Sejumlah Besar Kendaraan Militer Tiongkok Bersiaga di Hong Kong Usai Dirilisnya Larangan Bermasker

Li Yun -NTDTV

Setelah pemerintah Hongkong meluncurkan larangan bermasker pada 4 Oktober 2019, para pengunjuk rasa melancarkan demonstrasi di 18 distrik di seluruh Hongkong. Memasuki tengah malam, suasana di tempat terjadi demonstrasi semakin memanas. Banyak pemrotes menduduki jalan-jalan dan menempatkan penghalang jalan. Pada saat yang sama, sejumlah besar kendaraan militer Tiongkok sarat dengan personil militer disiagakan di beberapa daerah pusat kota.

Berikut berita selengkapnya. 

Berita di Radio Free Asia dan media sosial Hongkong menyebutkan bahwa pada 4 Oktober 2019 sekitar pukul 15:00, Carrie Lam mengumumkan, setelah pemerintah Hongkong menerapkan larangan bermasker, sejumlah jalan di Hongkong menjadi macet. Ada truk-truk bermuatan pasukan dari Tiongkok berpatroli di Hong Kong dan Kowloon.

Menurut foto yang diambil oleh warga Hongkong, sejumlah kendaraan militer melintas melalui Terowongan Aberdeen.

Sebelum parade militer di Lapangan Tiananmen pada 1 Oktober 2019 lalu, ada orang yang mengaku sebagai petugas bea cukai mengungkapkan melalui platform sosial online di Hongkong bahwa ada 9 truk militer berwarna hijau mengangkut pasokan militer ke Hongkong pada 29 September 2019 lalu. 

Dari daftar kargo yang dibuat menunjukkan bahwa truk militer yang sama telah memasuki Hongkong sejak bulan Agustus 2019.

Masyarakat luar menduga bahwa komunis Tiongkok telah secara diam-diam mengirim sejumlah besar persenjataan dan personel untuk mempersiapkan penindasan terhadap demonstran Hongkong.

Pada 30 September 2019, Reuters mengutip informasi dari sejumlah sumber yang berkecimpung dalam komunitas diplomatik melaporkan bahwa jumlah pasukan komunis Tiongkok yang saat ini ditempatkan di Hongkong telah berlipat ganda sejak akhir bulan Agustus 2019 lalu.

Sementara itu, media resmi komunis Tiongkok pada 29 Agustus 2019 mengumumkan bahwa pasukan laut, darat, dan udara yang baru dikerahkan telah memasuki Hongkong. Pasukan itu, di antaranya termasuk kendaraan pengangkut personel, kendaraan lapis baja dan kapal patroli milik garnisun Hongkong.

Pejabat komunis Tiongkok mengatakan bahwa itu adalah kegiatan rotasi rutin terhadap pasukan yang ditempatkan di Hongkong, dan waktunya hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Banyak media mengatakan bahwa militer Tiongkok yang ditempatkan di Hongkong pada akhir bulan Agustus 2019 itu bukan melakukan rotasi rutin, tetapi cenderung pada penambahan kekuatan.

Tujuh orang diplomat mengatakan kepada Reuters bahwa baik pada hari-hari sebelum maupun sesudah yang dikatakan rotasi pasukan, mereka tidak menemukan ada pasukan yang ditarik pulang ke daratan Tiongkok. 

Tiga orang dari mereka mengatakan bahwa sejak terjadi unjuk rasa di Hongkong, jumlah pasukan yang ditempatkan di Hongkong meningkat lebih dari dua kali lipat.

Mereka memperkirakan, jumlah pasukan Tiongkok yang ditempatkan di Hongkong telah meningkat dari antara 3.000 hingga 5.000 personil menjadi antara 10.000 hingga 12.000 personil. Menurut lima orang diplomat, pasukan yang baru didatangkan itu termasuk polisi bersenjata Tiongkok.

Pada 23 September 2019, media Amerika Serikat merilis foto yang diambil dari satelit, menunjukkan setidaknya 500 kendaraan militer dan 100.000 personil polisi bersenjata sedang berkumpul di Stadion Musim Semi Teluk Shenzhen. Fasilitas di dalam stadion itu dibongkar guna menampung lebih banyak kendaraan militer.

Pada 1 Oktober 2019, media Amerika Serikat lainnya mendapatkan gambar foto setidaknya puluhan kendaraan militer yang diparkir di luar stadion.

Dalam sebuah laporan Bloomberg pada bulan Agustus 2019 yang mengutip ucapan pejabat Amerika Serikat mengungkapkan bahwa militer Tiongkok sudah ditempatkan di perbatasan Hongkong. Gedung Putih menaruh perhatian tinggi karena khawatir dengan adanya peristiwa  penindasan terhadap warga Hongkong yang sedang melakukan unjuk rasa.

Pada saat itu, Radio France International menerbitkan artikel analisis yang menyebutkan bahwa konsekuensi dari pengiriman pasukan Tiongkok ke Hongkong adalah menghancurkan  kemakmuran yang telah dicapai Hongkong dan menjadikannya pelabuhan mati. 

Begitu Hongkong yang menjadi pusat keuangan dunia mengalami kehancuran, pasti akan menyebabkan bencana keuangan, bahkan akan memperburuk ekonomi Tiongkok yang sudah melemah. Itu juga menjadi kerugian besar bagi pejabat komunis Tiongkok yang memiliki kepentingan besar dengan Hongkong.

Selain itu, jika pembantaian mahasiswa di Lapangan Tiananmen kembali terulang di Hongkong, berarti pejabat Tiongkok sendiri yang menyalakan bom bunuh diri. 

Kesimpulan akhir menyatakan bahwa kecuali pemerintah Komunis Tiongkok sudah kehilangan akal sehat, militer mereka baru digunakan untuk melakukan penindasan di Hongkong. (Sin)