Serangan Meriam Air Disemprotkan ke Masjid Kowloon Hong Kong, Menuai Kecaman Masyarakat

Nicole Hao

Polisi Hong Kong nekat menyemprotkan meriam air berwarna biru  ke masjid terbesar di kota itu Minggu 20 Oktober. Kejadian itu memicu kecaman penduduk setempat. Adapun cairan berwarna biru itu, masih belum diketahui kandungan apa yang terdapat di dalamnya.  

Pada Minggu 20 Oktober sore, sekitar 350.000 warga Hongkong menggelar pawai dari Tsim Sha Tsui ke kawasan Kowloon. Mereka bertujuan untuk memprotes undang-undang anti masker yang baru-baru ini diberlakukan oleh pemerintah. Tujuan pemerintah, sebagai upaya untuk memadamkan aksi massa. Sekitar pukul 4  sore waktu setempat, sebuah panser meriam air melewati Nathan Road di kawasan Kowloon.

Menurut rekaman video eksklusif yang diambil oleh kamera drone The Epoch Times, ketika kendaraan meriam air mendekati Masjid Kowloon dan Islamic Center, sangat sedikit orang-orang yang berada di Nathan Road.

Ketika meriam air itu berhenti, pertama-tama menembakkan air ke arah gerbang dan tangga depan masjid. Ketika itu, warga setempat bernama Mohan Chugani dan sekitar belasan lainnya berada di luar gerbang depan. Mereka dengan cepat mencoba melarikan diri.

Sebelum kelompok itu dapat menemukan tempat berlindung, meriam air itu menyemprotkan lagi cairan berwarna biru itu. Kemudian menyemprotnya ke pintu gerbang dan ke arah orang-orang yang ada di sekitar masjid itu.

Chugani, yang pernah menjadi kepala Asosiasi India Hong Kong mengatakan, Pemimpin pemerintah Hong Kong Carrie Lam menelepon dirinya dan menyampaikan permintaan maaf kepadanya. Akan tetapi, ia tidak bisa menerimanya.

Chugani lahir dan besar di Hong Kong. Dia adalah pengusaha yang sukses dan memiliki pengaruh di antara warga Hongkong keturunan Asia Selatan.

Chugani bukan seorang Muslim atau pengunjuk rasa. Dia mengatakan, saat itu dirinya sedang mengobrol dengan teman-temannya. Ketika itu, dia disemprotkan dari kepala hingga ke kaki dengan meriam air polisi.

Jeremy Tam Man-ho, seorang anggota parlemen di Dewan Legislatif Hong Kong, juga berada di lokasi rekaman live streaming, ketika ia disemprotkan dengan meriam air.

Dalam rekamannya, Tam dan yang lainnya terkena cairan itu,  terdengar mereka mengalami batuk-batuk dan muntah-muntah. Mereka meminta air untuk mencuci mata mereka.

Cairan Biru yang Tidak Dikenal

Chugani kepada Epoch Times Hong Kong di tempat kejadian pada 20 Oktober mengatakan, meriam air menembak dirinya sebanyak dua kali. Ia mengatakan, dirinya sudah berusia 73 tahun  dan tidak bisa lari dengan mudah. Menurut dia, ketika polisi menyasar orang tua merupakan insiden di luar harapan. 

Chugani mengatakan tubuhnya terasa sakit setelah disemprot cairan biru itu.  Sekitar 20 menit setelah dirinya ditembak cairan itu, matanya masih tidak bisa melihat apa-apa.

Setelah mandi dan beristirahat sebentar, tubuh Chugani masih kesakitan. Dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit pada malam harinya.

Chugani kepada Epoch Times dalam wawancara 21 Oktober mengatakan bahwa, temannya memanggil ambulans untuknya. Selanjutnya, mengirimnya ke Rumah Sakit Queen Elizabeth, sebuah rumah sakit di kota itu.

Dokter dan perawat di sana memintanya untuk kembali mandi. Selanjutnya diberikan enam hingga tujuh tetes mata. Ketika dia mengatakan, matanya masih tidak nyaman, dokter memindahkannya ke departemen oftalmologi. Akan tetapi ia membutuhkan janji pertemuan dengan dokter.

Lalu Chugani ingin dipindahkan ke rumah sakit swasta setempat, di mana dirinya bisa segera bertemu dengan dokter. Akan tetapi, seorang teman dekatnya yang bekerja di rumah sakit swasta menyarankan untuk tidak pergi ke sana.

Dokter itu kepada Chugani mengatakan, bahwa rumah sakit swasta tidak mengetahui kandungan bahan-bahan kimia di dalam cairan berwarna biru itu.  Oleh karena itu, tidak mengetahui bagaimana cara memperlakukan mata Chugani dengan benar. Chugani merasa frustrasi dengan insiden yang menimpa dirinya itu. 

Chugani menyerukan kepada pemerintah Hong Kong agar menyampaikan kepada semua UGD semua rumah sakit. Pemberitahuan terkait tentang jenis obat apa yang harus digunakan untuk merawat pasien yang terkena dampak meriam air biru itu. 

Polisi masih belum mengungkapkan kandungan air yang diwarnai. Akan tetapi para pemrotes yang terkena air mengeluhkan iritasi kulit. 

Permintaan maaf

Chugani digunakan untuk mendukung pasukan polisi dan menghadiri demonstrasi pro-polisi. Kini dirinya tidak lagi mempercayai mereka.

Chugani percaya bahwa polisi sengaja menembakkan meriam air ke masjid. Setelah kejadian itu, banyak pejabat — termasuk Lam, komandan kedua Hong Kong Matthew Cheung, dan anggota parlemen pro Komunis Tiongkok — secara pribadi meminta maaf kepada Chugani. 

Perwakilan Lam dan polisi juga mengunjungi masjid untuk bertemu dengan perwakilan komunitas Muslim pada 21 Oktober dan meminta maaf secara langsung.

Chugani mengatakan, dirinya tidak akan menerima permintaan maaf mereka. Dikarenakan “polisi telah melewati batas. Kini Hong Kong sudah tidak memiliki aturan hukum. 

Dia menambahkan bahwa, Komandan Kedua Hong Kong mengatakan dalam email permintaan maafnya bahwa ada “kerumunan yang nakal” di daerah itu. Tapi Chugani membantahnya, ia tak berada di area yang disebutkan tersebut. Ketika itu, ia sedang mengobrol dengan teman-teman saat jalanan dalam kekacauan.

Polisi Vs Publik

Polisi dan pemerintah Hong Kong menyatakan bahwa meriam air “secara tidak sengaja” menembaki masjid. Pihak polisi mengatakan tidak memiliki “niat jahat.” Namun demikian, warga Hongkong tidak menerima penjelasan itu.

Allan Au, seorang jurnalis senior Hong Kong, menerbitkan sebuah artikel di Stand News, di mana ia menulis kecurigaan tentang pernyataan awal polisi, yang mengatakan meriam air dikerahkan untuk membubarkan apa yang diklaim sebagai “perusuh.”

Namun media lokal mengambil foto kerumunan yang berdiri di depan masjid. Mereka hanya memegang plakat yang menyampaikan kepada pengunjuk rasa agar tidak merusak gedung. Yang lainnya memegang sebuah tanda yang menjelaskan bahwa para pemrotes telah berjanji untuk tidak merusak masjid atau bangunan lain di lingkungan dengan populasi Asia Selatan yang terbesar di Hong Kong.

Pada 20 Oktober itu, sebanyak 24 anggota parlemen pro-demokrasi juga menyampaikan pernyataan bersama. Mereka menuding polisi secara terang-terangan berbohong dalam pernyataan mereka.Mereka menyatakan, tempat-tempat keagamaan “tidak boleh diremehkan dan dinodai.” (asr)

FOTO : Kamera yang dilengkapi dengan drone The Epoch Times menangkap ketika polisi menembakkan meriam air ke Masjid Kowloon dan Islamic Centre dengan pewarna biru ketika beberapa orang berdiri di depannya pada 20 Oktober 2019. (The Epoch Times)