebanyak 14 juta pekerjaan di Tiongkok dapat berada dalam bahaya: “Jika kenaikan tarif Amerika Serikat terbaru memengaruhi 2 persen pertumbuhan Produk Domenstik Bruto, itu berarti bahwa banyak warga Tiongkok  yang menganggur.”

Xia Yeliang mengatakan di masa lalu, ada perhitungan bahwa setiap kenaikan persentase Produk Domenstik Bruto akan membawa 7 juta pekerjaan. Jika 2 poin persentase, berarti 14 juta pekerjaan. Pada gilirannya, jika anda kehilangan 2 poin persentase, itu berarti bahwa jumlah orang yang menganggur di Tiongkok akan meningkat sebesar 14 juta pekerjaam.

Kesimpulan serupa dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan bottom-up. 

Apple secara langsung mendukung 5 juta pekerjaan di Tiongkok. Secara keseluruhan, pergeseran rantai pasokan global dapat menelan biaya jutaan pekerjaan di Tiongkok dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu, retorika garis keras Komunis Tiongkok baru-baru ini – jika dilihat dalam konteks – tidak lebih dari ancaman kosong.