Senator AS Surati Microsoft Soal Ancaman Nyata dan Mendesak dari Huawei

The Epochtimes

Lima senator AS menulis surat kepada Microsoft pada 7 Oktober lalu. Isinya tentang ancaman “nyata dan mendesak” yang disebabkan oleh Huawei.

Surat itu dalam menanggapi Presiden Microsoft Brad Smith, juga kepada Kepala hukum pengembangan perangkat lunak AS. Yang mana dalam wawancara dengan Bloomberg Businessweek mengatakan, bahwa regulator Amerika Serikat harus memberikan lebih banyak bukti untuk mendukung alasan memasukkan Huawei dalam daftar hitam. 

Pada bulan Mei lalu, Departemen Perdagangan AS menempatkan Huawei dan 68 anak perusahaan dalam “daftar entitas” dengan alasan keamanan nasional. Maka secara efektif melarangnya melakukan bisnis dengan perusahaan-perusahaan AS. Kecuali jika berlaku untuk lisensi khusus. Sejak saat itu, otoritas AS memasukkan lebih banyak anak perusahaan Huawei dalam daftar.

Presiden Microsoft Brad Smith mengatakan kepada Bloomberg, ketika memberitahukan kepada perusahaan teknologi bahwa mereka dapat menjual produk, tetapi tidak membeli sistem operasi atau chip, Brad Smith menuturkan sama saja seperti sebuah perusahaan hotel. Yang mana, mereka dapat membuka pintunya, tetapi tidak meletakkan tempat tidur di kamar hotelnya atau makanan di restorannya. 

Para senator AS  yang mengirim surat tersebut adalah Senator Tom Cotton, Marco Rubio, Rick Scott, Mike Braun dan Josh Hawley, dicontohkan terdaftar spionase siber dan pencurian teknologi Huawei.

Surat itu berbunyi, para Senator AS menyatakan menghargai komunikasi Microsoft dengan kantor senator dan pemahaman Microsoft tentang ancaman yang ditimbulkan oleh Huawei. Mereka juga menyampaikan, memahami bahwa banyak perusahaan Amerika yang melakukan bisnis atas itikad baik dengan Huawei dan perusahaan telekomunikasi Tiongkok lainnya.

Para Senator AS tersebut kemudian menyampaikan, mereka percaya bahwa tinjauan terhadap bukti yang tersedia untuk umum, menunjukkan bahwa masalah keamanan tentang Huawei adalah nyata dan mendesak.

Para senator AS juga mengutip pernyataan Menteri Pertahanan AS Mark Esper. Ia memperingatkan sekutu Eropa terhadap ancaman keamanan Komunis Tiongkok. Pernyataan itu disampaikannya dalam pidato pada September lalu.

Ketika itu, Esper menyatakan, Huawei adalah sarana yang digunakan Tiongkok untuk masuk ke dalam jaringan dan sistem AS. Esper juga mengungkapkan, Huawei  berupaya mengekstraksi informasi atau merusaknya, atau merusak apa yang AS coba lakukan.

Senator Cotton dalam cuitannya pada 7 Oktober menyebutkan, “Huawei merupakan ancaman besar bagi keamanan nasional AS.” 

Kekhawatiran Tentang Huawei

Huawei adalah pelanggan utama Microsoft. Perusahaan itu menggunakan perangkat lunak Microsoft untuk perangkatnya.

Pejabat dan pakar AS sebelumnya telah membunyikan alarm atas perusahaan itu. Sejumlah pakar mengatakan produknya dapat digunakan oleh rezim komunis Tiongkok untuk memata-matai atau untuk mengganggu jaringan komunikasi.  Dikarenakan, hubungannya yang dekat dengan militer Komunis Tiongkok. 

Sejumlah kritikus juga mengemukakan bahwa Undang-Undang Tiongkok memaksa perusahaan di negara itu, untuk bekerja sama dengan badan intelijen ketika ditanyai.

Meskipun Huawei mengklaim tidak memiliki hubungan dengan rezim Komunis Tiongkok, pendiri perusahaan yang bernama Ren Zhengfei, adalah seorang perwira di Kementerian Keamanan Tiongkok. Lembaga itu adalah agen spionase terkemuka di Tiongkok. 

Sun Yafang, yang menjabat sebagai CEO Huawei dari tahun 1998 hingga 2018, juga bekerja untuk agensi yang sama.

Melansir dari The epochtimes, sebuah studi pada Juli oleh Christopher Balding, seorang profesor di Universitas Fulbright Vietnam, menganalisis riwayat hidup ribuan karyawan Huawei yang bocor ke publik. Isinya menemukan bahwa sekitar 100 anggota staf memiliki hubungan dengan militer Komunis Tiongkok atau badan-badan intelijen.

Surat senator AS mengingatkan, bahwa komunis Tiongkok memiliki ruang kantor dan pengingat di dalam markas besar Huawei di Shenzhen. 

Menurut sebuah biografi yang diterbitkan oleh publikasi pemerintah yang dikelola Universitas Sains dan Teknologi Huazhong, militer Komunis Tiongkok adalah pelanggan utama Huawei selama tahun 1990-an.

China Development Bank, sebuah lembaga keuangan di bawah Dewan Negara yang mirip kabinet, telah “bekerja sama erat dengan Huawei sejak 1998 silam. Keduanya menandatangani perjanjian kerja sama dengan Huawei pada 2009 dengan mengucurkan pinjaman bunga rendah sebesar 30 miliar dolar AS. Laporan itu menurut sebuah laporan Tahun 2009 dalam media pemerintah Komunis Tiongkok,  Xinhua.

Pencurian Perdagangan dan Spionase

Perusahaan Tiongkok saat ini didakwa dalam dua kasus di AS. Perusahaan itu dituduh melakukan penipuan bank dan melanggar sanksi AS terhadap Iran.  Perusahan itu diduga melakukan kesalahan representasi kepada bank-bank yang berbasis di AS, yang mana hubungannya dengan anak perusahaan yang melakukan bisnis di negara tersebut. 

Dalam dakwaan terpisah, Huawei didakwa mencuri rahasia dagang dari operator seluler AS T-mobile. Kasus itu berkaitan dengan robot pengujian ponsel.

Jaksa federal juga dilaporkan, menyelidiki perusahaan Tiongkok tersebut atas kasus-kasus lain yang diduga terlibat pencurian kekayaan intelektual.

Pada Januari lalu, otoritas Polandia menangkap seorang direktur penjualan Huawei yang sebelumnya bekerja di konsulat Tiongkok di ibukota Polandia. Penangkapan atas tuduhan mata-mata. Huawei kemudian menyatakan, memecat karyawan tersebut tiga hari kemudian.

Pada bulan Juni lalu, penelitian dari perusahaan cybersecurity Finite State juga menemukan, perangkat Huawei jauh lebih rentan daripada para peretas untuk melakukan praktek peretasan. 

Pengujian menunjukkan, lebih dari 55 persen dari 550 perangkat Huawei yang diuji memiliki setidaknya satu backdoor atau pintu belakang bepotensial. Tujuannya, bisa menjadi pintu gerbang untuk serangan berbahaya. Pada 25 September, Senat AS mengeluarkan Resolusi 331 yang membuat Huawei masuk dalam daftar entitas.

Sebelumnya pada bulan yang sama, Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa Huawei dalam perhatian besar militer dan badan intelijen AS. Trump menegaskan kembali, bahwa AS “tidak melakukan bisnis dengan Huawei.” (asr)

FOTO : Logo Huawei Technologies Co. Ltd. terlihat di luar markasnya di Shenzhen, Tiongkok, pada 17 April 2012. (Reuters // Tyrone Siu / File Photo)